"Kau percaya itu...?", Suara Wu Song terdengar begitu serak dan juga dalam kala dirinya bertanya kepada Zhang Shan Shan.
Gadis di hadapannya merunduk, ragu menyelimuti pikirannya.
"Shan'er, aku tidak akan membohongimu. Ibu-ku memang adalah orang Song, tapi---",
Wu Song terdiam, mengamati perubahan pada Zhang Shan Shan yang telah mengepalkan kedua tangannya.
"Shan'er, aku tau kau membenci orang Song. Tapi---",
"Benci?", Zhang Shan Shan mendongak, "Benar, aku membenci orang Song. Karna mereka membunuh ayahku, mereka---mereka membunuh ayahku, Wu Song!",
Gyut..
Wu Song mendekap tubuh Zhang Shan Shan erat, membenamkan kepala dan wajah gadis itu di dada bidangnya. Membiarkan air mata membasahi bajunya, membiarkan Zhang Shan Shan melampiaskan perasaannya. Hingga dia yakin, Zhang Shan Shan akan merasa lebih baik. Dia tidak berniat untuk melepaskan gadis itu, tidak sedikitpun. Justru sebaliknya, dia akan mempererat dekapannya. Memberikan kehangatan bagi Zhang Shan Shan yang sudah cukup banyak mengalami kepahitan hidup, untuk ukuran gadis sepertinya.
"Rekan kecil, Aku pernah mengatakan padamu. Jangan menangis, karna kau akan terlihat semakin menjadi jelek ketika menangis.", Lirih Wu Song mengusap belakang kepala dan punggung Zhang Shan Shan dengan lembut.
Dirasakannya bahu dan dada Zhang Shan Shan yang naik turun disertai isakan kecil, gadis ini---masih menangis.
"Tapi tidak apa, aku menerima betapa jeleknya dirimu ketika menangis. Jadi, menangislah, rekan kecil. Menangislah jika itu membuatmu merasa lebih baik, lampiaskan perasaanmu, juga bebanmu, aku siap menerimanya...",
Hangat..
Zhang Shan Shan merasakan perasaan nyaman dan aman untuk pertama kalinya seumur hidup selain dari pelukan ibunya, berada di dalam dekapan dan mendengarkan suara serak dan rendah Wu Song memberikannya getaran aneh di dada. Hati kecilnya menginginkan kenyamanan dan rasa hangat juga aman ini terus berlangsung, namun keegoisannya menerpa dan menghantamnya begitu saja bagaikan angin kencang.
Bruk!
"Siapa yang butuh pelampiasan?! Aku tidak membutuhkan bantuan atau apapun darimu, baik kau, ibumu, atau orang Song. Aku membenci kalian semua!",
"Shan'er, tunggu---",
Terlambat, Zhang Shan Shan telah lari. Lari dari kenyataan, lari dari pahit dan manisnya hidup ini karna seorang Wu Song. Sadar tidak sadar, kehadiran Wu Song memberikan Zhang Shan Shan sedikit banyaknya---bahkan terlalu banyak bumbu hidup yang menambah hambarnya sebuah hidangan kehidupan menjadi terasa lebih beragam. Manis ketika kelakuan konyol Wu Song, Asin ketika Wu Song menjahilinya, Asam ketika Wu Song berlaku jahat pada dirinya, dan pahit ketika Wu Song bergariskan darah dari kelompok orang yang dibencinya selama ini.
Jatuh cinta?
Bagi Zhang Shan Shan, bahkan dirinya tidak berani mengatakan bahwa apakah dirinya menumbuhkan rasa cinta pada Wu Song atau tidak. Dia takut, takut jika jatuh cinta justru menjatuhkannya ketitik terlemah dirinya. Ke titik dimana dia akan dengan rela mengorbankan dirinya demi orang yang dicintainya, titik dimana dia mempercayai orang yang kemungkinan akan mengkhinati dirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ke-esokkan harinya..."Pagi, Rekan kecil...",
Wu Song mengangkat tangannya untuk menyapa Zhang Shan Shan, namun gadis itu hanya mengabaikannya dan berjalan melewatinya begitu saja.
"Shan'er, tunggu aku!",
Zhang Shan Shan berhenti, bukan karna permintaan Wu Song melainkan karna mereka telah sampai di tempat berkumpul semua orang. Hari ini adalah hari mereka melaksanakan misi, menjaga perdamaian dan juga menjaga-jaga jika ada serangan dari musuh, yaitu Song.
"Kalian lama sekali...", Wan Hu bersuara dengan nada tenang, matanya menatap kearah Zhang Shan Shan yang terlihat murung.
Wu Song menyadari tatapan Wan Hu dan menjadi sedikit sakit hati, terdorong untuk berdiri di hadapan Zhang Shan Shan dan menghalangi pemandangan Wan Hu. Di sebelah mereka, Huan Xiao Wen dan Huan Xiao Feng mengeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Wu Song yang berstatus pangeran kedua dari Dou. Tidak menyangka jika Wu Song akan bersikap kekanak-kanakkan seperti ini.
"Nona Zhang, kau tidak apa-apa? Kau terlihat pucat...", Wan Hu bertanya dengan ekspresi khawatir.
Zhang Shan Shan mendongak dengan perlahan, menemukan bahwa di hadapannya tengah berdiri pria yang membuat dirinya sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang selama semalaman.
"Aku tidak apa-apa, terima kasih kakak Wan telah mengkhawatirkanku...", Tukas Zhang Shan Shan melemparkan sebuah senyuman tipis yang dipaksakan ke-arah Wan Hu.
Melihat ini, Wu Song kembali merasakan sakit di hatinya dan cemburu. Dia berkata : "Kakak Wan??? Hei, jelas-jelas aku dan dia seumuran. Tapi kau memanggilnya kakak sementara aku---Wu Song?! Rekan kecil, kau pilih kasih sekali huh!!!",
Zhang Shan Shan tidak menjawab, justru memalingkan wajahnya kala melihat Kaisar Tian telah datang memakai tandunya.
Bersujud, semua orang menunggu Kaisar Tian untuk memulai perintah dan misi. Dibarisan terdepan, ada Liu Feng Fei dengan jirah perang berwarna emasnya. Di belakangnya, Huan Xiao Wen dan Huan Xiao Feng akan memimpin pasukan di perbatasan timur, Wan Hu sendiri akan berjaga di daerah perbatasan selatan sedangkan Liu Feng Fei akan berjaga di perbatasan utara. Sisanya, Wu Song dan Zhang Shan Shan sebagai asisten jendral akan berjaga di perbatasan laut yang berada di sekitar kerajaan Dou.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[Perbatasan Laut]"Hei!",
Tidak ada jawaban.
"Ehem, Rekan kecil...",
Kembali tidak ada jawaban.
"Shan'er!!!",
Lagi-lagi tidak ada jawaban, sudah nyaris setengah hari ini Zhang Shan Shan mengabaikannya. Jika bukan karna pekerjaan, mungkin Wu Song tidak akan mendengar suara keluar dari mulut Zhang Shan Shan untuk seharian ini. Sesampainya mereka di perbatasan laut, Raja Dou, ayah Wu Song menyambut. Ditemani oleh pangeran pertama, sang putra mahkota Dou, Wu Liang berdiri di sampingnya.
"Putraku, selamat datang kembali. Jadi Kaisar telah memutuskan untuk menempatkanmu di sini, itu bagus, kau akan lebih leluasa. Ayah akan memberikan bantuan jika kau membutuhkan, katakan saja. Dan---oh, ini pasti nona Zhang. Aku telah banyak mendengar tentang dirimu, terutama mendiang ayahmu, Jendral besar Zhang. Kami pernah menjadi sahabat, bermain catur dan minum teh bersama. Kau mewarisi sikap dan juga postur tubuhnya yang tegap dan gagah, meski begitu wajahnya tetap saja cantik seperti ibumu...",
Zhang Shan Shan tidak banyak merespon, dia hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Raja Dou. Tidak menyadari jika Wu Liang memperhatikan dirinya, bahkan seringaian licik dan mesum terpampang jelas di wajahnya untuk sekarang ini. Dan lagi-lagi, Wu Song menyadari hal itu.
"Kakak, sepertinya hari ini kau memiliki banyak waktu luang. Apakah kakak ipar telah berbaik hati dan mengikhlaskan dirimu keluar berjalan-jalan? Bukankah kakak ipar sangat posesif terhadap dirimu, tidak terbayang bagaimana jika kakak ipar menemukanmu disini...", Sindir Wu Song penuh intimidasi dan juga penekanan.
Wu Liang memasang wajah masam di tegur Wu Song, membicarakan tentang istrinya membuat dirinya kesal. Putri mahkota Dou memang terkenal akan ke-posesifannya terhadap Wu Liang, tidak heran. Di satu sisi, putri Mahkota Dou takut jika Wu Liang akan melirik gadis lain. Disisi lain, takut jika posisinya sebagai putri mahkota akan tergeser jika ada gadis lain yang lebih darinya.
"Wu Song, kenapa kau berkata seperti itu terhadap kakakmu sendiri? Jangan membuat nona Zhang berpikir bahwa keluarga kita tidak harmonis dan menyebabkan gosip tidak baik tentang kerajaan Dou. Kau mengerti bukan...?", Raja Dou menegur, membuat Wu Song kesal dan diam-diam mendecih.
Sementara itu, Zhang Shan Shan tidak terlalu mempedulikan permasalahan antara Wu Song dan Wu Liang. Namun, yang tidak dirinya mengerti adalah kenapa dirinya menghindari Wu Song sejak pagi tadi. Bukannya dia takut, tapi---ada perasaan tidak menyenangkan dan ganjil menyerangnya jika dia berdekatan dengan Wu Song. Dan dia tidak suka dengan perasaan itu, sama sekali tidak.
Sial!
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Partner [小伙伴]
Ficción históricaMemang kenapa jika dia, Zhang Shan Shan adalah gadis kasar yang mirip dengan laki-laki? Pujaan hatinya memilih adiknya, Zhang Hai Mei? Lupakan! Tidak ada gunanya memikirkan tentang perasaan sentimental seperti cinta, lebih baik dia melaksanakan tug...