Hembusan angin pantai membuat rambutnya yang tegerai berterbangan tak tentu arah.Mentap hamparan air laut yang tak berujung itu kagum, perlahan wanita ini merentangkan tangannya dres warna putih yang di pakai menambah nilai plus untuk wanita ini, lelaki manapun pasti akan menilai manis dirinya.
"AAAAAAAA" teriaknya kencang dengan kedua tangan yang terkepal menyalurkan seluruh rasa yang tercampur dalam hatinya.
Perlahan mata indahnya terbuka melihat matahari yang sedikit-demi sedikit turun kembali ke praduannya melihat burung-burung yang terbang bebas di langit jingga membuatnya tersenyum indah.
"Aku Adalah Keinginan, Aku adalah Rindu, dan Aku yang akan mati terbunuh waktu. Ini Aku yang rapuh. Manusia biasa yang tuhan beri harapan untuk hidup." Gumamnya tak jelas,yang membuat siapapun memutar otak untuk menemukan jawabannya.
Perlahan tulang sendinya melemas terduduk rapuh bersama butiran pasir, yang terbawa air laut, membiarkan tubuhnya terhantam ombak yang kerap datang.
Semua yang ia dapat hanya kesemuan sesaat, semua yang ia dapat tak membuatnya bahagia, semua yang ia dapat hanya memberikan kebahagiaan sesaat.
Berharap tuhan menghadirkan sesuatu yang dapat memberinya kebahagian, yang dapat memberi alasan, untuk dirinya bertahan lebih lama.
"Bangun lo! Di panggil sama mamah" sebuah suara yang lagi-lagi membuat dirinya harus memejamkan mata,menguatkan dirinya.
Perih rasanya jika mendengar suara itu, sesaat perilly menoleh. "Kakak duluan aja"
Aprillya Shinta seorang gadis yang selalu debenci sang kakak Aprillia Shinta, mereka sepasang gadis kembar, yang di karunia kekurangan dan kelebihan.
Semua berawal dari kasih sayang di waktu kecil, berawal dari rasa iri, lalu menjelma menjadi benci, sebuah rasa yang membutakan mata hati manusia ,dan itu ada dalam diri Aprillia atau yang sering di panggil dengan panggilan Lia,seorang kakak yang tidak pernah puas atas semua yang di lakukannya, selalu merasa terbagi dengan sang adik.
"Ya allah Prilly, kamu ini main ke mana sih nak? Baju sampai basah gini, liat rambut sampai banyak pasirnya, anak siapa sih kamu?" Pekik wanita yang berperan sbagai ibu dalam hidup Lia dan Prilly.
Prilly tersenyum tipis dengan bibir pucat. " hihi abis main bareng ombak ma" cicitnya.
Sang mamah menggelengkan kepalanya menyodorkan segelas teh hangat, meyampirkan handuk kering di kepalanya.
"Aduh prilly gini ni yang mamah malesin,besok gak ush ke sini lagi!"Prilly memanyunkan bibirnya. "Yah mama jangan dong,tadi kan prilly kesepian g ada yang bisa di ajak main, jadi lari ke sana deh"
"Ya kan ada kakak kamu gimana sih sayang? Lia kamu ajak prilly main donk." Sang bunda melirik anak pertaamnya yang sedang membawa koper besar untuk di masukan dalam bagasi mobil.
"Ogah banget!" Ucapnya dingin lalu pergi berlalu.
Prilly dan sang mamah saling memandang. "Gak papa mah, ya udh kalo gitu prilly ganti baju dulu, kita pulang sekarang kan?"
Sang mamah hanya mengangguk menatap punggung putrinya yang berjalan menjauh, putri yang ia sangat cintai.
****
Tak butuh waktu lama untuk ali menyesuaikan diri, sebulan ini sudah cukup ia habiskan, sungguh ini kali pertama baginya berbaur dengan anak basket.
Ali sungguh senang, apa lagi hari ini sang ayah mengatakan bahwa kemungkinan besar ia akan menetap di sini.
"Ali tangkep!" Pekik dimas melempar bola oranye itu ke arah ali, dengan sigap ali meloncat memasukan bola itu dalam ring basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Cinta
RomanceAwalnya biasa saja hanya sebatas teman, tak lebih. bicara saja jarang, bahkan hampir tidak pernah. dan waktu itu untuk yang pertama kalinya mereka berbicara, pembicaraan pertama kali, dan untuk yang pertama kalinya juga getaran itu tercipta, detak...