O8. Semesta Bercerita

331 98 18
                                    

Burung-burung berkiauan layaknya orang yang tengah bersahut tanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Burung-burung berkiauan layaknya orang yang tengah bersahut tanya. Siang hari di jam istirahat Devano mengajak Danila pergi membeli ice cream. Dan berakhir ditaman sekolah, berbaring di atas rumput hijau dan memandang langit biru.

Sekaligus menghilangkan rasa penat setelah berlari menjauh dari kejaran Satya dan Dita. Hening dalam beberapa menit, mungkin terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Devano memecahkan keheningan. “Dalam sebuah hubungan itu harus ada kerja sama dan respect. Ya, walaupun kita cuma pura-pura tapi harus meyakinkan.”

Danila sekilas menoleh pada Devano lalu mengangguk pelan, sebelum akhirnya bertanya yang menganggu pikirannya sekarang. “Okey, kalo gitu gue harus tau. Apa hal yang lo suka dan apa hal yang lo enggak suka?”

“Gue.. suka... tidur,” jawab Devano sekenanya, matanya menatap sekilas wajah lembut Danila sebelum akhirnya kembali menatap langit lagi. “Dan gue paling enggak suka kalo tidur gue ke ganggu. Kalo lo?”

“Gue suka sama orang yang pengertian, dan enggak nuntut gue buat ikutin semua perintahnya. Gue juga enggak suka basa-basi, dan.. yang paling penting,” jeda Danila, merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap secara langsung menatap wajah Devano.

Lelaki itu terhenyak karena jaraknya─terlalu dekat─sangat amat dekat─sampai deru nafas mereka terdengar satu sama lain. Hanya Devano yang sadar, tidak dengan Danila yang melanjutkan ceritanya.

“Gue enggak suka kalo belajar diganggu. Oh iya gue lupa bilang, jangan telpon gue duluan dan jangan cari gue kalo enggak hal yang penting-penting banget. Gue enggak suka.” cicit Danila panjang lebar, seraya mengulum senyuman.

“Satu lagi. Gue juga enggak suka sama orang yang gampang kepancing emosinya. Dikit-dikit ngajak ribut, berantem lah. Norak tau enggak? Kaya hidup di zaman megalitikum aja, gimana jelas?”

“Jelas nyonyaa!” sahut Devano memberi hormat dengan cengirannya.




























Langkah santai Devano sepulang sekolah membawanya menuju parkiran mobil, tak lupa seperti biasa dia memakai headphone mendengarkan dentuman drum seraya tangannya ikut seperti memainkan stick drum, dari belakang tiga orang menutup kepala Devano dengan kain hitam.




























3 days later..





Bel istirahat berbunyi. Saat keluar dari lab kimia, Danila pamit sama Syila dan Widari untuk pergi ke ruang kepala sekolah. Lebih tepatnya sih mau nanya soal pertukaran pelajar ke luar negeri yang Danila ikutin tesnya.

LOVE GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang