"Ulang tahun Renita, kira – kira gue dateng gak yah?" tanya Yoona menyenggol siku Soya yang sedang membaca novel.
Soya berdecak sebal, dari tadi temannya ini selalu mengganggunya.
"Terserah."
Mendengar jawaban Soya, Yoona mengerucutkan bibirnya.
"Ish, Soya mah gak peka banget sih!"
Dengan hati dongkol, Soya menutup novelnya yang telah selesai ia baca dan melirik sekilas kearah Yoona.
"Terus mau lo apa?"
"Lo ikut yah, please," rengek Yoona dengan mata berbinar, "Lo kan juga dapat undangannya."
"Mager."
Yoona mendesah kecewa, "Lo mah gak asik. Gue jamin pasti seru!"
"Lo aja kalau gitu," jawab Soya sembari merapihkan alat tulisnya.
"Bonyok gue pasti gak izinin gue kalau gak ada lo, apalagi acaranya sampai malam."
"Tuh lo tau, mendingan gue tidur di rumah."
Sebuah jitakan mendarat mulus di kening Soya, "Alasan aja lo. Bilang aja lo gak berani dateng kan apalagi banyak orang terus lo kan paling males berbaur!" Itu suara Rivel.
Soya menatap tajam kearah Rivel membuat Rivel cengengesan dan mengangkat jarinya membentuk huruf V yang artinya meminta damai.
Tiba - tiba dengan gerak bebas, Rivel meminum es milik Yoona yang baru saja dibeli dengan sekali teguk hingga habis. Hal itu membuat pemiliknya kesal.
Soya sudah mengancang - ancang kalau akan terjadinya peperangan antara Yoona dan Rivel lagi. Soya pun sudah berisap - siap untuk menutup telinganya.
"RIVELINO ABRAHAM!" Yoona tiba – tiba menggebrak meja membuat jantung Soya hampir saja lompat.
Benar saja, Yoona kembali mengeluarkan suara mautnya.
"Lo main minum – minum aja! Baru sekali minum itu gue!" omel Yoona berdiri dari tempat duduknya dan menjitak kepala Rivel.
"Sakit woii," ringis Rivel mengusap – usap kepalanya. Lalu tatapannya beralih kearah Soya.
"Temen lo nih segera dibawa ke rumah sakit jiwa. Gue rasa dia pasien yang kabur Soy,"
Soya tersenyum mengejak kearah Yoona lalu beralih kearah Rivel.
"Dan gue rasa kalian berdua jodoh," kata Soya sebelum beranjak keluar kelas meninggalkan Yoona dan Rivel.
"AMIT – AMIT YA ALLAH! JANGAN SAMPE!"
***
"JISOOYAA ALMIRA!!" Suara 8 Oktaf terdengar sangat memekik tepat di telinga Soya yang kini sedang tertidur dengan wajah yang ditutupi oleh buku.
Reflek Soya terbangun dan menutup telinganya rapat – rapat.
"Yoon! Telinga gue masih berfungsi kali!" omelnya menatap Yoona-sahabatnya kesal.
Yoona lagi Yoona lagi. Apakah hari ini hari kejayaan Yoona? Dimana - mana ada Yoona. Selalu saja Yoona datang dengan cara berteriak - teriak seperti di hutan.
"Ya maaf. Abisnya kalau gue gak mengeluarkan suara 8 Oktaf gue, pasti lo bakal cuek bebek sama gue," Jawab Yoona.
"Kenapa?"
"Main Dare or Dare yuk!" ajak Yoona dengan mata berbinar.
"Ogah ah."
"Ayuk sih Soy. Kita main berempat, gue, lo, Fanya, sama Zia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JISOOYAA
Teen FictionJisooyaa Almira. Dingin dan manis disaat yang bersamaan. Hidup sederhana dan anti sosial adalah prioritasnya. Ngakunya, lahir dari kalangan orang biasa yang membuat dirinya dipandang sebelah mata. Kehidupan masa SMA nya yang tenang terpaksa harus ka...