Love Destiny 06

78 27 5
                                    

***

30 menit sebelumnya~

"Bentar-bentar gue belum siap, buku gue masih berantakan" Teriak Glen.

"Ihh berisik lo" ketus Devan sambil ngelempar buku kearah Glen. "Orang gue juga masih disini, ribut aja lo ah"

"Yaa kan bisa aja kalian ninggalin gue pas lagi sayang sayangnya gitu" Balas Glen tak berdosa.

"Anjirr human bucin" Gidig Devan.

"Cepet keburu sore" Johan membuka suara.

"Ayo" ajak Glen cengar-cengir berjalan duluan ngelewatin Johan dan Devan.

"Temen siapa si? Ditungguin malah ninggalin" Ucap Devan sewot.

"Bukan temen gue" jawab Johan.

"Bukan temen gue juga"

Glen kembali menoleh kearah Johan dan Devan, dengan wajahnya yang tampak tak berdosa itu Glen merangkul pundak Johan dan Devan bersamaan. "Cepetan malah ngerumpi"

Mereka bertiga pun beranjak pergi meninggalkan kelas yang sudah sepi, dan berjalan menuju parkiran. Johan membawa motornya sendiri, sedangkan Glen dibonceng oleh Devan dengan motor Vespa milik Devan.

~~~

Devan memarkirkan motornya di garasi rumah Johan. Johan berjalan keluar menuju pintu depan rumah dan membukanya.

"Masuk" ajak Johan.

Glen dan Devan menuruti saja. Devan masuk mendahului Glen sambil membuka jaket yang ia kenakan.

"Ini rumah lo?" tanya Glen.

"Lo kan udah sering main kesini, ngapain nanya?" sewot Johan.

"Elah basa basi aja si"

"Receh lo ah" lanjut Devan

"Bagus ya rumah si Bos" Ucapan Glen tidak dihiraukan oleh kedua temannya.

Mereka bertiga berjalan menuju kamar Johan melewati kamar Kirana.

"Masuk kamar duluan aja, gue ambil minum dan cemilan dulu" Suruh Johan

"Siip" jawab Devan.

"Gue ikut" ucap Glen

"Ikut kemana?" bingung Johan dan Devan bebarengan.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau ke dapur, tadi gue udah bilang. Lo ke kamar aja sama Devan, lagian gue maku boker dulu lo mau ikut?"

"Haha, ngasal aja lo" Glen ketawa sambil masuk kedalam kamar.

"Gak jelas banget sumpah Glen" Ucap Devan.

Johan pergi kedapur meninggalkan Devan sendiri, Glen sudah berada didalam kamarnya Johan.
Devan masih berdiri didepan pintu sambil memainkan handphonenya.

"Kak lagi ngapain?" Tanya Kirana dari belakang.

Devan sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Kemudian Devan memutarkan badannya melihat siapa cewe yang berada dibelakangnya itu. Belum sempat melirik kearah cewe yang ada didepannya ini dengan sopan Devan angkat bicara "ehh gue temennya Johan"

Kirana menatap Devan dengan aneh, "Deg" 'Bukannya dia cowo kemarin,kok dia bisa disini' pikir Kirana.
"Lohh.. Ngapain lo disini?" Tanya Kirana sambil menunjuk kearah Devan.

"Lo juga ngapain disini?" tanya Devan dengan wajah datar

"Kalian saling kenal?" Tanya Johan tiba-tiba yang muncul dari dapur membawa beberapa cemilan dan minuman.

"Iya"

"Enggak"

Jawab Devan dan Kiran berbarengan.

Kirana melongo merasa malu akibat dia sok kenal kenak cowo yang ada dihadapannya itu.

"A-aku juga gak kenal" Lanjut kirana. Sambil masuk kembali kedalam kamar. Kirana menutup pintu kamarnya dengan begitu keras.

"Kenapa dia?" tanya Devan bingung.

"Biarin lah, emang gitu dia mah gak jelas"

"Ohh" jawab Devan singkat sambil melihat kearah pintu kamar Kiran.

Johan dan Devan memasuki kamar. Devan sedikit bingung perasaan udah sering main kerumah Johan, tapi baru tau kalau cewe yang ia temui kemarin adalah adiknya Johan.

Dikamar sudah ada Glen yang sedang berbaring dikasur milik Johan dan memainkan ponselnya. Devan duduk dikursi belajar milik Johan.

Johan menyimpan minuman dan cemilannya dibawah karpet yang sedang ia duduki. Sambil menyalakan musik di DVD yang ada dikamarnya.

"Itu adek lo Han?" tanya Devan.

"Ia.. Kenapa Pan? Lo suka?" Tanya Johan nyengir.

"Gue cuma nanya" ucap Devan sambil mengambil salah satu cemilan dan duduk disamping Johan.

Glen diam saja tak bergeming, dia pokus pada layar handphonenya.

***

Bhukkk...   Suara pintu yang aku tutup mengagetkan Sasya dan Leya.

Sasya dan Leya menoleh bersamaan. Aku berjalan menuju kearah mereka berdua dan duduk ditengah-tengah mereka.

"Kenapa Ran?" tanya Leya.

"Ada temen kakak gue diluar. Dia bilang dia gak kenal sama gue. Masa ia si?" cetus aku. "Kan kemarin kita ketemu ditaman kota, masa ia dia gak liat nama gue di badge seragam gue?"

"Kenapa lo marah? Mungkin emang dia gak liat nama lo" Ucap Leya santai dan masih pokus pada drama.

"Lagian biasanya kan lo ga peduli juga sama orang" tambah Sasya.

"Iya juga si" Ucapku mulai tenang. "Kalian Tau gakk?" Tambahku mulai curhat.

"Enggak" jawab Leya dan Sasya bersamaan tanpa menoleh sama sekali kearahku.

"Dengerin dulu bego" Ucapku lagi sambil menutup layar laptop.

"Ihh apasi?" Tanya Sasya sewot.

Sambil menaruh laptop dimeja, aku mulai bercerita tentang si cowok tadi. Aku menceritakan semua kejadian kemarin tanpa terlewat sedikit pun.

"Ganteng gak?" Tanya Sasya penasaran setelah mendengar semua cerita.

"Lumayan si, Tapi dingin gitu orangnya, jutek" jawabku jujur.

"Lo suka kayaknya Ran ke dia" Ucap Leya sambil berdiri dari kasur, dan melipat tangannya di depan dada.

"Bener bener Kai, Kayaknya Rana suka" tambah Sasya tiba-tiba. "Soalnya kan waktu masih SMP Lo gak pernah cerita-cerita tentang cowok siapapun"

Aku diam saja memandang mereka berdua, masa ia si aku jatuh Cinta? Baru ketemu sekali juga kan? Toh bukannya isi cerita tadi ngejelek-jelekin dia. Bilang dia sombong, jutek, so cool, senyumnya mahal, masa tiba-tiba dibilang suka.

Handphone Sasya berdering, dengan cepat Sasya mengangkat telponnya.

"Iya,, iya aku keluar sekarang". Hanya kata itu yang Sasya ucapkan ditelpon.

Dengan malas Sasya menarik tasnya yang ada di kasur. "Gue pulang duluan ya, gue udah dijemput sama sodara gue" Ucap Sasya sambil beranjak pergi.

Aku sama Leya berjalan dibelakang Sasya, nganterin dia kearah depan pintu.

"Bye" ucap Sasya sambil melambaikan tangannya dan tersenyum.

"Byeeee" jawabku dan Leya bersamaan.

Aku dan Leya masuk kembali kedalam kamar, tiba-tiba kakakku keluar dari kamarnya dan menyapa Leya.

"Hai Kay" Kakakku so cool.

Leya tersenyum kearah kakak. Aku hanya diam menyaksikan, Kok kakak so akrab banget sama Leya. Kenapa mereka?

"Kakak so kenal najiss deh" Aku pergi duluan memasuki kamar meninggalkan Leya bersama kak Johan

"Nanti pulang aku anterin ya" ajak kakakku.

***

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang