Happy Reading
*******
Yoona, gadis berusia 22 tahun itu menuntun setiap pijakan kaki beralaskan sepatu tingginya. Alunan merdu dari pasang sepatu itu menarik perhatian cukup banyak orang usai gadis itu keluar dari ruangan Siwon. Pria yang kini teramat mereka takuti di gedung tinggi tempat mereka mencari nafkahGadis itu masih sempat tebar pesona kepada beberapa pria di sana yang masuk pada kategori tampan menurut versinya. Ketahuilah, menjadi tunangan pemilik gedung tak lantas membuat mata Yoona berhenti berburu pria tampan. Hanya saja sial untuk dirinya saat tak satupun pria muda di sana mau menangkap umpan yang dilempar Yoona. Mereka terlalu takut akan istilah azab. Lebih tepatnya terlalu tak berani menikung orang nomor satu di kantor itu.
Sesekali Yoona tersenyum kepada beberapa orang yang mengantarnya dari depan pintu ruangan Siwon hingga sampai di lantai di mana mobil merah kebanggaannya terparkir.
Sudah berapa kali Yoona mengatakan jika dia tak suka ditantang. Tapi Siwon selalu saja memaksanya melakukan sesuatu yang tak disukanya. Yaitu menerima tantangan. Yoona juga tak suka kalah, terutama mengalah. Jadi jika Siwon berpikir akan menang dalam konflik mereka, maka Siwon harus mengalahkan otak ular Yoona lebih dulu.
Sempat berpikir untuk menjadi team. Namum Siwon tidak menerima jamuan Yoona. Pria itu justru mengibarkan bendera perang. Yang suka tak suka harus di terima Yoona.
Semua itulah yang membawa langkah Yoona ke sana. Gadis itu tidak perlu menghabiskan waktu untuk menyuruh seseorang atau siapapun untuk mengangkat semua barang miliknya dari apartmen yang ditinggalinya, memindah tempatkan barang-barang itu ke rumah besar yang ditinggali Siwon sendiri.
Dia tak peduli sekalipun Siwon protes besar-besaran saat tau apa yang dilakukan Yoona untuk menerima tantangannya. Yoona akan menunjukkan pada Siwon bahwa untuk menjadi tunangannya bukanlah hal mudah. Pria itu perlu diberi pelajaran setelah berpikir jika Yoona adalah wanita lemah yang kekanak-kanakan.
Lihat, tak lebih 3 jam dirinya meninggalkan kantor Siwon, kini gadis itu sudah melipat kaki di ruang tamu rumah besar Siwon. Bando dengan telinga kelinci besar itu menempel di kepalanya. Gadis itu menggunakan piyama tidur dan menyalakan macbook di sana. Berlagak seolah rumah itu adalah miliknya.
Dia bahkan tak lagi peduli sekalipun orang tuanya memakinya. Tinggal serumah dengan pria yang kemarin setengah mati ditolaknya untuk menjadi istri dari pria itu. Dan sekarang mendadak seperti wanita bodoh yang tinggal serumah tanpa menikah lebih dulu? Oh ayolah, meragukan Yoona bisa melakukan sesuatu untuk itu? Itu tak lagi sulit dilakukannya.
Matanya sesekali melirik jam yang menempel di atas dinding. Dia menanti-nanti pemilik rumah kembali. Cukup merinding membayangkan waktu yang dihabiskan Siwon di kantor itu.
Untuk beberapa kali Yoona juga berdecak, jika bukan karena tak mau kalah dari Siwon, Yoona saat ini pasti sedang bersenang-senang. Berpesta ditemani gelas berisi anggur, menari sesuka hati ditemani musik panas.
Haruskah dia bertingkah seperti istri yang baik, menunggu suami pulang dari kantor kemudian tertidur di sofa? Astaga, itu cerita klise yang menyebalkan.
Asik pada ponsel dan juga macbooknya, Yoona akhirnya menikmati waktu menunggunya. Sekon terus berlalu hingga jam menunjukkan waktu tengah malam. Nyaris jam 1 pagi. Namun ternyata alam adil kepada Yoona. Siwon mendorong pintu masuk dengan raut kebingungan ketika dilihatnya lampu di rumahnya mati total. Tak ada cahaya sama sekali kecuali dari ruang tamunya.
Cahaya kecil yang bersumber dari benda elektronik Yoona.
"Selesai dengan lagu nina bobonya?"
Siwon menegur. Dia menyapa Yoona dengan nada tidak ramah. Dia sangat sengaja mengatakan itu untuk membuat Yoona bisa merasa malu sedikit saja. Gadis itu terlalu sering keluar masuk rumah Siwon sesuka hatinya.