Detak Cinta: 3 🍃

151 19 0
                                    


Jam terus berputar, sampai prilly masih terjaga dalam tidurnya sedari tadi matanya tak luput dari plaster luka berwarna pink soft di tambah gambar panda yang menambah kesan lucu plaster itu.

Kamar tidurnya benar-benar gelap tidak ada satu penerang pun yang ia hidupkan, suara detik jarum jam mengisi malamnya.

Tangannya mengusap pelan luka yang masih basah, fikirannya terlempar pada kejadian tadi, jika tidak ada cowok itu mungkin prilly, prilly menggelengkan kepalanya, mungkin jika tidak ada lelaki yang bernama ali itu dia sudah kehilangan mahkotanya.

Tepat saat prilly lari sebuah motor ninja berwarna hitam terlintas melewati jalanan yang prilly sebrangi.
Beruntung prilly hanya terguling sedikit.

Hanya dahi dan sikutnya yang luka selebihnya hanya goresan-goresan yang terbentur aspal.
Seulas senyum indah terbentang di kedua sudut bibirnya, melihat saat pria itu membuka helm miliknya, dan melawan para preman di hadapannya, wajah pria itu masih terpatri indah dalam ingatan, bibirnya yang merah, rambutnya yang acak, alisnya yang tebal, serta mimik wajah yang dingin.

Lalu dengan gesitnya dia membantu prilly bangun mendudukinya di trotoar pingir jalan, membelikannya air mineral dan mengobatinya.

Hanya satu yang dapat prilly simpulakan pria yang dingin, hmm entah kenapa jika berhubungan dengan pria dingin ardenalin nya kembali terpacu.

Ckelek. .

Dengan cepat prilly memejamkan matanya, saat orang itu datang ke kamarnya dan menyalakan saklar lampu kamar yang berada di samping pintu.

Orang yang biasa ia sebut papah, duduk di pinggir ranjangnya, menyingkirkan helaian rambut ke belakang telinga anaknya, hanya untuk sekedar melihat luka sang anak.

Di usapnya luka itu,senyumnya kembali hadir. "Jagoan nya papah, kok bisa gini?" Ucap papahnya seraya mengecup luka yang berada di plipis sang anak.

Lalu tangannya sedikit menyikap selimut yeng menutupi lengan anaknya, matanya melebar kaget.
Di sana banyak sekali goresan luka, bahkan ada yang membiru.
Di usapnya kembali luka itu,yang mendapat respon geliatan dari prilly yang merasa perih.
"Kok bisa gini sih nak?" Ucap sang papah khawatir.

Tak lama prilly membuka matanya berpura-pura memakai mata sayunya.
"Papah? Papah udah pulang kerja?" Ucap prilly seraya memeluk lengan sang ayah.

Dengan lembut sang papah membelai rambut hitamnya. "Iya, ini kenapa bisa gini? Heum? Kok bisa pada biru gini? Perih g sayang?"

Prilly menggeleng, tak mungkin prilly memberikan jawaban jujurnya bahwa tadi dia di turunkan di tengah jalan oleh kakaknya lia. "Gak papa, prilly kan jagoan papah."

Sang papah mengecup plipis sang anak cukup lama, "ia kamu jagoan papah harus kuat!" Ucap sang papah seraya menepuk pelan lukanya.

Prilly melebarkan matanya "papah sakitt, jangan di tepak jugaaa."

Sang papah terkekeh atas kemanjaan anaknya ini, jika melihat prilly seperti ini mengingatkan dia pada sifat manja sang istri. "Eh iya papah mau tanya, sejak kapan mamah beli pelester yang lebay kayak gini?"

Merasa di goda prilly kembali merengek yang membuat sang papah gemas. "Aah papah"

****

Pagi menyapa dia kembali berjalan menuju gerbang sekolah, dengan rok rample abu-abunya prilly tersenyum ramah pada satpam yang menunggu gerbang.

Dengan senyumannya dia membalas saapaan demi sapaan yang ia terima, prilly gadis yang ramah dengan kelembutannya.

Matanya melirik motor ninja hitam yang melewatinya merasa tak asing prilly mencoba memperhatikannya dari jarak jauh. Matanya melebar.
Jadi dia sekolah disini?

Detak Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang