Detak Cinta: 4 🍃

153 13 0
                                    


Prilly menghembuskan nafas lelahnya, saat keluar dari ruang rapat, padahal hari ini hari sabtu, waktunya untuk bersantai di rumah, akan tetapi tiba-tiba saja kemarin dia di beritahu bahwa anak mading besok ada rapat. Yang mau tidak mau dirinya harus ikut serta.

Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul sepuluh lewat lima menit, matanya mentap lapangan basket yang di mana di sana banyak para siswa yang sedang main basket, dengan celana abu-abunya dan kaos polos yang sudah banjir keringat.

Prilly tersenyum kecil saat di melihat seorang laki-laki yang memakai kaos putihnya, sesekali lelaki itu mengapus peluh di dahinya.

"Kak Prilly!" Teriak salah satu anggota mading yang berlari kecil menghampiri.

"Ada apa ya win?" Tanya prilly pada perempuan yang membawa sebuah Binder putih.

Windi  wanita itu menyerahkan benda itu yang di terima dengan hangat oleh prilly, teriakan demi teriakan masih memenuhi lapangan teriakan dari anak basket tentunya, membuat prilly harus menajamkan pendengarannya, di tambah decitan suara sepatu.

"Ini kak, kata kak Akmal, kakak dapet jatah buat wawancarai anak basket, soalnya kan mereka akan tanding besok, terus nanti hasilnya mau di pasang di mading."

Prilly tersenyum dan mengangguk menatap adik kelasnya.
"Iya, kalo boleh tau, semua anggota?"

Windi menggeleng"terus?" Tanya prilly lagi.
"Aku kurang tau deh kak, kata kak akmal suruh bilang itu aja terserah kakak deh siapa" prilly hanya terkekeh lucu saat mendengar jawaban dari adik kelasnya ini.

"Ya udh makasih ya win" ucap prily yang di balas anggukan.

****

Bibirnya terkatup kaku, kenapa ia baru sadar bahwa di sebelahnya itu motor ali, oh astaga lihat sekarang pria itu ada di sampingnya sedang memakai helemnya, sedangkan prilly ingin melajukan motor metic miliknya,  tetapi ali di depannya sedang berusaha untuk mengeluarkan motor miliknya, jadilah prilly yang menunggu.

Tanpa sadar kedua bola mata itu bertubrukan dengan matanya, tepat saat ali berada di atas motornya, sunggu pria itu terlihat tampan, prilly memberikan senyumnya yang hanya di balas tatapan datar dari ali.

Sedetik kemudian prilly teringat pesan Windi, prilly menoleh ke arah ali, yang sedang ingin mengeluarkan motornya, mulutnya terbuka untuk mengucapkan nama.

"Ali" ucap prilly yang membuat gerakan ali terhenti, ali menaikan kedua alisnya seolah bertanya 'apa?'

Prilly membasahi bibirnya berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang 'ya tuhan' batinnya menjerit.

"Eum kalau boleh tau bisa minta alamat g-mail kamu? Soalnya aku harus wawancarain anak basket. Berhubung besok lusa kalian mau tanding kan? Dan aku liat kayaknya kamu udh masuk--"

"Aldamasyrf" ucap ali menyela ucapan prilly.

Prilly tersenyum "makasih" setelah mengucapkan itu prilly lebih dulu pergi, saat ali memberi celah jalan untuk motor maticnya melaju dan meninggalkan ali, yang tersenyum kecil nan manis.

"Lagi-lagi dia" batinnya berbicara saat senyum manis milik prilly terbayang dalam benaknya.

***


Malam itu hanya di isi dengan keheningan, benar-benar hening hidupnya sudah berantakan separuh jiwanya mati.

Jiwanya berjalan tak tertantu arah, semenjak hilangnya tulang rusuknya dia jadi seorang yang kejam, dingin dan di takuti semua orang Syarief semenjak Rani sang istri meninggalkannya  entah kapan kembali,mungkin untuk selamanya, hidupnya jadi tak tentu arah.

Bayang-bayang rasa bersalah masih terus menghantuinya, cerita yang menimbulkan luka, luka yang tak terbayar oleh waktu.

Sekarang hanya ada dirinya dan ali anak lelakinya, satu-satunya, cahaya kedua hidupnya, tapi anak itu justru menjauh darinya.

Menunduk dengan genangan air mata yang siap turun lelaki itu mengepalkan kedua tangannya di kanan dan kiri.

Tak lama ia memukul tembok dan berteriak di isi dengan rintihan kata maaf, di hadapannya ada sebuah bingkai foto dengan frame besar.

Kadang kala ia tersenyum menatapnya penuh cinta dan kasih sayang, kadang juga ia menatapnya dengan mata yang berkaca  dengan luka yang cukup perih.

"Andai aku tak melakukan itu, Rani Pleasee Come back with me"

Racaunya dengan bersimpuh menekuk kedua lututnya dengan kepala yang tertunduk. Rapuh.

Hidupnya tak berarti lagi sekarang tak ada yang mewarnainya, terlelap dengan jiwa yang tak tenang, merindukan pelukan hangat yang mengisi malam sunyinya.

Merindukan kecupan lembut di keningnya yang sudah menjadi candu baginya.
Merindukan usapan hangat yang memberinya ketenangan.

Syarief merindukan itu, sangat merindukannya.

****

"Sayang kok lama banget sih udah satu jam nie aku nunggunya! Kamu tega banget deh!" Sementara itu jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam, tetapi wanita itu masih di tempat yang haram hukumnya untuk di singgahi.

"Maaf beb aku tadi abis yaa biasa lah, mamah ku ribet deh!" Ucap sang pria sambil mengusap pipi sang kekasih sayang.

"Eum ok, No problem!"

"Thaks beb, woy! Minum gw!" Sambil berteriak dia memesan minuman yang tak menyehatkan raga, barang yang sangat-sangat di jauhi.

"Ada apa kamu ke sini? Butuh aku? Heum?" Sambil mengelus pundak sang wanita pria itu berucap, usapan yang membuat wanita itu meremang geli.

"Stop it Beib!" Lirih sang wanita yang sudah mulai terpancing.

"Why? Ini menyenangkan bukan? Oh ayolah, aku akan menyewa satu ruangan di sini" lagi-lagi pria itu berbicara dengan mata yang membuka dan menutup.

Perlahan tapi pasti, rayuan iblis sudah mulai memenuhi telinganya, membuat darahnya mendidih dingin.
Badannya mencondong kedepan, membuka setiap kancing kemeja yang di pakai sang wanita.

"RAYHAN! STOP! DONT TOUCH ME!"


***

Hai luka, salam rindu ku untukmu yang telah membaik, ada kalanya aku sering melihat luka itu, mencoba bernostalgia, melihat bayangan semu yang tidak ada.

~ Detak Cinta 04 ~

 

Detak Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang