"Nih kak helmnya" Seruku sambil memberikan helm itu. "Nanti sore gak usah jemput deh kak, aku pengen jalan kaki" Pikirku.
"Mau jalan sama siapa lo?" Ejeknya sambil mengambil helm dari tanganku.
"Sama angin" Ucapku sinis.
"Yaelah gaya lo, yaudah kakak pergi dulu" Ijinnya sambil menyalakan motor.
"Yaaud......" Ucapanku terpotong diudara ketika mendengar suara teriakan.
"Heyyyy Kiran tunggu dulu" Teriakan cewe disebrang jalan.
Aku dan kakakku sontak menoleh ke sumber suara. Benar dugaanku itu si Sasya.
"Jangan dulu pergi Kak" Suaranya terengah-engah.
"Apa si Sya? Kakak gue mau pergi sekolah tau" Ucapku sewot.
Kakakku hanya diam saja menunggu apa yang ingin Sasya katakan.
"Bentaran doang Ran" Katanya sedikit memohon.
"Kenapa?" Tanya kakakku lembut sambil tersenyum
'chiihh anjirr geli bangett' ucapku pelan hampir tak terdengar.
"Kak Johan boleh minta nomer handphone?" suaranya sedikit centil.
"Ihh hahah, apa si Sya? Ayo ah masuk" ajakku sambil ketawa. "Kak pergi aja, jangan didenger" Suruhku sambil menarik lengan Sasya masuk gerbang.
***
Sasya itu sahabat aku, dia baik, pinter, tapi sedikit lebay. Kalau liat Kak Johan suka salah tingkah. Dia menyukai ka Johan.
Selain Sasya, ada juga sahabatku satu lagi yaitu Leya. Kita satu sekolah, tapi sayangnya kita beda kelas. Aku masuk di jurusan IPS mereka berdua di jurusan MIPA.
wajar aja si mereka berdua pada pinter. Bukannya aku Oon ya, tapi aku gak suka aja masuk ke jurusan yang ada pelajaran itung-itungan gitu. Pusing.
***
"Leya mana?" Tanyaku pada Sasya yang sedari tadi cemberut.
"Jahat lo Ran, lo kan tau gue suka sama kakak lo"
"Hahah apa si Sya ah. Leya mana?" Tanyaku mengulangi.
"Huuh" Serunya sambil menjitak kepalaku. "Malah nanyain si Leya lo ah, bete gue"
"Yaudah ia sorry, nanti pulang sekolah kerumah gue ayo" Ajakku membujuk.
"SERIUS LO" tanyanya menekan.
"Iya. Udah ah gue ke kelas dulu bye" ucapku sambil pergi.
"Yessssssss Kak Johan tunggu aku" teriaknya entah pada siapa, sambil berlari.
~~~
Setibanya di depan kelas.....
"Assalamualaikum" ucapku sambil berjalan menuju kebelakang tempat aku duduk.
"Waalaikumsalam" jawab seluruh teman kelas.
"Wihh wangi banget lo Ran" ucap Dito yang duduk dibangku sebelah.
"Apa si" kataku sedikit jutek. "Kek yang baru nyium parfum aja. Ngapain lo duduk disitu? Awas ah" usirku
"Hak lah" ucapnya sambil menaikan alisnya.
"Dito lo yaa awas gak" paksaku sambil sedikit memukul lengannya.
"G Y" jawabnya singkat.
Dengan sigap aku ngambil sapu yang ada dibelakang kursi. Niatku ingin memukulnya tapi...
"Kiranaa ada yang nyariin Lo" teriak Viona didepan pintu.
Aku menoleh kearah viona "Siapa?" tanyaku sambil melempar sapu kearah dito dan berjalan keluar.
"Gak tau Ran, gak kenal" ucapnya datar.
Aku berjalan keluar menghampiri seseorang yang sedang berdiri dilorong sekolah.
"Kenapa ya? Ada perlu apa? Kamu siapa?" tanyaku berlebihan sambil mengerutkan kening.
"Gue Riki" ucapnya sambil senyum. "Lo Kirana Kan?" tanyanya.
"Oh Iya" jawabku sedikit bingung "tau darimana nama gue?" Tanyaku penasaran.
"Gue kemarin liat lo ditaman kota. Gak sengaja aja liat nama lo di badge seragam lo" jawabnya jujur.
"Ohh gitu, terus ada perlu apa manggil gue?"
"Boleh minta nomer whattsap lo.... " Pintanya to the poin.
"Buat apa?" tanyaku heran.
"Biar lebih deket ajaa" ucapnya percaya diri.
"Ehhm.."
Bel berbunyi yang menandakan tanda masuk.
"Udah bel, gue masuk kelas dulu ya" Kataku sambil pergi tanpa menghiraukan laki-laki itu.
Demi mimi perii yang tidak pernah kembali ke kayangan aku berterima kasih banget pada bel sekolah.
***Riki. Dia memiliki tubuh tegap, rambut bewarna hitam, mata sedikit coklat, kulit sawo matang.
Dito. Temen sekelas paling gacor. Sedikit berandalan, ngeselin, gak ganteng-ganteng amat.
***
Suasana di dalam kelas cukup ramai, semua anak-anak asik mengobrol, selfie, nyanyi-nyanyian, entahlah mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Beda dengan aku, setelah pergi meninggalkan Riki aku memilih tidur dikelas. Disamping aku masih ada Dito yang sedang asik menggambar.
"Ran, Ran liat Bagus gak?" Tanya Dito sambil menyenggol lenganku dengan begitu keras.
"Ih ganggu aja lo ah. Apaan si ih?" Tanyaku sedikit sewot sambil membangunkan diri.
"Santuy dong ah" Ucapnya sambil senyum. "Liat ni gue gambar sketsa wajah lo, keren kan?" Lanjutnya sombong.
"Gila Bagus banget, mirip banget sama aku" Lirihku dalam hati. "Biasa aja ah, udah aku mau tidur jangan ganggu" Ucapku jelas dan tentunya bohong.
"Ah bohong lo"
Selamat pagi... Ucapan itu menggema di area sekitar kelas.
Suara itu mengagetkan seluruh anak-anak terutama aku.
Dengan anggunnya wanita paruh baya itu berjalan menuju kursi guru. Pakaiannya sangat rapi, wajahnya dingin dan datar, Dia menggulung rambutnya dan menyisakan sedikit poni dibagian depan. Umurnya kira-kira 30 tahunan."Pagi juga Bu" jawab seluruh murid.
"Saya disini sebagai wali kelas kalian, saya mengajar pelajaran Seni Budaya. Nama saya Ratih kumala. Kalian bisa panggil saya Bu Ratih." Jelasnya.
"Baik Bu Ratih" seru seluruh murid
Guru paling Stylish dan anggun, senyumnya mahal. Badannya langsing, memakai kacamata.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
RomantizmKirana :"Aku terlalu sibuk memberi perhatian lebih kepada dia yang mengacuhkanku, dan terlalu acuh kepada orang yg justru mencintaiku. Maaf". Devandra :"Bukan alasan untuk melepaskan, tapi alasan untuk bertahan kalau dia benar-benar mencintaimu". R...