Page 10. The Truth

103 6 0
                                    

Jisung pov

Bel sudah berbunyi, semuanya kembali duduk di bangku masing - masing karena pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.

Namun rasanya ada yang kurang disini.

"Hana, Dyana kemana?" Tanyaku pada teman yang paling dekat dengan bangku ku.

"Entah lah, aku sedang sibuk."

Ya, aku juga melihatnya. Tumpukan - tumpukan kertas itu..  haah~ malangnya nasib sekretaris kami.

"Semuanya! Kerjakan tugas di buku halaman 47, nanti dikumpulkan oleh ketua kelas. Bapa mau ada urusan. Yang tertib yah!" Tiba - tiba guru kami muncul dari balik pintu masuk. Hanya mengatakan itu lalu pergi lagi entah kemana.

Sesaat kemudian semuanya bersorak merasa mendapat kebebasan.

"Teman - teman!! Kerjakan dulu , baru boleh kembali ke aktifitas masing - masing!" Teriak Juri si wakil ketua kelas

"Baik wakil ketua!!!" Jawab semuanya serentak. Aku hanya bisa tersenyum menanggapi situasi ini.

15 menit berlalu, banyak dari kami yang sudah selesai mengerjakan tugas, termasuk aku. Yaah, aku rasa sekarang otakku sedang lancar, karena beberapa hari ini waktu istirahatku di isi dengan membaca buku, seperti bukan aku saja.

"Aaah~!!!! Juri! Dyana kemana siiih? Kalo kita berdua saja yang mengerjakannya juga gak akan selesai." Hana mengeluh lagi.

"Emmh.. bukannya tadi kamu sendiri yang bilang dia ke toilet?" Jawab Juri yang duduk di samping nya.

"Iya siiih. Tapi ini terlalu lama..."

"Mungkin perutnya lagi sakit bangt kali."

Benar juga, anak itu kemana sih? Nanti yang nganterin tugas ini siapa? Kan sayang banget aku lagi rajin - rajin gini, eeh tugasnya gak dikumpulin, gak diperiksa. Aku harus pergi mencarinya.

"Eeh Jisung mau kemana?" Ah benar aku harus izin dulu pada wakil ketua kelas.

"Toilet" jawabku singkat, lalu pergi.

...

"Dia kemana siiih? Dicari kemana mana kok gaada?"

Yah, benar. Aku sudah mencarinya ke beberapa tempat. Ke toilet -tanya sama yang baru keluar dari toiletnya, ke taman, ke perpustakaan, ruang musik, kantin, bahkan aula juga udah aku cari tapi dia gak ada.

"Apa dia udah ke kelas lagi ya?" Gumamku. Pada akhirnya aku memutuskan kembali ke kelas.

Saat akan menaiki tangga, akhirnya aku menemukan Dyana, tapi dia tak sendiri. Disampingnya ada laki - laki  entah siapa sedang mengelus - elus kepala Dyana yang duduk menunduk. Aku tahu itu Dyana dari gaya rambut dan gelang yang biasa ia pakai -ia sempat menyibakkan rambutnya tadi. Kalau diingat - ingat, gelang itu tak asing deh, rasanya aku pernah melihatnya di tempat lain, tapi dimana yah?..

Tiba - tiba dia berdiri, dan membuat lamunanku buyar lalu buru - buru bersembunyi, takut ketahuan sedang memperhatikannya. Kulihat dia pergi meninggalkan laki - laki itu setelah membungkuk hormat 'pasti dia itu kakak kelas. Ternyata dia punya teman laki - laki kakel yah? Apa mungkin mereka juga pacaran? Ah gak mungkin!.. kalau iya pun apa masalahnya?' Tapi saat memikirkannya membuat jantungku serasa ditusuk sesuatu yang panas.

Laki - laki itupun pergi ke arah yang berbeda dari Dyana. Dan aku rasa, mereka kembali ke kelasnya masing - masing. Ah benar! Kalau begitu aku juga harus kembali ke kelas.

...

'Laki - laki itu... apa benar mereka pacaran? Ah gak mungkin, sikap Dyana terlalu sopan padanya bila mereka memang pacaran.'

Tanpa sadar aku terus memperhatikan punggung gadis yang duduk di depanku ini, sambil menopang kepalaku dengan kedua tangan.

'Tapi dia memperlakukan nya dengan penuh perasaan.' Begitulah yang kuingat dari apa yang kulihat tadi.

'Aish lagian kalau benar pun apa urusan nya dengan mu? Biarkan saja! Dia tak ada hubungannya dengan mu!!' Tegasku dalam hati pada diriku sendiri.

"Lo kenapa Jisung?" Tanya Dokhwa dari belqkangku.

"Nggak, emang kenapa?" Aku berbalik dan mendapatinya sedang duduk di meja milik Gani.

"Lo daritadi ngelamun sung! Terus udah gitu gelang - geleng gak jelas. Ngeri tau liatnya!takut lo kesambet."

"Ngaco! Nggak lah! Gak papa kok, lo kebanyakan baca komik deh kayaknya" Jawabku sambil memukul pelan kakinya.

"Eh sung, ngomong - ngomomg si Dyana kenapa yah? Tadi pas masuk matanya agak merah gitu, kayak yang baru nangis." Ia mendekatkan kepalanya padaku dan berbisik, takut orang yang dibicarakan bisa dengar.

"Ya mana gue tahu lah! Kenapa nanya gue?"

"Ya kan kali aja lo tau. Jangan sewot juga kali."

"Ya sorry."

Ia juga sih, dia tadi kayak yang nangis juga kan waktu di dekat tangga itu? Sama.. ah udah lah bukan urusan ku.

...

"Hyung tunggu!" Hampir saja mereka akan meninggalkan ku pulang, ya jika aku tidak terus teriak teriak memanggil mereka.

"Nah.. akhirnya Jisung pulang sama kita lagi." Sindir Haechan hyung.

"Yaelah hyung, baru juga dua hari gak pulang bareng. Kangen yaaah?" Godaku balik.

"Idiiih! Ke PD-AN banget sih!"

"Tapi emang gitu kan?"

"Udah - udah. Cepetan yuk, kita harus cepet - cepet pulang." Jaemin hyung menyela.

"Emmmh beda yah kalo yang mau nge-date." Jeno hyung ikut nimbrung. Tunggu, WHAT?

"APA? NGE-DATE?" Ternyata Haechan hyung sama kagetnya denganku.

"Waaah.. Daebak! Hyung udah punya taken? Bahkan Ten hyung aja belum punya." Celetukku.

*di tempat lain
"Ha--chiu!!,,,, kayaknya ada yang ngomongin gue."-Ten

*kembali ke sekolah

"Aiih enggak kok! Cuma mau main doang. Perlu ditegasin BUKAN sama pacar!" Kata Jaemin hyung penu dengan penekanan di kata 'bukan pacar'. Hehe, hyung sangat imut ketika salting.

"Eh, sebentar ya." Tiba - tiba Jaemin hyung menjauh sebentar menuju seseorang.

"Lah, bukan nya dia yang bilang harus buru - buru? Sekarang,dia sendiri yang bikin lama." Keluh Haechan hyung yang lagi lagi sepemikiran denganku. Kok sama mulu sih?

Tunggu, orang yang Jaemin hyung hampiri itu.. Dyana? Kok mereka saling kenal sih? Akrab pula ngobrolnya.

"Ooh jadi itu yang namanya Yunjin." Kata Jeno hyung saat Jaemin hyung sudah kembali. Siapa tadi? Yunjin?

"Hmm.. yuk jalan" jawab nya singkat sambil berjalan mendahului kami, kurasa dia sedang tersenyum sekarang.

"Yunjin?" Tanya Haechan hyung. Argh kenapa pemikiran kami selalu sama sih, itu juga yang ingin ku tanyakan.

"Iya, Yunjin. Dia satu angkatan dengan jisung, dan yang ku tahu dia juga NCTzens. Dan mungkin Lucky fans yang bisa berteman dekat dengan Jaemin." Jeno menjelaskan.

"Whoaaa Daebak!!!!" Jawab Haechan, dan aku hanya manggut - manggut.

Ini aneh, namanya kan Dyana? Kenapa mereka menyebutnya sebagai Yunjin? Apa dia punya kembaran? Rasanya enggak mungkin deh. Apa... Yunjin dan Dyana itu sebenarnya satu orang yang sama?

"Oy! JISUNG!! Kau mau kemana?"

Tanpa sadar aku sudah berjalan sedikit jauh melewati mobil van kami. Argh menyebalkan! Dia membuat fikiranku buyar hari ini.

Tbc

Same Love [NCT Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang