2. Pertemuan Kembali

6K 489 23
                                    

Selamat membaca

Karenina bangun dengan semangat baru. Dia memutuskan untuk berterus terang kepada kedua orang tuanya.

Karen berharap orang tuanya bisa menerima keputusan Karen dan mendukung pilihan Karen.

Karen akan menikah, tapi tidak dengan jalan dijodohkan. Dia akan mencari dan menetapkan sendiri pilihannya. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Karen tidak akan menyesal karena itu adalah pilihannya sendiri.

Karen sudah siap menyadang tas kerja, ketika handphone diatas meja kerjanya berbunyi.

Dari Nadia.
"Assalamualaikum. Ya Nad?"
"Waalaikumsalam. Ren lo masih dirumah kan?". Nada cemas Nadia menghentikan gerakan Karen yang hendak mengunci pintu kamar.
"Masih, kenapa Nad?".
"Alhamdulillah, berkas gue ada yang ketinggalan, kayaknya dimeja tamu deh, gue tadi letakin disitu lupa nggak gue ambil. Ada nggak?".

Karen langsung menengok diruang tamu yang kebetulan letaknya tidak jauh dari kamar Karen, dan memang ada berkas coklat tergeletak dimeja.

"Ada Nad, mau gue kirim lewat ojol kah?" Tanya Karen sambil mengunci pintu kamar dan berjalan menuju meja tamu.

"Nggak usah, nanti ada temen gue yang kebetulan searah sama kontrakan kita, gue suruh mampir, lo nggak papakan nungguin temen gue bentar?"
"Lama nggak?". Karen bertanya sambil melihat jam di pergelangan tangannya.
"Nggak kok bentar lagi juga nyampe, tungguin bentar ya, plis urgent banget ini." Nadia bicara dengan nada membujuk andalannya.
"Iya gue tunggu sepuluh menit, kalo nggak muncul gue taruh meja teras ya." kata Karen sambil tersenyum usil.
"Eh, jangan dong, tungguin aja bentar lagi nyampe kok ya. Oke baby, gue tutup ya..
Assalamualaikum." Nadia langsung mematikan sambungan telefonnya tanpa lebih dulu mendengar balasan salam dari Karen.
"Waalaikumsalam. Dasar nggak sopan, main tutup gitu aja. Yang kayak begini jadi guru Bk, elah." Karen menggerutu sendiri sambil mengunci pintu depan.

Dia menunggu teman Nadia di teras rumah sambil bersiap-siap memesan ojek online langganannya.
Tidak lebih dari 3 menit terdengar suara motor berhenti didepan rumah.

Karen yang sedang menyelesaikan pesanan ojeknya masih menunduk menghadap handphone.
Ketika suara sepatu pantofel beradu dengan keramik teras terdengar, barulah Karen mendongak dan melihat pemandangan yang membuatnya terpaku seketika.

Sang pemilik sepatu pun tampaknya terkejut melihat sosok gadis mungil yang duduk dihadapannya.

"Rena?!" Rupanya si pemilik sepatu yang lebih dulu tersadar dari keterkejutannya.

Tidak banyak orang yang memanggil Karen begitu. Hanya orang-orang yang dekat dimasa lalunya yang memanggil Karen seperti itu.

Disapa seperti itu malah membuat Karen kesulitan bicara dan berkali-kali meneguk ludahnya.

Karen bangkit dari duduknya dengan gerakan pelan.

"Ya Allah, Rena. Saya nggak nyangka bisa ketemu kamu disini." Dengan senyuman lebar lelaki itu mendekat kepada Karen.

Karen reflek mundur dan kembali menundukkan kepala.

Melihat sikap defensif yang ditunjukkan Karen, lelaki itu memilih diam dan tersenyum canggung.

"Kamu apa kabar? Lama sekali saya nggak ketemu kamu." Lelaki itu bertanya dengan mata yang tak lepas memandang Karen.

Di tatap seperti itu membuat Karen harus meneguk ludah lagi, Karen tidak berani membalas tatapan lelaki itu.

"Saya baik Pak. Pak Yoga teman yang dimaksud Nadia kan? Ini berkas yang mau Bapak ambil.
Maaf Pak saya nggak bisa lama-lama nanti telat ke kantor." Karen menyerahkan berkas itu ke tangan lelaki yang bernama Yoga itu. Tepat setelah itu ojek pesanan Karen datang.
"Saya permisi dulu Pak. Assalamualaikum." Karen bahkan tidak menunggu jawaban pak Yoga.

Schicksal (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang