page 6. sisi lain II

120 6 0
                                    


"Jisung! Waaah aku tak menyangka padamu"

Tiba-tiba salah satu hyung ku menepuk pundak ku saat aku sedang tiduran di tempat tidurku.

"Kenapa?" Tanyaku malas.

"Aku dengar,, kau menolong gadis yang pingsan di perpustakaan kan? Waaah keren banget."

"Keren apanya sih? Dia kan teman ku,ya wajarlah aku tolong."

Matanya membulat ketika mendengar pernyataan ku itu.

"Temanmu? Apa dia cantik? Apa dia baik?"

"Aish! Baik darimana nya! Dia itu menyebalkan! Kalau denganku bicaranya jadi ketus dan datar"

"Tapi dia cantik?"

Jujur aku gak pernah mikirin hal seperti itu sebelum nya. Dan aku juga tak menyangka dia akan menanyakannya.

"Yak! Chenle hyung!"

"Hmmh?"

"Kenapa kau bertanya hal seperti itu?"

"Hanya ingin tahu saja kok, aku kira dia pacarmu."

"YAK! mana mungkin dia pacarku, suka saja enggak!"

"Yakin?"

"Yakin lah!" Jawabku pasti. Lagian ada-ada saja dia nanya hal yang aneh begitu.

"Hmmh, kita lihat saja kelanjutan kisah nya."

"Apaan sih! Udah ah mau tidur  gantuk."

"Hey, hey.. YAK! Aku kesini untuk mengajakmu main! YAK!"

"Nanti sore aja hyung... Jisung ngantuk"

"Yaah.. dasar kebo!" Dia melemparkan bantal ke kepalaku, lalu pergi entah kemana. BODO AMAT, yang penting sekarang tidur dulu.

...

Hari berikutnya aku sekolah seperti biasa. Kulihat Dyana sudah duduk di bangkunya lagi. Ia sedang berbincang dengan teman-teman nya.

"Yak, Dyana!" Mungkin tak seharusnya aku menyapanya sekasar itu, karena setelahnya ia menampakan wajah galak-tanda tak suka-nya kepadaku.

"Apa?"

"Bagaimana hasilnya?"

"Apanya?"

"Yang kemarin"

"Ooh, gatau. Lihat saja nanti" jawabnya ketus sambil meletakan tas  di atas meja.

Tak lama guru kami pun datang. Dyana berdiri menyiapkan semua murid disini, dan memberi hormat.

"Baiklan semuanya. Sebelum kita belajar, saya ingin mengumumkan sesuatu. Salah satu teman kita, Kinar akan pindah sekolah. Dan masalah Hyejin dengan Kinar, ternyata itu hanya kesalah fahaman, Dan sudah diselesaikan dengan baik."

Pantas saja bangku Kinar kosong melompong. Biasanya saat aku datang di bamgku nya sudah ada dia dengan kedua teman nya.

"Dan untuk Jisung juga Dyana, kalian diminta menghadap kepala sekolah sepulang sekolah."

Apa? Kenapa kami disuruh menghadap kepala sekolah? Aku berbalik menatap Dyana. Dia juga sama kagetnya. Dia menatapku seakan berkata 'aku juga tak tahu'

Sepanjang hari ini semua teman - teman sekelas menanyai kami 'ada apa?' Yang bahkan kami pun tak tahu jawaban nya.

Dan kami tak punya pilihan lain. Sepulang sekolah kami pergi ke kantor kepala sekolah. Aku sempat berpapasan dengan Haechan hyung.

"Jangan banyak tanya hyung.. aku akan pulang sendiri nanti."

"Tapi kenapa?"

"Aku ada urusan sebentar."

Dyana daritadi hanya diam di sampingku sambil menundukan kepala.

"Jangan - jangan..." kata Haechan hyung yang melihat seorang gadis di sampingku seperti itu.

"Haissh sudah ah hyung.. kami buru - buru."

Aku tinggalkan saja dia yang masih melongo kebingungan -mungkin.

...

Sungguh sambutan yang tak terduga. Saat aku membuka pintu ruangan kepala sekolah, tiba - tiba seorang gadis jangkung berlari memeluk Dyana yang ada di sampingku.

"Ki..kinar, apa yang kau..?" Perkataan Dyana terhenti ketika mendengar isak tangis dari orang yang memeluknya itu.

Aku melihat sekeliling, memastikan tak ada yang melihat. Dan disitu hanya ada 4 orang. Aku, Dyana, Kinar, dan juga.. kepala sekolah yang merupakan ayah dari Kinar.

Sesaat kemudian kami masuk dan duduk berbincang dengan Kinar dan ayahnya.

"Saya benar - benar ingin berterimakasih pada kalian." Kata pak kepala, membuka perbincangan.

"Setelah apa yang dikatakan kalian kemarin.. saya sadar, saya terlalu jauh dan tak memperhatikan putri saya sendiri."

Flashback on

Dyana pingsan hampir 3 jam lamanya. Dan aku disana, duduk di kursi dekat ranjang tempatnya berbaring.

"Kemana sih pengurus UKS nya? Aku kan jadi gak bisa pulang." Gumamku kesal karena memang itu sudah waktunya pulang.

Sebenarnya bisa saja aku meninggalkan nya sendiri di UKS. Toh dia itu kan menyebalkan. Tapi saat aku melihat wajahnya yang nampak menahan rasa sakit.. aku jadi merasa kasihan.

Aku sedang memainkan ponselku -memberitahu hyung yang lain kalau aku akan pulang telat, saat Dyana tersadar.

"Ah akhirnya kau sadar." Ujarku sambil beranjak mengambil air minum untuk nya.

"Kalau kau sudah baikan beritahu aku, agar aku bisa pulang.." kata ku berusaha berbicara setenang mungkin karena menahan rasa senang -akhirnya aku bisa pulang.

"Kantor kepala sekolah.."

"Apa?"

"Aku harus kesana. Ada yang harus ku sampaikan padanya... kau bisa pulang kalau itu yang kau inginkan."

Dia benar. Aku memang sangat ingin pulang. Tapi meninggalkan nya dalam kondisi seperti ini? Yang benar saja.

"Aiiish akan ku antar."

Ia menatapku kebingungan.

"Kalau kamu pingsan lagi gimana? Siapa yang akan menolong mu? Sekolah sudah sepi sekarang!"

Ia malah tertawa kecil mendengarnya. Apa ada yang salah dengan kata - kata ku? Atau mungkin kepalanya terganggu karena benturan tadi?..

"Baiklah.. kalau itu maumu."

Cara berjalan nya agak linglung saat berjalan menuju ke kantor. Mungkin kepalanya masih pusing. Aku hanya mengikutinya dari belakang.

Akhirnya kami sampai di depan kantor kepala sekolah. Ia mengetuk pelan pintu berwarna coklat tua itu. Lalu kami masuk kesana.

Tbc

Aku pegel ngetiknya.. nanti di lanjut di chapter berikutnya. See you😉

Same Love [NCT Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang