Bugh!
"Shit! Cowok lemah kayak lo, gak pantes buat hidup!"
Bogeman kembali mendarat mulus tepat di perut lelaki berseragam SMA Prima. Sorak – sorak ramai memenuhi sekitar kantin. Tidak ada satupun siswa yang berani memisahkan dua lelaki itu, jika pun ada yang berani memisahkan mereka sama saja seperti ingin menjemput maut lebih cepat.
Senyum devil merekah di sudut bibir laki – laki bernama Harsya Anderson.
"Dan lo pikir gue takut sama lo?!"
Bugh!
Harsya pun membalas bogeman lawannya bertubi – tubi tanpa memandang lawannya itu kakak kelasnya.
Keadaan pun semakin memanas. Semakin banyak pula siswa yang mengerubungi mereka, bahkan ada pula yang niat untuk merekamnya.
Harsya Anderson. Lelaki bertubuh tinggi dengan wajah coolnya membuat siapapun akan merasa kesal sekaligus gemas saat melihat tingkah lakunya. Membuat keributan dan sangat percaya diri itulah sifatnya.
Tetapi, hal itu malah menjadi daya tariknya—memikat seluruh kaum hawa lewat perilakunya yang sudah pasti membuat siapapun terlena.
Saat ini keadaan kantin sangat berantakan. Letak kursi dan meja tidak sesuai dengan posisi semula. Ibu kantin pun banyak yang menyingkir takut dagangannya diobrak – abrik oleh dua lelaki tampan itu.
Sampai, seorang guru beserta sekuriti datang menerobos ramainya siswa yang mengerubung.
"HARSYA! FERIL! TOLONG HENTIKAN! ATAU NILAI BIOLOGI KALIAN SAYA KURANGI 5!" Suara yang sangat dihindari terdengar sangat menggema memenuhi seluruh kantin.
Guru itu menghampiri Feril dan Harsya dengan tangan di pinggang.
"Ribut aja terus kerjaan kalian berdua," ucap bu Jumini—selaku guru Biologi sambil menjewer telinga Feril dan Harsya.
"Sshh..." Harsya mengaduh kesakitan. Tapi, bu Jumini malah memperkuat jewerannya membuat dua lelaki itu tambah meringis.
"Kalian lagi kalian lagi! Bosen saya lihatnya. Kapan kalian tobat?! Saya sudah bilang berkali – kali untuk tidak membuat keributan!" omel bu Jumini habis – habisan menatap kedua muridnya sengit.
"Maaf bu," ucap Feril tiba – tiba.
"Maaf... Maaf aja terus. Sekarang kalian ikut saya!" Bu Jumini melepas jewerannya. Harsya dan Feril tidak menyia – nyiakan waktu untuk mengusap telinganya yang memerah.
"Pak Jim tolong bantu saya bawa mereka ke ruang BK."
"Eh... Siap bu!"
"Heh! Kalian, ngapain masih pada disini? Cepat bubar! Masuk ke kelas kalian masing – masing, pelajaran sudah dimulai!" seru bu Jumini memarahi murid – muird yang masih menonton di sekitar kantin sambil bertolak pinggang.
"Huuuu.... Lagi seru – serunya bu!"
"Freeclass buuu..."
"Cepat, jangan banyak alasan! Yang Freeclass masuk kelas, belajar sendiri. Atau nilai biologi kalian saya kurangi 5!"
"Ah ibu mah gak seru!" komen salah satu siswa membuat bu Jumini melototkan kedua matanya.
"Gak seru gak seru ndasmu! Cepatttt balik!"
***
"Huh! Hari ini panas banget, kalau cuaca kayak gini terus yang ada bisa gosong gue," oceh Fanya di balkon depan kelas.
Fanya sangat bosan berada di kelas. Hari ini pun Freeclass di kelasnya, karena guru yang seharusnya mengajar tidak masuk alias sakit.
"RIVEL!" Tiba – tiba terdengar suara bentakan Yoona menampilkan wajah yang sangat garang, berlari kecil kearah Rivel dan menghalangi jalan Rivel yang hendak keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
JISOOYAA
Teen FictionJisooyaa Almira. Dingin dan manis disaat yang bersamaan. Hidup sederhana dan anti sosial adalah prioritasnya. Ngakunya, lahir dari kalangan orang biasa yang membuat dirinya dipandang sebelah mata. Kehidupan masa SMA nya yang tenang terpaksa harus ka...