4. Kesal

239 47 2
                                    

Asap kendaraan yang berasal dari jalan raya mengebul dan tersebar dimana - mana. Terik matahari pun sangat menyengat, membuat keadaan saat ini bagaikan di Neraka.

Klakson kendaraan saling bersahutan membuat kebisingan di sekitar jalan.

Hal itu, mengharuskan gadis berkuncir kuda menutup hidungnya dengan buku yang sedari tadi ia genggam untuk menghindari debu yang bersebaran.

Berjalan seorang diri di trotoar pinggir jalan sambil sibuk menutup hidungnya.

Sampai akhirnya, terdapat sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat disamping gadis berseragam SMA Prima itu.

Soya pun menoleh, memicingkan kedua matanya-mempertajam pengelihatannya.

Pemilik mobil sedan itu keluar dari mobil, berlari kecil mengitari mobilnya lalu menghampiri Soya dengan wajah cemas.

"Ji! Lo apa - apaan sih! Ngapain lo sendirian disini ha?! Jalan kaki lagi!" omel laki - laki itu sedikit berteriak karena suaranya terendam oleh suara kendaraan sekitar.

"Bukan urusan lo," jawab Soya sarkas lalu berjalan mendahului laki - laki itu.

Ternyata, laki - laki itu tetap bersikeras mengejarnya. Ia menarik lengan Soya dari belakang lalu memegang bahu Soya kuat, "Urusan lo tentu urusan gue juga."

Soya mendorong kecil tubuh laki - laki itu, dan menyingkirkan tangan nya dari bahu nya.

"Apaan sih Ka? Gue mau ke sekolah, puas!"

Arka menggeleng kepalanya lalu menghembuskan nafas nya kasar.

"Kapan lo berhenti dari pencitraan lo ini ha?!"

Soya terdiam, tanpa berniat menatap bahkan menjawab pertanyaan Arka.

"Ji! Lo selalu begini. Ayo ikut gue! Biar lo gue antar, kita satu sekolah." Dengan paksa Arka  menarik tangan Soya dengan kasar.

Soya meringis kecil, ia buru - buru melepaskan tarikan Arkadari lengannya.

"Gue udah bilang jangan ikut campur!"

"Oiyah! Jangan lupa pas kita ketemu di sekolah berakting lah seolah - olah kita gak saling kenal."

"Dan nama gue Soya buka Jisooyaa," jelas Soya lalu segera meninggalkan Arka tanpa memperdulikan Arka  yang memanggil - manggil namanya.

Hingga, punggung Soya sudah tidak terlihat lagi terhalang oleh banyaknya kendaraan yang berlalu - lalang.

Arka mendengus pasrah, menendang kerikil - kerikil kecil di dekatnya dengan perasaan kesal, marah, dan merasa bersalah tentunya.

"Dia kapan kayak dulu lagi, tuhan?"

***

"Eh liat deh, itukan Soya yang kemarin caper ke Harsya."

"Ih, cantikan juga gue,"

"Dia kakel bukan sih?"

"Ganjen banget sih."

"Ih miskin aja sok - sokan deket - deket sama prince."

Banyak terdengar bisikan - bisikan yang berasal dari mulut lemes para cewek - cewek ganjen pecinta Harsya. Soya melangkah kaki nya di koridor tanpa menghiraukan bisikan - bisikan uler itu.

Kesal? Tentu.

Hari ini sepertinya akan menjadi hari tersial sepanjang masa. Soya menghela nafas berkali - kali. Haruskan masa ketenangannya sekarang harus musnah?

JISOOYAATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang