part 10

4 1 0
                                    

Saat ini Dera sedang berdiri di balkon kamarnya memandang kerlap-kerlip bintang tanpa melepaskan seragam sekolah dan segala antek-anteknya yang masih melekat ditubuhnya. Ia termenung dengan apa yang sudah dilakukannya tadi, sebenarnya ia tidak berniat membentak Nopan hanya saja saat mendengar kata 'nenek' keluar dari mulut Nopan membuat emosi nya kembali naik dan ia tidak bisa mengontrol nada bicaranya.

Ia masih mengingat utuh nasehat nenek kepadanya. Semuanya. Tanpa terkecuali soal hobi-nya.
Nenek memang tidak suka jika ia bermain bola. Menurut pandangan nenek seorang pelajar sepertiku seharusnya lebih banyak belajar daripada menghabiskan waktu untuk bermain, apalagi bermain bola yang jelas-jelas mendapat peringatan keras dari nenek.

Namun menurut pandanganku : 'aku memang seorang pelajar yang berkewajiban untuk belajar, tetapi aku juga anak yang mempunyai hak untuk menentukan apa yang aku suka. Setidaknya karena aku mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang tepat untukku dan mana yang tidak tepat untukku, dan setidaknya aku mengerti bahwa apa yang menjadi hobiku tidak menyesatkan jalan pikiranku. Setidaknya aku memilih hobi olahraga daripada memilih hobi berjalan-jalan keliling mall seharian penuh seperti yang sering dilakukan oleh kebanyakan remaja di era milenium ini. Dan untuk belajar, tidak mungkin jika ia akan terus menerus belajar tanpa kenal waktu. Siswa pasti mempunyai titik jenuh dalam belajar, dan dalam hal ini ia menggunakan hobi nya untuk selingan ketika ia merasa jenuh untuk terus menerus belajar' setidaknya itu yang ada dipikiran Dera selama ini.

Tok tok tok

Dera yang sadar ada orang yang mengetuk pintu kamarnya langsung menoleh dan mendapatkan abangnya yang berdiri didepan pintu yang terbuka.

"Dek gue mau minta maaf soal yang tadi, gue nggak bermaksud buat lo marah. Gue tadi cuma-"ucap Nopan sambil masuk kekamar Dera

"Udah nggak apa, santai aja. Gue juga minta maaf sama lo kalo gue tadi sempet ngebentak lo, gue minta maaf ya bang" ucap Dera memotong perkataan Nopan yang belum selesai.

"Yaudah berarti sekarang kita maafan ya berarti ??" Kata Nopan kembali riang

"Yoi bang" ucap Dera mengikuti abangnya tersenyum riang.

"Yaudah lo buruan mandi gue buatin mie sed*p kesukaan lo. Gue tunggu dibawah ya" kata Nopan sambil berlalu yang membawa dampak besar bagi Dera yang langsung lari masuk kekamar mandi untuk mandi dan segera makan mie.

Setelah beberapa saat akhirnya Dera turun ke lantai dasar untuk makan masakan abangnya. Saat sampai didapur ia tidak melihat abangnya, yang ia lihat hanya mie yang sudah tersaji dalam 2 porsi dimeja makan. Segera saja ia memakan mie tersebut dengan lahap. Akhirnya ia dapat mencicipi mie sed*p ini lagi setelah 2 minggu ia tidak diperbolehkan abangnya untuk makan mie. Jarang sekali abangnya membolehkannya makan mie instan seperti ini, dimasakin sekalian pula. Kan tambah nikmat. Eaaaa

"Dek, mie gue mana ?? Lo habisin semua ?? Gila. Gue makan apa ??" Ucap Nopan frustasi saat ia melihat 2 porsi mie yang ia buat tadi telah tandas tak tersisa bahkan sebelum ia sempat memakannya. Memang setelah memasak mie tadi Nopan segera naik kelantai atas untuk segera mandi dan sekalian memanggil Dera, ternyata malah ia yang teraniaya. Ia lupa jika Dera bisa menjadi Gorilla yang kelaparan jika dihadapkan dengan makanan sejenis mie. Sedangkan Dera yang melihat Nopan tengah frustasi hanya bisa cengengesan.

"Gue makan diluar aja deh, lo di-ru-mah!" Perintah Nopan menekan kata "dirumah" saat melihat Dera berdiri bergegas akan ikut

"Iya-iya" ucap Dera lesu dan kembali duduk disofa

Ting ting ting

Dera mendengar suara handphone nya berbunyi dikamarnya. Segera ia naik keatas untuk mengangkat telfon.

"Besok gue jemput, kita berangkat sekolah bareng"
"-"
"Nggak ada penolakan"
"-"
"Oke, goodnight pemodus ulung"
"-"

Kata 'pemodus ulung' yang dikatakan Devan menyinggung sisi perempuannya. Hell,  ia juga perempuan yang punya malu kalau ketahuan modusin doi. Daripada terus memikirkan kalimat Devan lebih baik ia tidur saja.

Tok tok tok

"Dek lo udah tidur ??" Tanya Nopan saat ia akan memejamkan matanya.

"Belum, baru aja gue mau tidur udah lo ganggu bang" jawab Dera geregetan

"Yaudah kalo gitu gue kekamar gue aja, maap ya" kata Nopan terkekeh sambil berjalan keluar kamar. Belum ada 3 detik Nopan keluar, kamar sudah dibuka lagi dan dengan entengnya Nopan berkata

"Goodnight dek, semoga lo mimpi gue. Huahaha" kata Nopan lagi

"Hish" gerutu Dera sambil tersenyum tipis, biar bagaimanapun Nopan tetaplah abangnya, abang satu-satunya, yang paling mengerti dirinya, yang selalu menjaganya, dan Nopan adalah abang terbaiknya.

Tentang Ayah, memang selalu pulang larut. Katanya untuk memenuhi segala kebutuhanku dan Nopan, semenjak bunda tiada ayah lebih sering menghabiskan waktunya dikantor, kerja keras tak kenal lelah. Ia akan berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, dan akan pulang saat aku dan abang sudah tertidur lelap. Entahlah, aku sedikit merasa prihatin terhadap ayah. Mungkin ayah menghabiskan waktunya untuk bekerja agar tidak selalu terpuruk memikirkan Bunda. Aku sebagai anak sudah berbicara beberapa kali dengan ayah. Lalu apa yang dikatakan ayah ? Ayah selalu tersenyum kemudian mempunyai berbagai macam cara untuk menghindari topik yang kupilih, dan ayah akan dengan beragam cara mengalihkan topik dan setelahnya ayah akan pergi lagi, bekerja.

Memikirkan ayah dan abangnya didukung dengan malam yang semakin larut membuat Dera mengantuk dan memilih memejamkan matanya, berharap bertemu bunda.

*****

Thanks buat yang udah baca cerita aku. Jangan lupa vote dan komen. Karena vote dan komen dari kalian membuat semangat menulisku timbul kembali.

Jangan lupa untuk follow Ig ku ya @lindaset18

Kalau bisa rekomendasikan sekalian ketemen-temen kalian buat baca cerita ini

No Copas ya :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BayangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang