19. Selamat Tinggal Kasih

285 70 15
                                    

Seakan semesta marah dan berkata pada Danila, Bukankah ini yang kamu inginkan? Sifatmu yang egois menyiksa dirimu sendiri dengan cara orang tersayang milikmu satu persatu akan pergi. Menyerah dan lupakan! Kamu memang pandai dalam hal menyakiti.

Sungguh, membuat Danila susah bernafas!

Danila mengitari luasnya bandara, berlari ke sana dan kemari sampai akhirnya terhenti pada layar yang menunjukkan scedule pemberangkatan Jakarta──Singapore pada pukul 10:30. Oh, tidak! Sekarang pasti Devano sudah berbaris di sana untuk pengecekan boarding pass.

Saat itu Danila nekat ingin sekali menerobos ramainya orang disana tapi tangannya sudah di cekal oleh Kevin. Sorot mata lelaki itu teduh seakan bilang, bahwa Devano sudah pergi, lalu matanya beralih ke arah pesawat yang baru saja terbang.

Everything's been over.

Selain menghantarkan menjadi teman bolos sekolah hari ini. Kevin juga membantu menelpon Devano bahkan membantu berpencar mencari sohibnya itu, melihat Danila yang sefrustasi itu mengejar Devano membuat hatinya semakin merasa bersalah.

Disela tangisnya Danila selalu bergumam..

“Tolong! Jangan pergi dulu sebelum gue minta maaf, No. Jangan siksa gue begini.”

Lelaki itu menggelengkan kepala kuat. “I'm really sorry, Danila. You shouldn't worry about it! Lo udah berjuang, La. Devano pasti paham. Let us go home, gue baru dapat panggilan dari Syila tadi. Kita harus pulang karena Ibu udah tunggu lo di rumah.”

Danila terdiam. Ya, gadis itu lebih baik menurut dan entah kenapa ia merasakan hal yang tidak enak. Karena ketika Kevin memanggil sosok Ibu panti, dalam hati gadis itu bertanya. Apa yang terjadi?

Mobil taksi berwarna biru terparkir di halaman panti asuhan yang Danila tinggali, di sana sudah ramai banyak orang, kedua bola mata milik Danila terbuka lebar menatap kenyataannya yang tidak bisa ia percaya.

Tubuh kaku sang Ibu tengah tergeletak di atas kasur. Tangisan suara anak-anak panti pecah begitu juga dengan beberapa biarawati yang suka rela mengajari anak panti membangun sekolah khusus. Kaki Danila serasa mati rasa di tempat, ia sudah tidak kuat lagi menahan tubuhnya.

“I──Ibu . . .”

Suara parau Danila di ambang pintu membuat semua orang menoleh ke arahnya, di sana sudah banyak teman-temannya yang ikut berbelasungkawa. Syila dan Widari membantu memapah Danila menuju kamar Ibu panti, tangisannya sudah tidak bisa ia tahan lagi.

“I──Ibu udah pergi ke surga.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang