Sesuai permintaan mba Queensach yang minta di tag. Udah nih mba..
Selamat membaca
Awal Tahun perkuliahan Karen
Karen sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kampus ketika handphonenya berdering.
Keningnya mengernyit heran saat mendapati nama Pak Yoga tertera di layar ponselnya."Halo Assalaamualaikum.." Karen menjawab panggilan itu.
"Waalaikumsalam, kamu masih di rumah Ren?" terdengar suara ramah dari seberang telpon.
"Masih Pak, ada apaan ya?" Tanya Karen hati-hati.
"Saya lagi ada di dekat rumah kamu, saya mampir sekalian nganter kamu ke kampus boleh? Ada hal yang pengen saya bicarain sama kamu." Perkataan Yoga malah membuat Karen semakin bingung.Pasalnya setelah lulus sekolah Karen sudah tidak pernah bertemu dengan Yoga lagi. Terakhir mereka bertatap muka adalah sewaktu pesta perayaan kelulusan sekolah Karen.
Dan hari ini, tiba-tiba saja Yoga meminta untuk bertemu."Engg.. boleh deh Pak, saya tunggu di teras rumah aja ya. Biar sekalian jalan. Bapak nggak usah mampir dulu."
Dengan berbagai pertanyaan dikepalanya, Karen berpamitan kepada ibunya dan menunggu kedatangan Yoga diteras rumah.
Pada akhirnya, Yoga tetap turun dari mobil untuk berpamitan langsung kepada ibu Karen. Yoga mengenalkan diri sebagai kakak dari temannya Karen. Bukan sebagai mantan gurunya.
Memang selama ini yang selalu datang ke sekolah untuk mengambil raport atau mengikuti rapat di sekolah adalah ayah Karen. Jadi, maklum saja kalau ibunya tidak tahu bahwa lelaki yang sedang minta ijin untuk mengantar Karen adalah mantan guru Karen sewaktu sekolah.Ibu Karen awalnya sempat kaget mendapati seorang lelaki datang ke rumah untuk menjemput putri bungsunya. Tetapi kekagetan itu berganti binar bahagia ketika mendapati sikap sopan dan ramah yang ditunjukan lelaki itu.
Yoga tertahan sebentar didalam rumah sebelum akhirnya Karen berhasil mendesak mereka berdua untuk segera meninggalkan rumah.
"Ada apa ya Pak, kok tumbenan nyariin saya?" Karen bertanya ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil Yoga.
"Kamu itu kebiasaan ya, nggak sabaran banget kalau udah ada maunya." Suara Yoga terdengar menahan geli.
Di tegur seperti itu membuat Karen cemberut dan akhirnya memilih diam.
Yoga yang menyadari perubahan sikap Karen tidak bisa menghentikan gerakan tangannya untuk mengacak rambut Karen sambil tertawa.
"Ihhh.. apaan sih Pak, nggak pake ngacak-ngacak juga kali!" Karen berteriak sebal sambil merapikan kembali rambutnya.
"Abis kamu ambekan kayak anak ABG, saya jadi gemes ngeliatnya." Yoga berkata masih dengan sisa-sisa tawanya.
Karen mendengus semakin sebal dengan ledekan Yoga.
"Kalau saya bilang saya kangen kamu, kamu percaya?" Yoga tidak lagi tertawa, tapi Karen melihat ada kilat jail dimata Yoga.
"Ck, iya deh saya percaya. Percaya banget kalo bapak itu ternyata tukang gombal." Karen balas mencibir.
Mendengar itu, Yoga sontak tertawa lebih keras.
"Serius deh Pak, bapak itu nggak pinter ngomong pake intro, jadi langsung aja ada perlu apa sama saya." Karen kembali ke mode seriusnya, setelah tawa Yoga mereda.
Yoga terdiam sebentar sebelum bertanya,
"Kamu tau kalo Indah berencana ikut sekolah mode?""Emm.. Indah memang ada ngomong pengen lanjut sekolah mode aja di LN, tapi saya nggak tau beneran jadi apa nggak. Kita udah nggak kontakan juga lumayan lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicksal (Completed)
General FictionKarena kekecewaan dimasalalu,Karenina Putri memutuskan untuk tidak berharap pada hubungan lawan jenis. Dia menjalaninya, tetapi dia membuat batasan yang jelas untuk tetap berada di zona amannya. Karena keputusan yang diambil di masa lalu, Yoga Prada...