4. Nama

5.6K 918 56
                                    

Happy Reading 📖
--------------------

Hari ini cuacanya sangat panas.

Sudah tepat pukul duabelas siang dan waktunya untuk anak-anak dipulangkan. Semua anak berbondong-bondong keluar dari area sekolah dengan masing-masing menggandeng tangan orang tuanya. Setelah setengah jam kemudian sekolah tersebut pun sepi dari kegiatan.

Tidak lama, seorang wanita keluar dari tempat itu hendak pulang karena memang pekerjaannya hari ini sudah selesai.

"Loh Hanin?" Wanita itu melihat sosok anak kecil tengah berdiri sendirian di depan gerbang sekolah. Sontak dia mendekat dan berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan anak itu.

"Kok sendirian? Belum dijemput?"

"Ibu guru cantik. Iya, Hanin udah nunggu dari tadi tapi Tante Jane belum jemput juga." Balasnya muram, terlihat sekali wajah lelah dari anak itu.

"Yaudah kita duduk di sana yuk, disini panas."

Wanita yang dipanggil ibu guru cantik menunjuk salah satu bangku yang memang sudah disiapkan untuk menunggu jemputan. Wanita itu membawa Hanin untuk duduk disana.

"Hanin kok selama ini Ibu lihat sering dianter jemput sama Tante nya. Orang tuanya kemana Sayang? Kerja?"

Pertanyaan itu dibalas anggukan oleh gadis kecil nan imut tersebut, "Iya, Ayah kerja Bu guru. Dia setiap hari sibuk, pergi pagi pulang nya malemmm banget."

Guru tersebut tidak tahan melihat tingkah Hanin saat berbicara sehingga tangannya tergerak untuk mencubit pipinya yang halus itu.

"Ihh kamu lucu banget sih. Oh iya, kalau ibunya Hanin kemana?"

Bukannya mendapat jawaban, wajah Hanin tiba-tiba tertekuk. Gadis itu seperti tidak ada keinginan untuk menjawabnya.



Apa aku salah ngomong?, batin wanita tersebut.



"Umm Hanin tebak Ibu punya apa?" Tanyanya mengganti topik. Mungkin Hanin tidak mau jika membahas masalah itu.

Hanin meresponnya dengan menggeleng tidak berminat.

Sontak wanita itu mengeluarkan sebatang coklat membuat awalnya Hanin sedih sekarang malah bersemangat.

"Hanin mau!"

"Boleh, tapi Hanin harus makan dulu ya. Kebetulan Ibu ada nasi goreng loh. Enak banget. Ibu suapin ya?"

Hanin mengangguk dan berhasil membuat wanita itu tersenyum. Kemudian dia beralih pada tas yang sedari tadi dibawa dan mengeluarkan kotak bekal. Awalnya wanita itu akan membawanya untuk bekal perjalanan menuju ke rumah orangtuanya yang cukup jauh hari ini. Tapi kasihan juga melihat Hanin, gadis itu pasti kelaparan.

Ibu guru sedikit demi sedikit menyuapkan makanan tesebut. Lihatlah cara anak itu makan, lucu dan menggemaskan.

Tidak lama sebuah mobil sedan berhenti tidak jauh dari tempat duduk mereka. Hanin penuh dengan rasa senang bangkit dari duduknya dan langsung berlari memeluk seorang pria yang baru saja keluar dari balik pintu kemudi.

"Sayang!"

"Ayah, kok tumben jemput?"

"Maaf ya Sayang, kamu lama nunggunya ya? Tante Jane gak bisa jemput jadi Ayah secepatnya kesini takut kamu nunggu sendirian." Balas pria itu yang tidak lain adalah Jevan. Masih terdengar nada khawatir pada ucapannya.

"Gak kok Yah, Hanin gak sendirian. Hanin ditemenin sama Ibu guru cantik."

"Oh iya? Dimana?"

"Itu!"

Hanin menunjuk seorang wanita yang tengah berjalan menuju kearah mereka. Semburat senyum tidak pernah lepas dari wajah wanita itu.


Cantik, batin Jevan


Tidak tau apa yang sekarang ada dipikiran Jevan. Pria tersebut hanya terdiam sampai sebuah suara kelewat lembut memasuki pendengarannya.

"Permisi, Bapak ayahnya Hanin?"

Jevan pun dibuat gelagapan tidak tau harus melakukan dan menjawab apa karena wanita di depannya menebar senyum yang sangat manis.

"Ah iya. Saya ayahnya Hanin."

"Maaf tadi saya lihat Hanin sendirian belum dijemput, jadi saya temani." Ucapnya ramah.

Jevan mengangguk membalas senyuman itu, "Terimakasih ya Bu udah mau temenin Hanin. Saya khawatir kalau dia sendirian."

"Sama-sama Pak. Itu juga udah jadi tugas saya. Nah sekarang Hanin kan udah dijemput, saya permisi dulu. Hanin Sayang, Ibu pergi dulu ya." Wanita itu mengusap rambut Hanin tidak lupa memberikan sebatang coklat yang sudah dijanjikan. Wanita itu kemudian berjalan mengambil arah berbeda. Tapi baru beberapa langkah seseorang mengintrupsinya.

"Bu guru!"

Sontak wanita itu menoleh ke belakang, "Iya, kenapa Pak?"

Jevan mengeratkan rahangnya bungkam dan kikuk. Tapi karena tidak ingin berlama-lama akhirnya memberanikan diri juga untuk mengulurkan tangan.

"Kenalin nama saya Jevan, Jevano Bagaskara."

Guru dari Hanin itu nampak menatap lamat-lamat tangan kekar Jevan, namun sesaat kemudian seutas senyum terukir di wajahnya dengan tidak lupa membalas uluran tangan tersebut.














"Saya Claresta Ramayanda. Bapak bisa panggil saya Clara."

TBC


Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang