Love Destiny 09

36 18 4
                                    

***

"Johan, semua tim sudah siap?"

"Sudah pak, Kita semua sudah siap" Ucap Johan dengan begitu semangat.

"Bagus kalo gitu. Baik jangan lupa kalian semua berdoa dulu sebelum berangkat dari sini, Johan kamu selaku ketua silahkan pimpin mereka."

"Baik pak, sepuluh menit lagi kita berangkat Pak. Anak-anak yang lain sedang mempersiapkan kendaraan untuk berangkat pak."

"Kalo gitu, bapak urus tim pendukung saja"

"Iya pak"

Setelah selesai berbicara dengan guru pembimbing, Johan menemui semua tim basketnya. Johan menyiapkan strategi dan tidak lupa juga membaca doa sebelum pertandingan dimulai.

"Johan, semua udah siap. Kapan berangkat?" Teriak salah satu anggota tim.

"Yaudah lah, berangkat sekarang aja" Balas Glen.

Tanpa menjawab Johan memberi kode untuk pergi sekarang. Semua anggota tim berangkat menggunakan kendaraan yang mereka punya masing-masing. Tim pendukung sudah disiapkan oleh Pak Wisnu guru pembimbing Basket.

***

Sekarang kedua tim sudah berada dilapangan. Dan sudah berada diposisi masing-masing.

Tiupan peluit sudah berbunyi, akhirnya permainan dimulai. Suara gemuruh siswa siswi yang memberi semangat terdengar begitu heboh.  Saking semangatnya.

Bola dari menit ke menit memasuki ring, kedua tim sama hebatnya.

***

"Lo gapapa Ran?"

Viona kaget dengan seseorang yang tiba-tiba muncul itu, handphone Viona pun hampir jatuh dari tangannya.

"Huuh, ngagetin." Ucap Viona sambil mengelus dada.

Kirana bangun dari posisi tidurnya, melihat siapa cowo yang berdiri disampingnya.

Cowo itu menarik pergelangan tangan Kirana, dan membawa kirana keluar dari kelas. Kirana sempat menoleh kearah Viona yang mukanya terlihat kebingungan.

"Mau kemana?"

"Ikut gue sebentar"

"Ta.... Tapi, itu si Viona?" Ucap Kirana sedikit terbata-bata

"Bentaran Kiran, ikut gue dulu."

Dengan terpaksa aku mengikuti saja apa perkataan Riki, dan meninggalkan Viona yang sendiri didalam kelas.

Sekarang kami berdua sudah berada diatap gudang sekolah, tangan Kirana masih dipegang oleh Riki. Kirana tidak melepaskannya karena pegangan tangan Riki begitu kuat.

"Ada apa si Ki?" Tanyaku bingung.

"Lo gapapa Ran?" Ucapnya khawatir

"Gue gapapa. Emang kenapa?"

"Gue denger lo dilabrak sama si Sindi dan geng nya."

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang