Happy Reading 📖
--------------------Jevan meneguk dengan susah payah semenjak tadi. Iya, sejak terus ditatap oleh sepasang mata tajam yang duduk tepat di depannya.
Ini adalah kencan pertama Jevan, atas rekomendasi Tama tentunya. Sekarang Jevan tengah makan malam dengan seorang wanita. Harus Jevan akui bahwa perempuan itu cantik dan menawan.
Akan tetapi, tatapannya...
"Ekhm!" Jevan berdehem untuk mencairkan suasana.
Sebenarnya mereka sudah duduk semenjak setengah jam yang lalu. Namun selama itu juga tidak ada satupun yang berniat memulai pembicaraan. Jevan bahkan dibuat bingung pada saat pertama kali bertemu dengan wanita di depannya ini, suasana tiba-tiba menjadi sangat menyeramkan.
"Jadi kamu direktur?" Tanya wanita itu akhirnya tanpa melepaskan tatapan tajamnya membuat Jevan ragu-ragu untuk menjawab.
"Iya."
Mata wanita itu kemudian beralih pada makanan yang tersaji di depannya, "Jadi kita satu level. Oke lah."
"Hah?" Jevan mengernyit bingung tidak mengerti.
"Iya kita sepadan. Aku direktur terus kamu juga. Aku gak mau punya suami dengan kasta rendah."
Perlahan Jevan mulai mengerti dan senyum kecut mulai menghiasi wajahnya.
Apa-apaan wanita didepannya ini?
"Tunggu, jadi kalau aku gak kaya kamu gak mau menikah sama aku?" Tanya Jevan yang telah mengubah gaya bicaranya menjadi informal. Rasanya memang aneh menggunakan kata aku-kamu mengingat mereka baru saja bertemu. Tapi demi membangun suatu hubungan yang nyaman dan tidak canggung maka Jevan harus beradaptasi dengan cepat.
Wanita itu kemudian bersedekap dada dan kembali menatap Jevan dingin, "Yaiyalah. Tapi nyatanya kamu itu kaya dan punya jabatan kan. Jadi aku gak ada alasan lagi buat nolak."
Oke Jevan, sabar...
"Terus gimana soal anak?"
Wanita itu tersenyum remeh seakan tidak perduli dengan topik tersebut, "Aku gak tertarik buat punya anak. Aku itu wanita karir."
Speechless, untuk pertama kalinya selama hidup di dunia Jevan baru menemukan perempuan angkuh berhati dingin seperti ini. Jujur saja, setelah mendengar apa yang dilontarkan, dia tidak masuk kedalam list pencarian Jevan sama sekali.
"Mbak─"
"Irena. Nama aku Irena."
"Oke Irena. Kamu pasti udah tau kondisiku dari Tama. Aku punya seorang anak dan gimana kalau kita nikah? Apa kamu gak akan peduli sama dia dan lebih sibuk kerja jadi wanita karir?"
Irena nampak berpikir sejenak. Hanya sebentar sampai wanita itu memberikan jawaban yang rasanya membuat Jevan mendidih seketika, "Aku punya perusahaan besar yang aku bangun dari nol. Jaga anak bisa ngalangin karir aku. Jadi aku gak berminat sama anak kamu. Dan kalau kamu mau kita tetap menikah, aku bisa nyewa puluhan baby sitter buat ngurus dia."
Jevan mengepalkan tangannya gemas di bawah meja. Sungguh wanita ini benar-benar bukan calon ibu yang baik untuk Hanin. Sedari tadi Jevan tahan untuk tidak berbicara kasar. Bagaimana bisa Tama memilihkan perempuan seperti ini untuknya?
Jevan pun tiba-tiba bangkit berdiri dan melirik jamnya, "Maaf, saya rasa bicara begini cuma buang waktu saya yang berharga Mbak Irena. Saya itu sedang cari istri yang bisa sayang sama anak saya, bukan perempuan yang cuma sibuk sama kerjaan!"
Jevan menekan setiap kata dengan nada bicara formal seperti sebelumnya. Irena pun yang mendengar tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, apalagi melihat wajah Jevan yang memerah menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Roman d'amourTakdir secara sengaja mempertemukan kedua insan manusia yang tak saling mengenal. Akankan takdir juga dapat menyatukan mereka? (Drama - Romantic:)