Dua insan keras, ego sama-sama kuat, namun saling bertaut.
"Gue lebih hebat daripada lo!"
"Otak gue lebih berbobot."
Devano Sanjaya dan Danila Ruby, rupanya mereka habis menelan magnet semalam. Buktinya, mereka saling tarik menarik satu sama lain. D...
Tau apa yang lebih menantang dari pengalaman masa awal putih abu? That's a Competitors ! Atau yang sering kita dengar dengan sebutan pesaing. Namun, kata itu terlibat dari kata yang berkesinambungan seperti Love Game.
Ini kisahnya..
Dua insan yang dipertemukan secara mendadak, Devano dan Danila sedang beradu mulut diruang yang sangat privasi di sekolahnya. Dan disaksikan dengan kedua mata Jendra selaku kepala sekolah.
Sebuah keluhan, protes dan argumen terkuak dari hasil adu mulut dua murid ini, sampai lelaki berumur kepala tiga itu pusing sendiri akibat ulah anak muridnya. Benar-benar bikin naik darah!
“Pak, saya enggak mau tau. Olimpiade kali ini harus saya yang wakilin sekolah.” protes Danila yang masih berdiri menatap tajam musuh abadinya.
Devano yang tidak tinggal diam, langsung bicara. “Don't gimmie thatshit. Kenapa jadi lo yang tentuin. Tanya Pak Jendra lah!”
“Devano, kemarin olimpiade fisika udah lo. Kimia gantian gue dong!”
“Olimpiade fisika itu gue gantiin lo.”
“Tapi.. kemarin gue tuh sakit, ngertiin dikit kek! Kalo lo yang dikirim sekolah kita enggak bakalan masuk semi final. Tau enggak?” timpal Danila tak mau kalah, menyilangkan tangan didepan dada.
“Tau darimana lo?”
“Karena gue lebih hebat daripada lo!” Danila menunjuk Devano dengan segala emosinya yang meluap-luap.
“Eh, otak gue lebih berbobot!” tekan Devano sekali lagi, matanya menatap sinis Danila yang tetap pada pendiriannya.
“Tau darimana?”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BRAK!
Jendra—sang kepala sekolah sudah tidak kuat menahan pusingnya dan penyakit asmanya yang kambuh, ia lebih memilih pingsan dilantai. Hingga akhirnya Devano dan Danila berhenti berdebat, dan terpelanggah terkejut.
“Pak! Pak Jendra?! Tuh, kan, Pak Jendra jadi pingsan.” Danila mendengus sebal, ia menatap kesal pada Devano.
“Ini semua gara-gara lo!” tuduh Devano.
“Astaga, lo tuh enggak mau kalah dari gue! sekali-kali ngalah gitu..”
“Lo tuh yang selalu anggap diri lo sebagai nomor satu.” final Devano, menekan dua kata di akhiran.
“I-ini beneran enggak ada yang bantuin Bapak, udah diujung maut nih saya..”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
