Tengah malam, tidurku terusik tatakala aku mendengar suara. Kuraba permukaan kasur yang berada di pinggirku, kosong. Tidak ada mas Rey. Pandanganku pun terfokus pada pintu toilet. Suara itu berasal dari dalam.
Mirip suara seseorang yang sedang muntah.
Aku segera turun dari ranjang, menghampiri toilet, mendekatkan telinga di daun pintu.
"Mas, Mas ada di dalam, kan? Mas kenapa? Mas masuk angin?"
Dia masih muntah-muntah, aku semakin panik.
"Mas buka pintunya!" teriakku.
Mas Rey tak kunjung menyahut.
"Mas!" Aku semakin dirundung ketakutan.
Kupaksakan diri untuk membuka pintu, karena aku tidak mendengar suara apa-apa lagi. Aku khawatir terjadi sesuatu pada Mas Rey.
Kudorong pintu.
Begitu pintu terbuka, kulihat mas Rey yang sudah tak sadarkan diri, bersandar di dinding dengan mata terkatup.
Aku terkejut sambil meneriaki nama mas Rey, aku mendekat ke arahnya, mencoba menyadarkannya, tapi sia-sia. Aku mulai kalang-kabut dan belingsatan.
Aku segera keluar untuk mencari pertolongan.
Ini sudah tengah malam.
Tapi aku berharap, ada tetangga yang belum tidur.
Aku seperti orang gila yang kehilangan arah. Sekujur tubuhku gemetar, pikiranku tak pernah lepas dari mas Rey.
Dengan derai air mata, aku mendatangi setiap rumah sambil mengetuk pintu. Berteriak minta tolong agar mereka berkenan membantuku membawa mas Rey ke rumah sakit. Aku tidak peduli mereka akan menganggapku apa, aku tidak bisa berpikir jernih. Rasa takut itu berhasil membuatku menjadi gila.
Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Mas Rey.
Akhirnya pada pintu ke lima, si pemilik rumah mau membukakan pintunya.
Sepertinya aku harus berterima kasih pada Allah, ternyata ada salah satu tetangga kami yang mau membantu setelah aku memohon dengan air mata yang terus turun.
Akhir-akhir ini aku sering melihat mas Rey sesak napas, dan dia kehilangan nafsu makan.
Ternyata itu jawabannya.
Itu adalah gejala orang yang tidak mau melakukan cuci darah.
Kesehatan tubuhnya akan menurun.
Benar, Mas Rey tidak mau cuci darah lagi.
Baru saja dokter mengatakan padaku, kalau mas Rey sudah tidak pernah datang ke rumah sakit untuk menjalani cuci darah.
Hal itu membuatku terkulai lemas.
"Jadi selama dua bulan ini Mas nggak ngelakuin rutinitas Mas untuk cuci dara? Mas jahat sama aku, Mas udah bohong sama aku!"
Aku marahi dia ketika sudah berada di rumah sakit. Aku tahu dia sedang menahan sakit, tapi aku masih saja membentaknya, aku benar-benar kecewa.
"Untuk apa, Len? Toh kalau saya cuci darah juga sama-sama bakalan mati." Suaranya terdengar lirih. "Saya juga kasian sama kamu. Saya pengin kamu bebas."
"Ambil ginjal aku, Mas. Ambil aja ginjal aku, aku ikhlas. Mas nggak perlu bayar apa pun. Aku tahu ini terlambat. Aku mau Mas tetap hidup, jangan tinggalin aku, Mas." Mataku mulai berkaca-kaca. Kondisi mas Rey benar-benat sudah lemah.
"Sebuah hadis mengatakan, kalau seorang wanita akan dipersatukan dengan suami terakhirnya di Surga. Kamu tinggal pilih, mencari pendamping lagi, atau memilih hidup sendirian, dan kita bisa dipersatukan lagi di Surga asal kita termasuk golongan orang beriman."
"Mas jangan bilang begitu, Mas pasti sembuh." Air mataku merebak. "Jangan bahas kematian, aku nggak sanggup."
"Bukankah ini sudah perjanjian kita sejak awal?"
"Enggak, Mas. Saat aku memberikan semua yang aku punya untuk Mas, itu artinya aku mencintai mas Rey."
Aku ingat, dua bulan lalu Mas Rey mengatakan cintanya padaku. Dia pun mengajakku untuk melakukan hubungan suami-istri pada umumnya.
Aku tidak bisa menentang, malaikat akan melaknatku jika aku menolak ajakannya.
Bukan hanya itu, karena aku pun sama-sama mencintainya.
Tapi aku tidak berani mengatakan itu.
Jika aku mengatakan cinta, akankah mas Rey tetap membunuh dirinya dengan melakukan cuci darah?
Siapakah yang salah? Aku atau mas Rey?
Aku menangis di depannya. Dia hanya bisa diam. Diamnya mungkin menahan sakit yang aku sendiri tidak bisa memahaminya.
✂✂✂
Keterangan hadis :
“Wanita mana pun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir.” (HR. Thabrani dalam al-Ausath 3248 dan dinilai sahih oleh al-Albani).
”Saya mendengar Abu Darda meriwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , ’Wanita akan dikumpulkan bersama suami yang terakhir.’ Dan saya tidak ingin ada yang menggantikan posisi Abu Darda.” (al-Mathalib al-Aliyah, Ibn Hajar, 5/274).

KAMU SEDANG MEMBACA
360 Hari √
Proză scurtă#S H O R T S T O R Y Ini kisah 360 hariku bersamanya. Copyright© November 2018, JaisiQ