Prolog

11.6K 963 27
                                    

Sebuah mobil sedan memasuki pekarangan rumah megah pada kompleks perumahan di pusat kota. Seorang pria turun dari balik kemudi dengan masih menggunakan setelan jas yang sejak pagi dia kenakan dan tidak lupa juga menenteng tas kantor yang telah diambil dari kursi belakang.

Dengan langkah gontai mungkin karena kelelahan, pria itu mulai berjalan menuju pintu masuk rumah tersebut. Sesampainya sesaat membuka pintu, suara sambutan terdengar dari seseorang yang berlari menuju kearahnya.

"AYAH!!!" Sesosok gadis kecil kini memeluk kaki panjang pria tersebut.

"Hanin Sayang..."

Pria yang dipanggil Ayah itu kemudian menggendong sosok putri kecilnya, membawanya menuju pelukan hangat.

"Hanin kangen Ayah, kenapa pulangnya lama?" Tanya gadis itu sedikit kesal.

"Maaf ya, tadi Ayah banyak kerjaan di kantor. Kenapa belum tidur hmm?" Pria itu kini menciumi pipi tembem anaknya dengan gemas. Segala kepenatan hari ini sirna setelah melihat gadis kecil bernama Hanin tersebut.

"Maaf Pak Jevan, Nona Hanin bilang mau nunggu Bapak pulang. Saya coba bujuk tapi Nona gak mau." Ujar Bi Santi yang merupakan asisten rumah tangga di kediamannya.

"Gak apa-apa Bi. Sekarang Bibi istirahat aja, ini juga udah larut malam. Soal Hanin, biar saya yang urus."

Pria itu—Jevano Bagaskara, tersenyum dan semakin mempererat gendongannya pada Hanin setelah kemudian Bi Santi pergi berlalu.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ternyata hari ini Jevan pulang sangat larut sampai membuat putri kecilnya harus menunggu.

"Gimana hari ini? Hanin senang kan main bareng Tante Jane?" Tanyanya sambil menaiki tangga membawa Hanin menuju ke kamar.

"Tante Jane sibuk banget Yah, terus Om Tama gak seru diajak main!" Desis Hanin sebal.

"Loh kenapa?"

"Om Tama tadi Hanin ajakin main barbie tapi malah kabur. Besok pokoknya Hanin gak mau main sama Om lagi!"

Jevan cekikikan mendengar aduan putrinya tersebut.

Sangat lucu...

"Ayah bakal bacain cerita kan? Ya ya ya?" Mata Hanin begitu berbinar dan tentu jika sudah seperti itu maka Jevan tidak akan bisa menolak.

"Oke, satu cerita aja ya. Tapi janji habis itu langsung tidur."

➖➖➖

Jevan menutup buku di tangannya begitu selesai membacakan cerita. Pria itu kemudian menaruhnya di atas buffet samping tempat tidur sang putri.

"Sayang, Ayah kan udah bacain cerita. Sekarang Hanin tidur ya." Jevan menutupi tubuh kecil anaknya dengan selimut. Setelah itu Jevan mengambil tempat disamping Hanin dan mulai mengusap kepalanya lembut.

"Ayah..."

"Hmm? Iya Sayang?"

"Hanin mau sekolah."

Kalimat yang baru saja Hanin lontarkan sukses membuat Jevan mengerjap, "Sekolah?"

"Hanin bosen main bareng Tante sama Om. Maunya main sama teman-teman." Ucapnya polos.

"Kan Hanin juga bisa main sama teman-teman sekitar kompleks."

Hanin menggeleng dan menatap mata ayahnya, "Mereka semua sekarang gak ada. Kata Tante Sarah mereka pergi ke sekolah. Anak Om Yudis juga. Boleh ya Ayah. Please..."

Terlalu sibuk menjadi seorang businessman membuat Jevan sampai lupa akan putrinya yang kini telah tumbuh menjadi gadis kecil yang lucu. Usianya pun sebentar lagi akan menginjak lima tahun dan seharusnya Jevan sudah memasukkannya ke taman kanak-kanak.

Teledor sekali Jevan ini.

"Ya udah. Besok Ayah carikan sekolah yang bagus buat Hanin."

Mata Hanin kembali berbinar. Dirinya benar-benar senang sekarang, "Beneran Ayah?"

"Iya Sayang."

"Janji?" Gadis itupun mengulurkan kelingkingnya kemudian disambut oleh milik Jevan.

"Janji. Tapi sekarang Hanin tidur ya."

Hanin mengangguk dan mulai memejamkan mata. Sampai dirinya benar-benar tertidur baru Jevan beranjak keluar dan sebelum itu tidak lupa untuk mengecup dahi anaknya singkat.

Jevan berjalan menuju kamarnya dan mendudukkan diri di pinggir kasur. Pria itu mengambil sebuah bingkai yang selalu ada di samping tempat tidur.

"Melisa, kamu lihat? Putri kita sekarang udah besar. Sebentar lagi dia bakal sekolah. Rasanya baru kemarin aku gendong Hanin di rumah sakit waktu dia baru lahir. Putri kecil kita mirip banget sama kamu. Cantik, tapi cerewet." Monolog Jevan sambil mengelus foto yang terdapat pada bingkai tersebut.

"Aku sama Hanin kangen kamu. Semoga kamu bahagia ya di sana."

Jevan beranjak menidurkan dirinya di ranjang sembari memeluk bingkai tersebut. Semoga malam ini pria itu dapat bermimpi indah.

"Selamat malam dari aku dan Hanin buat kamu Mel. We love you."

🌹🍑🌹


Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang