Johan beserta tim basketnya pulang dengan gembira, ia lomba ini dimenangkan oleh timnya sekolah Johan. Dengan rekor 5-4.
"Selamat untuk kalian semua, Bapak selaku pembimbing kalian sangat bahagia" Ucap Pak Wisnu begitu bahagia. "Kalian jangan sombong dengan kemenangan ini, terus semangat" Lanjutnya.
"Iyaa pak" Jawab serentak seluruh anggota tim.
"Ini juga berkat Bapak yang ngajarin kami Pak" Tembal Devan dengan wajah datar.
"Makasih pak"
Tanpa menjawab, Pak Wisnu hanya senyum dengan ramah dan mengacungkan kedua jempolnya.
Sekarang Johan, Devandra, Glen dan anggotanya yang lain sudah berada disekolahnya. Permainan dimulai pada pukul 10:00 am, dan selesai pada pukul 11:30 am. Hanya satu jam setengah, ini bukan lomba sungguhan hanya lomba biasa saja.
Mereka kembali ke sekolahnya pada pukul 13:00 pm. Pulang dengan rasa bangga dan tidak malu. Tidak mendapat piala hanya saja mendapat uang senilai satu juta rupiah, dan juara dua lima ratus ribu rupiah.
~~~
"Kok gue gak liat Ade lo ya tadi" Ucap Glen pada Johan sambil menyuapkan bakso yang ada didepannya.
"Gue juga gak liat" Balas Devan.
"Gak tau gue, palingan dia mah nongkrong dikantin" Jawab Johan santai dan menyeruput minumannya.
"Gak ketemu Leya?" Tanya Devan
"Tadinya mau, tapi gak jadi"
"Napa?"
"Gak tau, dia bilang gak usah ketemu aja"
"Lo gak nanya kenapa Han?" Sambar Glen.
"Ngapain.. Nanti juga dia cerita sendiri"
"Ohh gitu" Respon Devan dan Glen bebarengan.
***
Setelah sholat dzuhur berjamaah dimasjid sekolah, Aku (Kirana) tidak kembali ke kelas. Aku masih nongkrong manjah dikantin dengan Leya dan Sasya. Bertiga ae kek ban mobil bemo:v..
Ceritanya mau ngejelasin tentang hubungan Kak Johan sama Leya. Semoga aja Sasya ngerti.
"Tadi kalian ngomongin gue? Ngomongin apa?" Tanya Sasya dengan wajah datar namun serius.
Aku diam saja, toh tadi Leya udah bilang dia mau jelasin sendiri. Bukannya gak mau bantuin temen. Nanti kalo aku ikut-ikutan dikira munafik lagi wqwq:v gak dehh.
"Kok gak jawab" Tanya Sasya lagi sambil menaruh minuman dengan keras diatas meja.
"Maafin gue Sya" Ucap Leya dengan wajah bersalah.
"Sya, lo jan ngegas ya. Lo harus ngertiin" Lanjut Aku.
"Iya Apa?"
"Gu.... Guue,," Ucapan Leya terpotong Sasya.
"Gue tau" Potong Sasya. Dengan mata berkaca-kaca.
'Aku hampir tersedak saat mendengar ucapan Sasya barusan, aku melihat kearah Sasya matanya memerah mengeluarkan air bening. Leya juga terlihat diam saja, ya mungkin bingung mau ngomong apa.'
"Lo tau apa Sya?" Tanyaku sambil memegang tangannya yang sedari tadi dia kepal.
Sasya mengepalkan tangannya mungkin menahan amarah.
"Kalian kok tega" Ucapnya Sasya mulai menangis.
"Kenapa lo tega sama gue Kay? Gue pikir lo baik. Tapi ternyata lo nusuk gue"
"Sasya maafin gue" Leya ikut-ikutan menangis.
'Gimana ni? Kok gue jadi bingung gini.' pikirku dalam hati.
"Gue pikir lo dukung gue buat suka terus sama kak Johan, tapi ternyata lo malah jadian sama dia"
"Gue bisa jelasin Sya, Gue cumaa..."
"Cuma apa?" Sasya memotong kalimat Leya. "Lo cuma suka sama dia? Terus lo nusuk gue, gitu? Jahat lo Kay, terus selama ini gue curhat ke lo apa gunanya?"
"Bukan gitu Sya, dengerin dulu" Jelas Leya.
"Udah dong, udah" Hanya itu kata yang bisa aku ucapkan, Sumpah bingung banget harus kek gimana.
"Gue gak mau denger apapun dari kalian. Kalian berdua Jahat ke gue. Gue pergi jangan hubungi gue lagi, gue gak mau punya temen yang suka nusuk dari belakang" Sasya pergi meninggalkan kami berdua, dengan isakan tangisnya dia berlari keluar kantin.
"Kay gimana dong? Gue bingung" Ucapku "lo udah jan nangis"
"Gue gak nangis" Ucap Leya sambil mengusap sisa air matanya. "Gue susul Sasya dulu ya Ran. Lo ke kelas lo aja" Lanjutnya sambil berdiri dan beranjak pergi.
"Hubungi gue" Ucapku sambil melihat kearah Leya yang mulai mengikuti Sasya.
***
"Stick vs mana Han?"
"Di laci, ambil aja"
Terdengar samar-samar suara dibalik dinding, Aku yang sedang enak-enak tidur merasa terganggu oleh kebisingan dikamar kak Johan.
"Ih berisik banget si, ganggu aja" Gumamku.
Aku berdiri dari kasur, keluar kamar dengan wajah berantakan.
"Kak Johan..." Teriakku sambil menggedor pintu kamar kak Johan. "Buka"
"Apaan si Ran?" Sahut kak Johan dibalik pintu.
"Buka pintu" Ucapku dengan suara marah.
Tak hampir satu menit, pintu kebuka. Terlihat kak Johan yang sedang memegangi stick vs.
"Apa?" Ucapnya sambil menggaruk kepalanya.
"Kecilin suara tv-nya. Ganggu aja orang lagi tidur"
"Iya" Jawab kak Johan malas sambil kembali menutup pintu.
"Ngeselin, untung kakak"
Aku berjalan keluar rumah, menikmati angin sore sambil meregangkan otot tubuh.
"Hhooamm.." Aku menguap sambil mengucek mata.
Terdengar suara motor yang sedang parkir digarasi rumah, 'siapa?' pikirku. Dia membuka helmnya dengan santai. Berjalan menghampiriku dengan santai. Kaos yang ia kenakan sangat cocok dengan badannya, celana pendek selutut dan kaos oblong berwarna putih dilapisi switer hitam.
'Masyaallah ganteng' Gumamku pelan. 'Ehh apaansi ini mulut.'
"Johan ada?"
![](https://img.wattpad.com/cover/167549073-288-k916732.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Любовные романыKirana :"Aku terlalu sibuk memberi perhatian lebih kepada dia yang mengacuhkanku, dan terlalu acuh kepada orang yg justru mencintaiku. Maaf". Devandra :"Bukan alasan untuk melepaskan, tapi alasan untuk bertahan kalau dia benar-benar mencintaimu". R...