A/N. Cerita ini di buat untuk mengikuti challenge dari Lilindada sekaligus merayakan anniversary gwt yang kedua.
Terimakasih untuk mak sanarialasau, yang sudah memberikan keluarga baru untuk saya.
Ini cerita pertama saya. Jadi, maaf kalo masih banyak typo dan kalimat tidak efektif.Selamat membaca
Karenina meletakkan tas kerjanya di atas kasur sambil menghela napas panjang. Pekerjaannya sebagai staf Tata Usaha di salah satu instansi milik negara memang menyita waktu dan tenaga.
Belum lagi panggilan telfon dari ibunya yang terus memberondong dengan pertanyaan yang sama, membuat Karen merasa beban dipunggungnya semakin berat saja.
Baru saja Karen berniat masuk ke kamar mandi, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, dan tanpa menunggu dipersilahkan si pengetuk pintu langsung menerobos masuk dan dengan santainya membaringkan badannya ke kasur.
Lagi, Karen hanya bisa menghela napas panjang, mengambil handuk dan langsung memasuki kamar mandi yang terletak didalam kamarnya.Setelah selesai membersihkan diri, Karen keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Nadia, teman satu kontrakanya yang tadi memasuki kamar masih berada di posisi yang sama,berbaring telungkup sambil memainkan Hp.
"Ini kalo ada murid yang liat kelakuan lo gini, gimana kira-kira tanggapan mereka ya?"
Karen berbicara sambil mulai mengeringkan rambutnya.
"Nyantai aja kali, sensi amat sih jadi cewek."
Nadia menjawab dengan mata masih fokus dengan layar handphonenya."Udah deh, kalo nggak ada yang mau lo omongin mending keluar dari kamar gue, capek nih."
Mendengar nada suara Karen yang berubah, Nadia dengan sigap mengakhiri apapun yang dia lakukan dengan handphonenya, ganti memandang Karen yang kini sedang duduk di kursi.
"Kenapa sih?" Nadia mulai mengintrogasi teman satu kontrakannya itu. Yang ditanya malah berlagak sibuk dengan novel yang diletakkan diatas meja kerjanya.
"Karenina?" Nada suara Nadia menandakan dia tidak akan keluar kamar sebelum mendapat jawaban memuaskan dari Karen.
Pasalnya, tidak biasanya Karen pulang kerja dengan muka kuyu seperti habis kena phk. Karena biasanya, selelah dan semenjengkelkan apapun pekerjaannya, Karen selalu bisa menujukkan wajah ceria sepulang kerja.
Apalagi tadi ketika Karen pulang, Nadia sedang dijenguk kakak iparnya yang membawa Baim, keponakannya yang berusia 4 tahun. Karen tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjahili balita menggemaskan itu hingga menangis, kemudian menggendong dan membawa Baim ke mini market untuk membelikan apa saja yang ditunjuk bocah itu di sana.Tetapi sore tadi Karen tidak bersikap seperti itu. Dia hanya tersenyum tipis pada Aluna, kakak ipar Nadia, mencubit kecil pipi Baim sebagai salam dan kemudian segera berlalu masuk kekamar dan tidak kunjung keluar hingga Aluna dan Baim pulang. Bahkan Baimpun menyadari perubahan sikap Karen, walau tidak berkata apa-apa, pandangan matanya yang terus melirik ke arah kamar Karen menunjukkan rasa penasaran akan sikap Karen yang tidak seceria biasanya.
Karen menghembuskan napas pelan sebelum akhirnya bangkit dari kursi untuk menelungkupkan tubuhnya keatas kasur.
"Gue disuruh pulang sama nyokap" aku Karen lirih.
Nadia diam sejenak mencoba mencerna kalimat singkat yang di lontarkan sahabatnya itu.
"Emang ada masalah apa dirumah?" Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya Nadia kembali bertanya."Alhamdulillah nggak ada masalah apa-apa dirumah. Tapi gue yang jadi masalahnya." Karen menjawab sambil memejamkan matanya.
Nadia menaikkan alisnya, tanda tidak mengerti ucapan Karen.
"Maksud lo apaan?"
Karen akhirnya membuka mata dan memandang Nadia dengan tatapan sendunya.
"Nyokap bilang kalo gue harus balik kandang, disini sibuk kerja doang. Ntar kalo udah nyampe kampung mau dikenalin sama anak-anak temen nyokap atau bokap yang masih lajang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicksal (Completed)
General FictionKarena kekecewaan dimasalalu,Karenina Putri memutuskan untuk tidak berharap pada hubungan lawan jenis. Dia menjalaninya, tetapi dia membuat batasan yang jelas untuk tetap berada di zona amannya. Karena keputusan yang diambil di masa lalu, Yoga Prada...