Love Destiny 08

42 22 10
                                    

Pagi ini aku berangkat sekolah lebih awal, aku berangkat pukul 6:15 a.m. Biasanya aku berangkat pukul 6:45 a.m, tapi karena hari ini ada acara lomba main basket antara tim sekolahku dan tim sekolah kakakku. Jadi aku terpaksa berangkat lebih pagi kesekolah.

Dirumah belum sempat sarapan, Aku, Viona, dan Belia pergi ke kantin untuk sarapan. Aku tidak bersama Sasya dan Leya karena kita beda jurusan dan jarang sekali ketemu kalau disokalah, ya terpaksa aku sarapan dengan teman sekelasku.

Kami bertiga berjalan menuju kantin dengan pakaian yang sedikit keluar dari rok, rambut digerai,tidak memakai dasi dan kaus kaki pendek semata kaki. Dan kami memilih duduk dikursi paling belakang.

"Mang Ewok nasi goreng 3 ya" Teriak Viona pada salah satu pedagang kantin.

"Siap neng geulis" Sahut Mang Ewok dengan mengacungkan jempolnya.

Setelah selesai memesan makanan, Viona mengajak aku ngobrol, tapi tidak dengan Belia dia tetap diam dan pokus pada layar handphonenya dengan wajah yang super dingin.

"Ran, kok lo suka banget si pulang paling akhir?" Tanya Viona membuka obrolan.

"Hah? Ehm, gak tau udah kebiasaan. Kenapa?" jawabku seadanya.

"Ah gapapa, penasaran aja"

"Gue duluan ya guys" Ucap Belia tiba-tiba, sambil berdiri dari kursi.

"Nasi gorengnya Bel?" Tanya Viona tapi tidak ada jawaban dari Belia.

Dari raut wajahnya keliatan seperti ada sesuatu. Tapi entah lah bukan urusan aku juga.

"Nih Neng, nasi gorengnya" Ucap Mang Ewok, sambil menaruh piring diatas meja.

"Makasih Mang" Jawab kami berdua.

"Ini nasinya ada tiga neng, satu lagi buat siapa?"

Viona melotot kearahku, menautkan kedua alisnya bingung. Toh itu kan nasi goreng buat Belia, sekarang Belia udah pergi, Nyusahin tuh anak.

"Ehm. Buatt....."

"Buat gue aja" seseorang muncul tiba-tiba dibelakang Mang Ewok. Sontak aku dan Viona menoleh kearah seseorang itu. Dengan pakaiannya yang begitu acak-acakan Dito berjalan kearah kami dan duduk disebelah Viona menghadap kearahku.

Mungkin Mang Ewok sudah paham, dia pergi meninggalkan kami bertiga dan kembali ke habitatnya.

"Ngapain si lo?" Tanya Viona kesal

"Makan lah" Jawab Dito tanpa menoleh kearah Viona, dan terus saja menyantap nasi gorengnya itu.

Hening.. Hening... Tidak ada obrolan diantara kami bertiga, sampai nasi goreng diatas piring sudah tidak tersisa.

Heh Kirana.. Teriak seorang cewek diujung kantin, dia mendekati arah meja yang aku duduki diikuti 3 orang temannya. Dengan gayanya yang super songong dan melipat kedua tangannya didepan dada.

Dito dan Viona terlihat terkejut, aku si biasa saja. Toh aku gak kenal sama itu cewek.

"Siapa?" Tanyaku pada Viona dan Dito

"Lo gak kenal Ran? Mereka geng paling SO disekolah ini, mereka kelas XI kakak kelas kita" jawab Viona.

Mendengar jawaban dari Viona, aku malah senyum, senyum sinis tentunya. Sekarang mereka sudah ada didepan kami bertiga.

"Mau ngapain?" Tanyaku sinis.

"Jangan so cantik deh lo" Ucanya kasar.

"Gue emang cantik, gue tanya lo mau ngapain nyamperin gue?"

"Kok lo nyolot" tunjuk gadis itu dengan mata melotot.

"Dih anjirr, situ juga nyolot"

Gadis itu makin marah, kini dia menjabak rambutku dengan kasar. "Lepasin babi" teriakku sambil membalas menarik rambutnya.

Viona dan Dito berdiri. Mereka berniat mau pisahin aku dan si cewek songong ini, untung belum banyak pengunjung dikantin karna masih pagi.

Dito sekarang menarikku dan berhasil menjauhkan aku dari cewe iblis itu.

"Maksud lo apa? Jangan kasar gitu dong" Sentakku tak terima dan menepis kasar lengan si cewek itu.

"Jangan so jagoan lo ya Kirana, jangan so cantik, lo mau rebut cowok gue gitu?" Terus saja dengan kasarnya dia mendorongku dengan jari berkumannya itu.

"Santai dong gak usah dorong-dorong" teriakku sambil membalasnya mendorong.

"Kirana udah jangan diladenin" Dito menarik lenganku dengan kasar dan membawaku keluar dari kantin, Viona menyusul dari belakang.

"Lepasin Dito" Aku mencoba melepaskan tanganku yang di cengkram oleh Dito. Tapi begitu aku mencoba Dito malah lebih Kuat mengcekram.

Apadaya aku mengikuti saja kemana Dito membawaku pergi dari kantin. Setelah agak jauh dari kantin, Aku memukul keras pergelangan tangan Dito. Dito melepaskan tanganku. Tanganku merah bekas cengkraman tangan Dito.

"Ngapain si lo Dit? So jadi pahlawan lo" Ucapku sinis pada Dito sambil mengelus pergelangan tanganku yang sakit.

"Masih pagi, belum waktunya berantem" jawab Dito.

"Apa bedanya sama siang? Ah rese lo. Gue udah lama gak berantem tau gak. Ngeselin lo"

"Beda... Gue pergi, kalian kekelas aja. Gue mau bayar nasi goreng yang tadi" Ucap Dito dan pergi begitu saja.

"Bayarin punya kita" Teriak Viona pada Dito.

Dito hanya mengacungkan jempol saja tanpa menoleh kearah kami berdua.

"Ayo kekelas Ran" Ajak Viona.

"Ngeselin sumpah" ketusku.

"Ayo ah" Viona menarik lenganku dan membawaku kekelas.

~~~

"Lo pacaran sama siapa Ran?" Tanya Viona yang duduk diatas meja.

"Gue gak pacaran" jawabku seadanya, dan dalam posisi tertidur diatas meja dengan alas tas sebagai bantal.

"Terus maksud cewek tadi apa?"

"Ya gak tau, lo tau gak pacar dia siapa? Gue mah belum pernah pacaran"

"Mana ada yang mau sama cewek songong kek gitu" Ucap Viona Sambil berdiri dan duduk disebelahku.

"Gila kali tuh cewek, lo gak mau kelapangan Vi? Kan lagi ada lomba main basket" Tanyaku mengalihkan.

"Belum mulai, mainnya nanti jam 10, lagian lawannya juga belum pada kesini"

"Oh yaudah, gue tidur aja lah dikelas, cape"

"Ah lo tidur mulu, yaudah gue disini aja sama lo"

"Lo gapapa Ran?".

Tiba-tiba seorang cowok jangkung datang menghampiri kami berdua. Wajahnya terlihat cemas, napasnya terengah-engah. Dia menarik lenganku menyuruhku berdiri dari posisi tertidur.

***

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang