Ketiga siswi famous itu mengelilingi koridor sambil mencari pujaan hati si ketua gengnya──Dita, siapa lagi kalo bukan Devano? Sambil menceritakan hal-hal random pada kedua sahabat setianya Yasmin dan Selly yang berjalan dibelakangnya.
“Devano itu kaget. Karena, Mami Papi gue maksa kita buat tunangan abis lulus, padahal gue udah bilang sama Mami Papi kalo kita bakalan pacaran dulu aja. Tapi tetap aja maksa!”
Begitulah celotehannya, dengan nadanya yang terbilang manja. Dita membuka satu persatu engsel pintu ruangan yang ia pikir ada Devano di dalamnya, walaupun beberapa kali juga ia merasakan jijik pada debu yang menempel di tangannya.
Beda cerita dengan Danila yang terus-terusan di kejar sama Satya, fans beratnya yang setia ikutin Danila kemana aja. Benar-benar membuat risih, sekarang Danila lagi lari buat cari tempat persembunyian yang aman.
Sampai akhirnya kedua mata Danila menemukan sebuah ruangan gudang diujung koridor. Namun, sempit! Tapi tak apa. Setidaknya untuk singgah sementara, tanpa ragu gadis itu masuk ke dalam ruangan.
“Danila, kemana ya? Kemanapun engkau pergi aku akan selalu mengejarmu oh my darling..” desas desus teriakan Satya sepanjang koridor yang terdengar oleh Danila dari balik pintu.
Baru saja Danila ingin menghela nafas penuh syukur, tapi seketika itu semua tercekat. Saat Danila menoleh ke belakang ada sosok musuh—ralat, kompetitornya─Devano yang sedang mendengarkan musik di balik headphone pada kedua telinganya.
Tak lupa juga tangannya ikut seperti suasana ia memainkan drum. Menyadari akan kehadiran Danila, Devano melepaskan headphone dan bangkit dari duduknya. Sial, jam istirahatnya terganggu sekarang!
“Ngapain lo disini?”
“De─Devano?!” panggil Danila dengan nafas yang terpenggal.
Devano mendekat ke arah Danila dengan tatapan ingin menikam. Sedikit rasa menganjal membuat gadis dengan rambut terurai gelombang itu memilih untuk keluar dari gudang itu. Tapi pilihannya tertunda ketika pintu terkunci, ya, mereka terkunci.
“What the hell.. ini ke kunci hmpp—”
Devano menutup mulut Danila dengan telapak tangannya, mengisyaratkan jangan berisik. “Ssst, diam disini dulu. Kalo mau keluar nanti aja kalo udah aman!”
Lelaki itu melepaskan bekapannya.
Danila melirik ruangan sempit dan sekarang phobia yang gadis itu miliki mendarah daging. Ia merasakan sesak, dan sakit pada bagian dada, gugup dan juga mengeluarkan keringat dingin.
Beberapa kali Danila menggeleng lemah, sambil bersandar pada dinding ruangan. Tangannya yang ikut lemas menarik gagang pintu seolah itu akan membantunya keluar, tapi tetap saja nihil.
“Enggak! Enggh... bis.. ssa.. gue harus keluar sekarang! Gu-gue..”
Beruntung refleks Devano bagus, lelaki itu menopang tubuh Danila yang hampir jatuh.
“Eh, lo kenapa? Danila! Lo penderita Claustrophobia?” tanya Devano panik.
Danila melepaskan bantuan tangan Devano lalu berusaha sekuat mungkin untuk berdiri. Danila menggeleng lemah menjawab pertanyaan Devano “Enggak kok! Gue cuman takut aja sama tempat sempit. Iya, cuma takut—”
Tubuh Danila ambruk.
“Lo mending duduk dulu, terus tutup mata lo.” titah Devano yang berusaha menenangkan Danila kala itu.
Danila disandarkan pada dinding pojok ruangan, namun Danila tetaplah Danila gadis si keras kepala. Saat ia mencoba untuk bangkit, gadis dengan julukan miss number one itu tidak kuat.
“Enggak, Devano! I have to stay out of this godforsaken place no matter what.”
“Calm down, please.. Lo harus tenang dulu. Kali ini kasih ijin gue buat kendaliin lo. Nurut apa kata gue! Lo mending tutup mata lo sekarang dan bayangin bahwa lo sekarang lagi ada di tempat yang super duper luas dan bersih.”
Dalam situasi urgent. Danila berusaha tenang untuk mengikuti perintah Devano daripada ego. Dan hal itu yang membuatnya lebih membaik sekarang, baru Devano ingin berusaha membuka pintu. Namun, tangannya digenggam kuat seakan tak boleh kemana-mana oleh Danila.
Deg.
Devano menoleh ke arah Danila. Menatap kedua bola mata Danila yang terselip sejuta rasa takut di dalamnya, membuat hati Devano terenyuh. Tidak tega. Hei, bahkan semua orang yang punya hati nurani juga pasti tidak tega.
Jadi bukan hanya Devano. Okay!
Itu hanya karena seorang Devano ada disana dalam keadaan sendiri. Satu hal yang membuatnya terkejut, Danila menautkan jemarinya dengan jemari tangan milik Devano jadilah tangan mereka saling bertaut, detik demi detik terlewat Danila tertidur dibahu lelaki itu.
Devano yang pasrah hanya bisa menatap Danila dengan tatapan yang tidak bisa di ungkapkan, dia terlalu kasihan melihat Danila sekarang yang bernotabene adalah musuh besarnya. Yeah! The real competitors.
“ASTAGA, KALIAN NGAPAIN DIGUDANG!”
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GAME
FanfictionDua insan keras, ego sama-sama kuat, namun saling bertaut. "Gue lebih hebat daripada lo!" "Otak gue lebih berbobot." Devano Sanjaya dan Danila Ruby, rupanya mereka habis menelan magnet semalam. Buktinya, mereka saling tarik menarik satu sama lain. D...