6. Mood Kenzi

17 5 7
                                    


Hanya satu yang
dapat mengubah mood-ku,
yaitu kamu, yang datang
seenaknya tanpa permisi.

Kenzi tidak tahu, apakah hari di sekolah berikutnya akan berjalan dengan tenang atau tidak. Kedatangan siswa baru dari Papua, beberapa jam lalu, membuat kelasnya jadi lebih berisik dari biasanya. Kenzi tak habis pikir kenapa siswi di kelasnya begitu tertarik dengan cowok macam dia.

Kini mejanya sedang dikerubuti semut-semut gatal itu. Bahkan mereka juga berasal dari kelas lain. Dan yang membuat Kenzi lebih tidak suka adalah cowok itu terus tersenyum kepada semuanya dan juga menanggapi berbagai pertanyaan dari para semut gatal itu. Tiba-tiba, Kenzi menyesali keputusannya tadi, untuk tidak sebangku dengan Sasha lagi. Muak, Kenzi menggeser kursinya hingga menimbulkan deritan cukup keras.

Hal itu, sama sekali tidak berpengaruh pada orang-orang itu. Bahkan Kenzi mendengar ada yang menghembuskan napas lega saat dirinya pergi, kemudian menempati tempat duduknya. Dan menempeli Keyn, si cowok dari Papua yang berkulit putih itu.  

"Kenapa nggak dari tadi, sih, Ken?"

Melihat Kenzi keluar kelas, Rayoona dan Sasha mengikutinya. Mereka tahu benar, temannya itu pasti sangat kesal hari ini. Setiap hari bertengkar dengan Farel, dan sekarang dia harus sebangku dengan cowok yang menarik banyak perhatian.

"Gue kira Kenzi bakal marah dan bentak cewek kegatelan itu. Kenapa pergi gitu aja?"

"Sha! Diam lo. Kalau kedengeran habis, lo. Itu artinya Kenzi benar-benar marah." Rayoona berbicara dengan volume kecil was- was didengar Kenzi yang berada tak jauh di depannya.

"GUE DENGEERRR!"


>>>

Sasha dan Rayoona hanya bisa mendengar tanpa menanggapi omelan Kenzi yang membicarakan kesialannya hari ini. Sesekali mereka juga menahan tawa saat Kenzi bercerita tentang Farel, sepatu, dan juga cowok Papua itu. Ah, rasanya Kenzi ingin meninju kedua cowok itu. Harinya akan semakin rumit. Entah, anggapannya itu benar atau tidak, tetapi Kenzi merasa hal itu akan terjadi.

"Makanya jangan ngusir gue gitu aja, kena batunya, deh. Lo itu nggak bisa jauh-jauh dari gue." rasanya mulut Sasha sudah gatal ingin menanggapi ocehan Kenzi, sambil tertawa, tetapi dihadiahi delikan oleh Kenzi.

"Pokoknya hari ini itu, menyebalkan." katanya dengan penekanan pada kata terkhir.

"Hari gue juga selalu menyebalkan. Dan itu semua karena lo!"

Baik, hari ini dunia sedang menguji kesabaran Kenzi lebih tinggi. Farel yang membuat paginya hancur ditambah dengan kedatangan murid baru itu dan kini Farel lagi. Kalimat itu, siapa lagi kalau bukan Farel yang mengatakannya. Dengan tampangnya yang sok keren. Ah! tidak, menurut Kenzi Farel lebih mirip anak kecil. Lihat saja, ditangannya selalu terselip permen kaki. Rasanya, Kenzi hampir tidak pernah tidak melihat Farel tanpa permen kaki ditangannya, atau mulutnya.

Kenzi benar benar malas mengahadapi cowok itu. "Gue lagi nggak mood berantem sama lo. Jadi, lo pergi aja."  Kenzi bangkit dan hendak pergi.

"Soto gue belum diganti, loh." katanya sambil menyeringai, membuat darah Kenzi seakan naik ke ubun ubunnya.

"Sasha! Beli soto sekarang buat cowok yang katanya kaya tapi nggak punya uang saku." Sasha yang diteriaki seperti itu langsung bangkit dan menyeret Rayoona yang ada disampingnya.

"Gue nggak mau soto! Gue kan udah bilang kemarin."

"Masak di rumah gue!" lanjut Farel sambil membungkuk agar lebih dekat dengan Kenzi yang terlampau pendek darinya.

"Nggak cukup, ya, lo udah gantung sepatu gue di pohon tadi pagi?! Gue nggak sudi jadi babu di rumah lo." muka Kenzi memerah, sambil berkacak pinggang, rasanya ingin sekali menjambak rambut Farel.

"Lagian, siapa suruh lo selalu gangguin gue, hah?!" selalu, kalau sudah marah permen kaki yang ada ditangannya akan dibuang ke sembarang arah.

"Lo yang duluan gangguin gue!"

"Bukan gue. Tapi lo, Kenzi Faraoza. Lo selalu aja nggak mau tanggungjawab."

Seisi kantin pun memusatkan perhatiannya ke arah mereka. Sebenarnya bukan hal langka lagi, melihat perdebatan Farel dengan Kenzi. Hanya saja, mereka selalu penasaran masalah apa lagi yang sedang dua orang itu perdebatkan. Tak jarang juga ada yang selalu penasaran bagaimana akhir kisah mereka berdua, mengingat mereka ini juga tetangga satu komplek yang kebetulan tidak pernah akur. Apakah mereka akan saling jatuh cinta ataukah memang tidak akan pernah akur selamanya.

"Sampai kapan, ya, mereka seperti itu?"

"Bentar lagi, Farel kan lulus. Jadi, nggak akan lagi ada perdebatan kayak gini."

"Mereka menghibur, sih. Kalau nggak ada mereka berdua, sekolah pasti bakalan sepi."

Dan, itu sepenggal bisikan bisikan mereka yang selalu antusias melihat perdebatan Farel dengan Kenzi. Sementara itu, Sasha dan Rayoona tidak bisa berbuat apa apa. Tunggu, mungkin Sasha punya ide.

"Keyn!" Sasha memanggil orang itu dengan cukup keras berharap seluruh perhatian teralihkan.

Namun, Kenzi justru salah sangka. "Lo ngapain manggil gue sekencang itu?!"

"Sasha panggil Keyn, bukan Ken." ucap Rayoona menjelaskan.

Farel justru tertawa melihat Kenzi seperti itu. "Selain lo orang yang nggak tanggungjawab, lo juga bego ternyata." sementara Keyn menghampiri mereka.

"Kenapa?"

Farel berhenti tertawa, "Ken, Keyn. Kayak nama cowok semua." tak ingin berdebat lagi Farel pergi begitu saja.

"Gue emang cowok." kata Keyn kemudian, dengan polosnya.

Tentu saja Kenzi tidak terima, "Gue cewek bukan cowok. Mulai sekarang jangan panggil gue Ken lagi!" Kenzi memilih meninggalkan kantin segera.

"Eh, nama kita mirip gitu, ya. Jangan-jangan kita jodoh, Kenzi."  Keyn yang kata cewek di kelasnya keren ternyata tidak juga. Terlampau jujur dan polos.

Sasha dan Rayoona juga segera pergi. Kini, Keyn yang jadi kerumunan siswi-siswi yang baru melihatnya dan tentunya ingin berkenalan.

Keyn Shaquille

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keyn Shaquille



Aku kembali setelah sekian lama, aku semangat banget nih. Jadi, bakal update seminggu sekali.

Ditunggu, ya!

Btw, bentar lagi buka puasa. Selamat berbuka!

Kenzi AreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang