Jisung povIni hari senin. Ah akhirnya aku bisa merasakan seminggu sekolah seperti biasa, setelah beberapa waktu yang lalu aku hanya bisa bersekolah 2 atau 3 kali seminggu. Ya,, sebenarnya aku gak suka-suka amat sama sekolah. Tapi aku harus tetap sekolah supaya otakku ini lebih berisi.
Seperti biasa, kelasku selalu ramai ketika di pagi hari. Aku duduk di salah satu kursi dan mulai bercanda ria dengan kawanku yang lain. Sampai pada suatu ketika, saat seseorang masuk ke kelas, tiba-tiba suasana jadi hening.
Bukan, bukan guru Matematika ku yang masuk, karena memang ini masih pukul 06.30. Belum waktunya guru baik hati itu masuk.
Ia salah satu dari teman ku juga, seorang wanita. Ia berjalan menunduk menuju ke belakang kelas, menuju loker. Semua mata tertuju padanya. Aku sendiri bingung, kenapa semuanya seperti itu.
Saat ia membuka lokernya, tiba-tiba semburan bubuk putih keluar dari loker itu *sepertinya itu tepung*. Entah siapa dan bagaimana jebakan itu dibuat.
Aku benar-benar terkejut melihatnya. Berbeda denganku, yang lain malah menertawakan nya seakan itu adalah candaan bagi mereka.
Wanita itu kemudian membersihkan dirinya dengan kasar, mungkin ia kesal karena diperlakukan seperti itu, dan tak ada niat untuk melawan. Tapi.. kenapa? Apa alasan dibalik situasi seperti ini?
Tak lama, Dyana muncul dari balik pintu masuk kelas.
"Ada apa ini?" Tanya-nya melihat kondisi di kelas yang seperti itu. Ia menghampiri temanku, Hyejin yang sedang membersihkan pakaian nya dari sisa tepung di bajunya.
"Duduklah di kursiku, hanya untuk hari ini." Katanya kemudian yang membuat Hyejin menatapnya dengan penuh tanda tanya. Dyana hanya memandangnya sekilas lalu membereskan kekacauan itu. Menyadari semua orang memperhatikan nya, ia langsung bertanya "kenapa kalian menatapku seperti itu?". Barulah semua mengalihkan pandangan mereka dan sibuk kembali dengan kegiatan masing-masing. Ku hampiri dia dan ikut mengepel lantainya.
"Kenapa kau menyuruh nya duduk di kursimu?" Tanyaku.
"Memangnya kenapa? Aah kau rindu melihat ku berada di depan mu yah."
Jawabnya dengan nada mengejek."Aish!! Kau ini menyebalkan."
"Trimakasih."
"Kenapa kau selalu berterimakasih jika ku bilang kau menyebalkan?"
"Karena ingin."
Argh dia itu orang yang selalu berhasil menghancurkan mood ku. Dengan ucapannya yang menyebalkan dan nada bicaranya yang datar sedatar lantai ini. Yang paling membuatku kesal adalah, kenyataan bahwa dia begitu hanya kepadaku! Apa-apaan itu? Bila dengan yang lain ia berubah 180 derajat, menjadi lebih ceria.
Bel berbunyi.
Semua duduk di kursi masing-masing. Sempat aku melirik tempat duduk Hyejin, sekedar ingin tau kenapa Dyana menukar posisi duduk nya. Ternyata bukan tanpa alasan, kalau dilihat dengan teliti disana terdapat sesuatu yang seperti adonan kue yang dilumatkan ke kursi dan warnanya senada dengan warna kursinya. Tentu bila Hyejin yang duduk di sana akan langsung duduk saja tanpa melihat ada apa di kursinya itu.Aku lihat Dyana menggantikan kursi itu dengan kursi cadangan yang ada di gudang dengan bantuan seorang penjaga sekolah.
Jadi dia sudah tahu ada sesuatu di kursi itu. Tapi bagaimana caranya? Bahkan ia tak melihat ke arah kursi itu?
Kusimpan dulu pertanyaan ku itu karena tak lama kemudian guru matematika kami datang.
...
Tak seperti biasanya, untuk pertama kalinya aku menghabiskan waktu istirahatku di perpustakaan. Ini bisa terjadi karena aku telah melewatkan segunung pelajaran selama aku absen dari sekolah.
"Aish!! Yang benar saja, kenapa pelajarannya banyak banget sih?" Gerutuku kesal.
Lalu tiba-tiba ada suara buku yang dipukulkan keras-keras pada sesuatu. Aku lihat sekelilingku dan mendapati ada orang lain disini selain aku. Sekitar 3 rak buku di belakang ku mungkin? Aku lihat ke depan ke arah meja kosong yang biasanya diisi oleh seorang penjaga perpustakaan.
Awalnya aku diam, namun saat suara pukulan itu terdengar lagi, aku langsung menelusuri sumber suara itu. Kini aku melihat 3 orang yang ku kenal dengan salah satunya yang sedang dipojokkan, dan orang itu adalah.... Dyana. Ada apa ini sebenarnya?
"Jangan coba-coba kau menolong nya lagi! Ingat!!! Ini sudah ketiga kalinya aku memperingatimu!" Ancam salah satunya sambil mengangkat dagu Dyana dengan buku besar yang ia pegang.
Entah apa yang mempengaruhi ku, aku malah merekam kejadian itu. Kejadian saat Kinar *yang memegang buku* memukulkan buku besar itu ke kepala Dyana.
"Awas kalau kau lakukan itu lagi!" Ancam hani teman nya Kinar.
"Kau iri padanya? Iya kan? Kau benci padanya karena ia mendapatkan apa yang kau mau. Ia kan?" Kata-kata itu terucap dari mulut Dyana dengan tatapan tajam nya yabg mengarah pada Kinar.
"Kau benci pada apa yang ia dapat, sampai kau melakukan hal itu padanya. Dan membuat semua orang juga membencinya dengan menyebarkan rumor gak jelas itu. Ia kan?"
Oke, aku makin tak mengerti.
"Kau!!!!" Kata-kata nya tertahan. Wajahnya memerah seketika dengan mata yang membulat sempurna. Perempuan memang menyeramkan.
"BENAR KAN?!!" Bentak Dyana lagi.
"IYA IYA! KAU BENAR! SEMUUUUAAA ITU BENAR!! KAU MENGATAKAN NYA SEAKAN ITU SEMUA SALAHKU! KAU TAHU? BERAPA BANYAK UPAYA, BERAPA KALI AKU BERUSAHA MENARIK PERHATIAN AYAHKU! DAN YANG TERJADI APA? DIA YANG DAPAT SEMUUUUUAA PERHATIANNYA! DIA YANG DAPAT KASIH SAYANG NYA! DAN AKU? AKU YANG ANAK KANDUNG NYA DIKEMANAKAN HAAAH!" Suara Kinar tak kalah kerasnya. Dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
Ia meremas bahu Dyana.
"Tapi tetap saja, perbuatan mu sudah keterlaluan."
"Diam kau! Jangan sok menasihatiku!"
Sungguh aku sudah tak tahan lagi melihatnya. Ketika tangan Kinar sudah hampir menampar Dyana, aku langsung menahan tangan nya itu.
"Jisung! Apa yang kau...." dia tampak kaget.
"Kalian jangan membuat kebisingan! Kalian pikir ini di pasar? Ini perpustakaan!"
Dia meronta, berusaha melepaskan peganganku. Dan yah, mungkin aku memegangnya terlalu kuat, jadi aku langsung melepasnya.
"Awas kau!" Ancamnya lagi sambil pergi meninggalkan kami.
"Huuh dasar gadis yang suka mengancam." Gumamku pelan ketika ia sudah pergi.
Gubrak..
Tiba-tiba saja aku mendengar suara benturan keras ke lantai dan itu adalah...Dyana?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Love [NCT Dream]
Teen FictionPark Jisung. Si Namja menyebalkan dan keras kepala, namun selalu bisa membuatku menjadi diriku yang sebenarnya. Dan Na Jaemin. Senior populer yang selalu melindungiku dan menjadi sumber kekuatan ku untuk menghadapi semua masalahku. Ketika aku harus...