#3

884 48 16
                                    

Felicia POV.

Malam ini, gue udah siap untuk pergi bareng temen-temen gue ke club. Tempat dimana gue selalu mencari kesenangan gue dan menghilangkan rasa penat yang mengantam gue. Dengan pergi ke tempat itu, rasanya sedikit lega meskipun itu hanya menghiburku sedikit.

Semenjak orang tua gue cerai 2 tahun yang lalu, gue memilih untuk tinggal sendirian di apartemen. Awalnya, pas mereka cerai, mereka memaksa gue buat milih kalau gue mau ikut mama atau papa gue. Tapi, gue gak mau ikut sama mereka. Terkadang, gue selalu iri sama remaja-remaja yang lain. Yang hidupnya bahagia, bisa manja-manjaan sama orang tuanya, bisa hangout bareng, yaa pokoknya bisa bersama sama kedua orang tuanya. Sedangkan gue? Gue sendirian. Gue juga punya abang, namanya Felix Martin Laguardo. Dia abang gue satu-satunya, yang perhatian sama gue, yang selalu menghibur gue. Tapi, sekarang dia malah sibuk kuliah di London. (*huhuhuuu... gue malah curhat lagi nih.. ups... miris banget ya nasib gue).

Oke, daripada pusing-pusing mikirin hal yang sedih. Mendingan gua capcuss aja otw  ke club. Mungkin, temen-temen gue udah nungguin gue kali ya disana.

Gue keluar dari apartemen lalu turun ke lantai bawah menggunakan lift. Gue pun berjalan menuju parkiran dan mengambil mobil gue. Tanpa babibu lagi, gue langsung aja tancapin gas mobil gue menuju club.

...

Author POV.

Suara dentuman musik menyambut Felicia saat menapakkan kakinya ditempat hiburan malam itu. Malam ini, seorang gadis cantik dengan menggunakan setelan celana jeans, baju kaos putih yang dilapisi dengan jaket hitam diluarnya, serta rambutnya yang diikat sembarang, namun masih menambah kesan kecantikannya malam ini.

Gadis itu berjalan menghampiri ketiga sahabatnya yang duduknya tak jauh dari meja tempat pemesanan bir.

"Lama banget lo datengnya" ujar Gwen.

"Hehe, maaf tadi dijalan agak macet, makanya gue dateng agak telat"

"Yaudah gapapa, ayok ah kita bersenang-senang malam ini" seru Nico bersemangat.

Alva segera memesan botol wine. Pelayan itu memberikan 4 botol wine dengan ukuran yang lumayan besar. Kini, mereka berempat mulai meneguk bir itu dengan nikmat.

Terlihat Alva, Gwen, dan Nico telah meneguk minuman itu berkali-kali. Gwen dan Nico sangat kecanduan meminum bir nya. Mereka berdua telah kehilangan kesadaran. Sementara Alva, ia memilih untuk tidak terlalu banyak meminum birnya.

"Tumben Va, lo gak banyak minumnya? Biasanya, lo itu paling banyak minum sampe mabuk berat" ucap Cia pada Alva yang setengah sadar.

Alva menggeleng. Ia menaruh botol wine nya diatas meja.

"Gue gak mau banyak minum dulu. Gue bawa mobil, kalo gue mabuk berat, ntar gue gak bisa pulang. Apalagi gue pergi kesini bareng sama Gwen dan Nico. Kalo gue mabuk nasib mereka gimana" jelas Alva.

Dilihatnya Nico dan Gwen memesan wine lagi kepada pelayan. Pelayan itu mengangguk patuh dan memberikan 1 botol wine kepada Nico dan Gwen. Entah berapa banyak botol wine yang mereka berdua habiskan.

"SEMANGAT PARA JOMBLO" teriak Nico ngawur.

Nico dan Gwen berjalan sempoyongan dan mengikuti alunan musik di club tersebut. Mereka berdua sudah kehilangan kesadarannya. Nico yang sudah tidak kuat lagi, memilih untuk menghempaskan tubuhnya dikursi. Tetapi tidak dengan Gwen. Gadis itu masih terus menikmati suara alunan musik sambil berjoget dengan sempoyongan akibat mabuk setelah banyaknya meminum wine.

Alva yang sedari tadi memperhartikan kedua sahabatnya yang sudah mabuk berat pun memutuskan untuk membawanya pulang.

"Cia, gue mau bawa dua anak ini pulang. Lo bantuin gue dong buat ngebopong ni bocah ke mobil gue" pinta Alva pada Cia.

Cia mengangguk, "oke ayok gue bantu"

Alva membopong Nico, sedangkan Cia membopong Gwen untuk berjalan memasuki mobil Alva.

"Thank's ya Cia udah bantu gue. Lo gak pulang?" tanya Alva yang dibalas gelengan oleh Cia.

"Enggak deh, gue nanti aja pulangnya. Gue masih mau disini"

"Oh oke kalo gitu gue duluan ya, bye" pamit Alva lalu memasuki mobilnya.

Setelah kepergian ketiga sahabatnya, Cia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam club. Ia pun duduk dan memesan 1 botol wine.

Tak sengaja matanya menangkap sesosok laki-laki yang tak asing lagi dimatanya. Laki-laki itu duduk tak jauh dari Cia.

"Dion" gumam Cia menatap laki-laki yang bernama Dion.

Cia yang berinisiatif untuk menghampiri Dion pun urung tak jadi. Karena, tiba-tiba ada seorang perempuan yang datang lalu memeluk Dion dengan mesra. Perempuan itu sepertinya masih seusia dengan Cia. Tetapi gayanya seperti tante-tante.

Dilihatnya perempuan itu memakai baju yang sangat pendek dan ketat sehingga menampakkan lekuk tubuhnya yang errr... bisa dibilang sexy itu.

"Menjijikan" gumam Cia yang matanya menatap ke arah perempuan itu.

Samar-samar, Cia mendengarkan percakapan antara Dion si mantan kekasihnya dan perempuan itu.

"Malam honey" perempuan itu mencium sekilas bibirnya Dion.

"Hai, Grace" balas Dion lembut. Ia membelai rambut perempuan itu.

"Mau maunya aja sih Dion sama tuh cewek. Ewh gayanya udah kayak tante-tante rempong" cibir Cia yang sudah memanas. Ia akui, Grace memang memiliki wajah yang cantik. Postur tubuhnya ramping, sexy, tinggi namun sayangnya ia bergaya seperti tante-tante yang senang dengan brondong.

Sebenarnya masih ada rasa cinta dihati Cia kepada Dion. Mereka terpaksa putus karena Dion ketahuan selingkuh dibelakangnya. Cia yang mengingat kejadian itu pun menggertakan giginya dan menggepalkan tangannya kuat-kuat.

"Hidup lo tentram juga ya Yon. Semenjak putus sama gue, lo kayaknya gak ada rasa bersalah sedikitpun sama gue, karena lo udah pernah khianatin gue" batin Cia.

Dengan perasaan berkecamuk, Cia meminum wine yang ada diatas mejanya. Ia meneguknya berulang-ulang kali sampai merasakan pusing dikepalanya.

Cia kehilangan kesadarannya akibat meminum wine yang begitu banyak. Entah berapa botol yang telah ia habiskan untuk melampiaskan kekesalannya. Ia mencoba berdiri dari duduknya dan berjalan lenggak-lenggok karena telah mabuk berat.

Cia berjalan sempoyongan menikmati irama musik yang terdengar keras di club itu. Rambutnya kini sangat acak-acakan layaknya seperti orang gila. Cia telah menikmati dunianya sendiri malam ini. Ia tak memperdulikan orang lain disekitarnya.

"Gue benci sama lo Dion"

Rasa lemas dan pusing telah menghantam Cia. Kini kekuatan ditubuhnya sudah terkuras habis. Sedetik kemudian, tubuhnya pun hampir jatuh. Namun, ada seseorang yang menahannya.

"Felicia" panggil Dion yang memeluk tubuh Cia.

Cia yang benci melihat Dion pun berusaha untuk lepas dari pelukan Dion. Tetapi, usahanya sia-sia. Tenaga Dion lebih kuat darinya.

"Cia, gue kangen sama lo. Lo ngapain ada ditempat ini?" ada jeda. "Waktu lo pacaran sama gue, lo paling anti kalo gue ngajak lo ke tempat ini" ucap Dion yang tak ditanggapi oleh Cia.

"Ssstttt... gak usah banyak bacot lo... gue benci lo Dion... gue benci" Cia memukul lengan Dion dengan sisa tenaganya.

Dion yang melihat Cia sudah kehilangan kesadarannya pun langsung mengendong ala brydal style dan membawanya ke dalam mobil.

Karena Dion masih ingat dimana letak apartemennya Cia, ia pun tidak kesusahan untuk mengantarkan Cia pulang. Selama mereka berpacaran pun, Dion sudah sering mengantarkan Cia pulang ke apartemennya.

A/N : setelah membaca, jgn lupa kasih vote and commwntnya ya😉. Karena menulis tdk semudah membaca. Kasih komentar jg gpp kok, karena itu sangat berpengaruh utk saya dlm membuat cerita.

Jomblo Squad (4Serangkai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang