part-10

377 23 1
                                    

Aku update cepet karna niatnya mau nyelesaiin ni cerita

Author pov

"hari ini marsha pulang sama gue" malvin menarik tangan marsha menjauh dari devin. kali ini mereka sedang berada diparkiran ingin pulang kerumah.

"kenapa sih co? maca kn pulang kerumah mama"

"marsha temenin coco beli sesuatu dulu"

malvin menarik marsha memasuki mobilnya, mereka berjalan meninggalkan devin yang masih terlihat merasa bersalah, ia pun memutuskan untuk menemui vanya lagi pula seharian kemaren sampai detik ini dia tak berkomunikasi dengan vanya.

didalam mobil nampak marsha yang kebingungan dengan sifat malvin ia pun mulai mengangkat suara. "co emang mau beli apa sih"

"astaga kamu nggak inget? hari ini kamu cuci darah marsha"

tiba tiba marsha tersadar akan apa yang ia derita, ia hampir melupakan semua masalahnya saat bersama dengan devin. sungguh devin adalah orang yang bisa membuat marsha bahagia.

"marsha lupa!" dia tersenyum paksa, sekarang dia sangat merasa hancur saat mengingat penyakit itu, tapi dia harus tetap tegar demi orang yang menyayanginya.

*****

"gue kira lo nolak dia demi gue.... tapi apa lo masih sering jalan sama diakan? lo masih sering nemuin dia kan?"

"gue nggak bermaksud buat nyakitin lo zal, gue cuma nemenin dia karna dia minta gue! gue nggak akan pernah coba ngerebut dia dari lo" wanita itu berhenti sesaat untuk menarik nafasnya dalam. "gue mohon zal! persahabatan ini lebih penting, lagi pula gue nggak suka sama dia! gue cuma prihatin sama apa yang dia alamin sekarang"

wanita berambut ikal itu tiba tiba menunduk seolah merasa bersalah "harusnya gue yang minta maaf, karna gue lo sama malvin nggak bisa bahagia bersama"

"lo salah zal.... sekarang gue malah bahagia banget karna paling nggak cowok yang lo sukain adalah cowok yang baik, gue akan terus dukung lo buat bisa dapetin malvin" kata cewek berambut pendek itu. kemudian mereka saling berpelukan walau salah satu dari mereka ada yang sangat tersakiti.

******

Vanya dan Devin mereka berdua kini sedang menghabiskan waktu malam bersama disebuah taman yang beralaskan rumput mereka berbaring disana.  Ditemani oleh bintang dan rembulan yang seolah mendukung kehidupan bersama mereka.

"Aku nggak tau apa kita masih bisa melakukan ini lagi nanti" Devin menatap vanya setelah itu kembali meluruskan pandangannya kearah bintang yang tenang disana.

"Maksud kamu?" Seolah tak mengerti vanya pun bertanya.

"kita berdua udah cukup dewasa menghadapi kehidupan. tapi aku masih seperti anak anak yang bersembunyi dalam sebuah karung" Devin berhenti sebentar menarik nafasnya dalam dan berhembus kasar.

"Aku bahkan nggak berani ngasih tau ke sahabat aku sandiri kalau kita pacaran, terlalu takut untuk menghadapi resikonya"

"Devin, aku nggak peduli ada yang tau atau nggak! Karna yang aku mau itu hubungan rahasia namun nyata, bukan umum tapi rekayasa. Plis vin kita udah melalui 4 tahun masa bersama jangan berfikir buat ninggalin aku" seolah tau apa niat dari pembukaan kata dari Devin, vanya pun langsung memberi pernyataan

Kenapa susah van nge-akhirin segalanya, gue cuma nggak mau bohongin orang tua' batin Devin.

"Aku akan terus berusaha van, tapi hubungan ini di awali dengan kebohongan bagaimana nantinya, ditambah lagi orang tua aku.........."

Dulu Dan SekarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang