Toko Buku

83 2 0
                                    

       Matahari pagi memancar kan sinar nya. Menembus kaca ruang kamar Arvi. Arvi mengerutkan mata nya mencoba membuka matanya. Dia melihat jam di dinding nya.

"Ah, udah jam 9."

          Arvi bangun dan langsung bersiap untuk pergi ke sekolah sepak bola nya. Arvi memakai jaket denim nya dan membawa tas olahraga nya. Kemudian dia turun ke ruang tamu. Disana terlihat Pa Ardi senang mengobrol dengan dua orang. Arvi membelok kan tubuh nya ke meja makan dan mengambil segelas susu.

"Arvi sini nak." Panggil Pa Ardi.

Arvi menyimpan gelas susu nya dan menghampiri Papah nya.

"Eh, Om Fadil. Apa kabar Om." Sapa Arvi sambil salam padanya.

"Baik Arvi, Om sangat baik. Gimana kabar mu?" Tanya Om Fadil sambil menepuk pundak Arvi.

"Baik juga Om." Jawab Arvi ramah.

"Hai Tan." Sapa Arvi kepada wanita yang duduk sebelah Om Fadil.

"Hai Arvi." Jawab Tania ramah.

"Arvi kamu mau keluar kan hari ini?" Tanya Papah nya.

Arvi mengangguk.

"Sekalian saja kalo gitu. Kau bisa antar Tania ke toko buku kan?"

"Om Fadil sama papah ada pekerjaan yang harus di urus, jadi Om Fadil gak bisa anter Tania. Bisa kan Arvi?" Tanya Pa Ardi.

Arvi diam sejenak, kemudian mengangguk.

"Yaudah kalo gitu Arvi berangkat dulu Pah, Om."

"Hayu Tan." Ajak Arvi.

Tania mengangguk dan berdiri dari duduknya. Kemudian berpamitan pada Pa Ardi dan Om Fadil.

        Arvi mengeluarkan mobil Civic hitam miliknya. Tania mengikuti Arvi di belakang nya. Dan masuk ke mobil Arvi.

"Mau ke toko buku mana Tan?" Tanya Arvi sambil menyalakan mesin mobil nya.

"Jam segini kayanya toko buku belum pada buka deh. Jadi, gua ikut lo dulu aja deh. Boleh kan?" Jawab Tania sambil tersenyum padanya.

Arvi tersenyum sambil menggelengkan kepala nya.

"Boleh ya, ya." Tanya Tania sambil memegang lengan Arvi.

Arvi mengangguk.

        Diperjalanan mereka diam tidak ada percakapan apapun, hanya desing angin yang meniup dari kaca mobil yang sengaja Arvi buka. Jalanan tidak begitu macet pagi hari ini. Jadi polusi dari knalpot kendaraan pun tidak terlalu banyak, maka dari itu Arvi membuka kan kaca mobilnya.

"Lo itu ga berubah ya Vi. Masih aja pendiem gini. Jarang banget ngomong, padahal kita udah kenal lama banget." Suara Tania memecahkan keheningan di dalam mobil Arvi.

Arvi menoleh, kemudian tersenyum.

"Tuh kan. Ihh Arvi ngomong dong." Sahut Tania dengan suara manja nya.

"Iya Tania iya, ini ngomong ko." Jawab Arvi sambil mengelus rambut Tania dan tersenyum.

"Nah gitu dong, itu baru saudara gua." Jawab Tania sambil menyenderkan pundak nya ke lengan Arvi.

Arvi hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

         Beberapa menit kemudian mobil Civic hitam Arvi telah sampai di parkiran Gor lapangan bola Sutardji. Arvi memakirkan mobil nya dan kemudian turun dengan di susul Tania di belakang nya.

Tingtong.

      Coach Rahmat
  Vi, tolong latih dulu teman-teman mu gantikan saya. Saya sekarang tidak bisa datang. Terima kasih Arvi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang