16. Rumus Fisika

304 72 6
                                    

Sudah hampir tengah malam, lampu belajar masih menyala dan pacuan waktu masih berbunyi tiap detiknya. Sial! Tetesan merah itu keluar dari hidung milik Danila. Bahkan satu detikpun enggan Danila buang sia-sia hanya untuk menghentikan mimisannya, oleh karena itu dia terus menulis dan tangan satu laginya sibuk mengambil tisu.

Gadis dengan kacamata bulat yang bertengger dihidungnya dan kuncir cepol asal itu berulang kali menguap, ketara sekali bahwa gadis itu tengah merasakan kantuk yang melanda, tapi tidak untuk tidur sekarang. Karena pekerjaannya hari ini masih sangat banyak!

Tungkainya melangkah ke dapur mencuci piring tak lupa membereskan sampah yang sudah menumpuk dan langsung membawanya ke depan. Saat membuka pintu──tepat didepannya sudah ada Devano sambil membawa entah apa yang sengaja disembunyikan di balik tubuhnya.

“Devano, lo ngapain disini?!”

“La, gue mau ngomong sesuatu, ini urgent!” ucap Devano menghalang langkah si gadis yang ingin melewatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“La, gue mau ngomong sesuatu, ini urgent!” ucap Devano menghalang langkah si gadis yang ingin melewatinya. Bagaikan disengat oleh kumpulan lebah dari dalam hatinya, Danila terpelangah kaget ketika melihat apa yang dibawa lelaki itu, rumus fisika..

“Tolong, bantu gue buat isi ini,” jeda Devano menatap kedua bola mata Danila yang terlihat sangat shock. “Bantu gue pecahin rumus fisika ini, La. Please...

“Itu bukan rumus fisika! Dan, lo baru aja buang-buang waktu berharga milik gue!” acuh Danila mengambil sebuah kantong berisi sampah dan hendak pergi, namun lagi-lagi di halangi oleh Devano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Itu bukan rumus fisika! Dan, lo baru aja buang-buang waktu berharga milik gue!” acuh Danila mengambil sebuah kantong berisi sampah dan hendak pergi, namun lagi-lagi di halangi oleh Devano.

“Tunggu!”

Tangan Devano cekatan menghapus beberapa bagian angka itu menjadi sebuah huruf. Sebelum menunjukkan white board itu pada Danila, jauh dari lubuk hati yang paling dalam. Lelaki itu menegguk salivanya dengan susah payah, sebelum akhirnya menunjukan sebuah kalimat yang membuat wajah Danila memanas bak kepiting rebus.

 Lelaki itu menegguk salivanya dengan susah payah, sebelum akhirnya menunjukan sebuah kalimat yang membuat wajah Danila memanas bak kepiting rebus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang