Bab 1 - Kembali

10 0 0
                                    

DNina mengetuk ngetukan pulpennya malas. Mencoba menghalau rasa kantuk yang mendera. Diliriknya jam yang ada di dinding tepat di depannya.. sudah 3 jam meeting ini berlangsung, tapi tak ada tanda tanda akan selesai. Gilirannya untuk menjelaskan mengenai departemennya sudah dilaksanakan di awal mula meeting tadi. Nina mendengus sebal.. selalu saja saat giliran pak Hadi, akan lama dan bertele tele... ini karena pak Hadi yang "doyan" cerita ngalor ngidul.. sehingga untuk dirinya saja pasti memakan 1 jam lebih.

Gosh.. harusnya meetig ini cuma 2 jam. Pasti selalu ngaret klo si bapak hadir. Dumelnya dalam hati. Alamat dirinya terlambat makan siang ini, padahal dia sudah berjanji akan pulang ke rumah untuk makan siang. Sepertinya dia harus membatalkannya. Dengan sembunyi sembunyi, nina mengeluarkan ponselnya dan mengetik dengan cepat untuk mengabarkan bahwa dirinya tak jadi pulang siang itu. Setelah selesai, dia kembali mencoba mengumpulkan konsentrasinya ke agenda rapat yang sepertinya telah berputar ke departement selanjutnya...

Rapat diakhiri dengan beberapa keputusan perusahaan yang akan dilaksanakan untuk seminggu kedepan. Sebagai salah satu kepala departement di divisinya, nina berkewajiban untuk mengikuti dan melaporkan apa saja progress anak buahnya yang telah dilakukan dan akan dilakukan kedepannya. Sembari berjalan keluar ruang rapat yg diisi oleh sebagian besar kaum adam itu, nina merasakan perutnya berbunyi... minta untuk diisi. Dia kembali melirik jam dinding, jam 2. Pantas saja perutnya lapar. Dia melewatkan jam sarapannya tadi akibat terburu buru masuk ke ruang meeting. Sebuah tepukan di bahu nya, membuat nina menoleh.
Cengiran pria tampan yang menepuk bahu nya terlihat. "Maksi bareng yok" ajak nya
"Kemana?"tanya nina..
"Bawah aja. Makanan korea kesukaan loe aja gmn?" Sahutnya dengan cengiran yang tetap terpasang d wajahnya. Nina menangguk. "Bentar, gue taro ini dulu d ruangan" ucapnya berjalan mendahului pria tersebut.

Nina bergegas keluar ruangan. Dilihatnya Agam, pria tadi, tengah bersandar di salah satu tiang sembari asik mengotak atik ponselny. Agam sangat tampan, dibanding rekan rekan kepala departement lainnya yang cenderung sudah memiliki istri sehingga memiliki perut sedikit maju. Agam malah memiliki badan atletis khas atlet basket yang kebetulan memang dilakoni Agam untuk mendukung team basket perusahaan mereka. Nina tau, mininal ada 2 pasang otot seksi terbentuk di perut pria itu, karena tak sengaja melihat Agam yg mengelap keringatnya dengan kaos yang digunakan saat bertanding Basket sehingga otot perutnya mengintip. Belum lagi wajahnya yang kebule bule an.. menambah poin tersendiri untuk pria itu, jangan lupakan matanya yang bewarna biru gelap. Katanya, dia memang memiliki darah separo amerika dari kakek buyutnya.
Nina mempercepat langkahnya menuju pria itu , "yuk buruan. Keburu habis istirahatnya" ucap nina membuat agam menoleh kepadanya. "Ayok". Sahutnya kemudian berjalan mengiringi wanita itu.

Bukan pemandangan yang ganjil tatkala Nina dan Agam berjalan beriringan saat jam makan siang. Karyawan kantor itu telah menobatkan mereka sebagai pasangan yang sempurna. Bagaimana tidak, sang pria yang ganteng dan tegap bersanding dengan wanita yang manis dengan tubuh mungil langsing dan padat di bagian bagian yang pas. Belum lagi tungkai indah wanita itu yang sering dibalut rok pensil yang panjangnya tepat di lututnya. Walaupun tak pernah sekalipun diantara keduanya yang mengatakan bahwa mereka adalah psangan, tetapi rekan kerja mereka yang lain telah menganggapnya seperti itu.

Agam dan Nina telah duduk berhadapan di salah satu restoran yang berada di lantai basement gedung perkantoran mereka. Tidak hanya karyawan kantor mereka saja yang makan d restorant tersebut melainkan beberpa karyawan dari perusahaan lain yang juga bertempat di pusat perkantoran itu.
Nina menyesap teh gandumnya sembari menunggu pelayan restorant memanggangkan pesanan mereka di hadapan keduanya.
"So.." agam memulai percakapan "lo bakal di tugaskan ke Balikpapan untuk audith dan pendampingan cabang baru di sana. Berapa lama?" Tanyanya sembari mengangkat salah satu topik yang tadi di bahas dalam meeting mingguan.
Nina mengendikan bahu "kayaknya bakal lumayan lama.. paling cepet 3 bulan. Tp gue ga yakin Dam. Pasalnya lo tau sendiri, di sana bukan masalah kantor cabangnya, tapi wilayah ring 1 ny yang notabene di pedalaman terpencil, yang susah untuk dipantau." Sahutku. Klo mengingat itu, nina jadi agak sebal. Dirinya sudah mengajukan pergantian orang yang d tugaskan, tapi tetap management memintanya untuk pergi ke sana. Nina mendesah malas, dirinya tau.. memang harus dia yang langsung turun menyelesaikannya agar kedepannya semua urusan bakal lancar alias ga perlu bolak balik melakukan pengecekan. Seperti yang terjadi d kantor cabang riau.. malah butuh waktu 3 tahun hingga akhirnya bisa di lepas sendiri. Itu disebabkan head dept sebelum dirinya menjabat memutuskan untuk mengurum orang yang kurang kompeten.
"Trus Al gimana? Lo tinggal atau lo ajak?" Tanya agam.. nina kembali mendesah. Teringat putra semata wayangnya yang berumur 9 thn itu. Ini yang menyebabkan dirinya malas untuk berangkat. "Terpaksa gue tinggal. Gue titip ke rumah sodara dulu. Kesian malah kalau ikut. Klo ikt, binggung maslaah sekolahan ntar. Beloman siapa yang nanti ngejagain pas gue ke pedalaman. Lagian tu bocah emang milih masuk sekolah aja. Heran gue, doyan amat itu bocah sekolah. Perasaan gue ga doyan kesekolah sampe segetol itu." Apalagi bapaknya.. lanjut nina dlm hati mengingat tingkah laku pria yg dulu sempat didekatnya. Agam tertawa mendengarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tetangga sebelah rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang