13. Sakit

4.7K 724 15
                                    

Happy Reading 📖
-------------------

Hanin terus menangis di samping tempat tidur ayahnya. Jevan daritadi tidak bangun-bangun. Hujan kemarin sepertinya membuat kondisinya menjadi buruk seperti ini.

"Ayah!"

"Nona Hanin, Tante Jane gak angkat telponnya. Om Tama juga." Jelas Bi Santi yang ikut khawatir melihat keadaan Jevan.

"Bibi tolong telponin Pak Dokter. Pokoknya Ayah gak boleh sakit!"

Bi Santi mengangguk dan segera mencari nomor dokter pribadi keluarga Bagaskara. Namun, baru hendak akan mencari sebuah instruksi keluar dari bibir Jevan yang setengah sadar.

"Jangan panggil dokter. Istirahat bentar juga bakal sembuh." Ucapnya pelan hampir tak terdengar sama sekali.

"Tapi Ayah kasihan..."

Jevan tidak menjawab lagi. Nafasnya memburu dan suhu badannya semakin naik. Hanin dan Bi Santi pun malah semakin panik.

Hal tersebut akhirnya menggerakkan hati Hanin untuk menelpon seseorang. Segera Hanin mengambil ponsel ayahnya dan menelpon nomor kontak tersebut dibantu oleh Bi Santi. Cukup lama Hanin menunggu sambungan telpon tersebut hingga sebuah suara lembut menyapa.

"Halo?"

"Bu guru, tolong bantu Hanin! Ini gawat! Ayah sakit!"

➖➖➖

Ini sudah kedua kalinya Clara datang ke rumah keluarga Bagaskara dengan tergesa-gesa.

Pertama putrinya, dan sekarang karena ayahnya.

"Bu guru tolong sembuhin Ayah!" Begitu Clara sampai ke tempat itu, dia langsung ditarik Hanin menuju kamar ayahnya.

Wanita itu memeriksa keadaan Jevan. Meskipun bukan dokter tapi tentu dasar-dasar pertolongan pertama semua orang pasti tahu.

"Badannya panas banget. Kenapa gak dibawa ke dokter?"

"Pak Jevan gak mau Mbak." Jawab Bi Santi.

"Kalau begitu Bibi tolong ambilin air hangat sama kain ya. Kita kompres dulu biar suhu tubuhnya turun."

Bi Santi mengangguk dan menuju dapur, sementara Hanin terus duduk di samping ayahnya yang sudah tak sadarkan diri.

"Bu guru tolong Ayah..."

"Iya Sayang, Ayah gak kenapa-napa kok. Ayah cuma demam, Hanin jangan khawatir ya."

Begitu Bi Santi kembali dengan membawa semua yang Clara minta, wanita itu langsung sigap memeras air dan menempelkan kain basah tersebut pada dahi Jevan. Bukan hanya itu, penghangat Clara nyalakan dan menyampirkan beberapa buah selimut yang sudah diminta pada Bibi Santi sebelumnya untuk menutupi tubuh Jevan.

Clara sadar ada yang tidak beres. Badan pria itu panas akan tetapi menggigil. Wanita itu segera meraih tangan Jevan yang ternyata sesuai dugaan, sangat dingin. Tanpa pikir panjang, Clara menggenggam tangan besar itu dengan erat sembari menggosoknya pelan.

Memang ini terlihat salah dan tidak sopan tapi mau bagaimana lagi, ini darurat. Clara akan meminta maaf nanti.

Sukses hal tersebut membuat Jevan lebih baik setelah beberapa saat kemudian.

➖➖➖

Perlahan mata pria itu terbuka. Jevan mengerjap pelan sembari memegang pelipisnya yang masih terasa pusing. Pria itupun meringis kala merasakan sesuatu di dahinya yang ternyata adalah sebuah kain basah.

Jevan mengedarkan pandangan ke sekitar dan menemukan Hanin tengah terbaring tidur di sampingnya. Kemudian sesaat setelahnya Jevan malah kembali dibuat terkejut mendapati Clara tertidur di sisi lain tempat tidurnya bertumpu menggunakan kedua tangan.


Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang