[ OOPH - 09 ]

67K 4.6K 682
                                        

Jangan lupa vote sebelum baca ya!

Komen sebanyak-banyaknya❤❤❤


- OBSESSION OF POSSESSIVE HUSBAND -


[ Ingatan Masa Lalu  - 09 ]

NORMAL POV






Hampir satu minggu penuh pencarian korban dari pesawat. Tak ada kemajuan spesifik. Hanya beberapa mayat yang ditemukan bersama sisa puing-puing bangkai pesawat.  Mengingat kondisi gunung yang terlalu curam dan cuaca ikut menjadi penyebab TIM SAR melakukan pencarian. Tak jarang dari mereka ikut terluka.

Pemakaman Kota Jakarta.

Seluruh Keluarga Leonard menatap punggung kecil tubuh Alea yang tengah tersedu. Sampai detik ini, Alea tak pernah berhenti mengeluarkan air mata.

"Kak Xavierrr.. Kenapa ninggalin Alea" Ucap Alea parau, Ia menatap sendu kuburan yang masih basah oleh tanah. Semakin basah karena guyuran hujan yang tak kunjung redah.

Satu persatu pelayat meninggalkan kuburan tersebut. Setelah, mereka merasa cukup berbela sungkawa.

Willos, William, Am, Shani, Adinda dan  Leo tak mampu berbuat banyak. Ferran dengan setia memayungi gadis kecil tersebut.

"Semuanya jahat! Alea bilang nggak perlu secepat ini buat tunangan!" Geram Alea.

Xavier, pemuda itu telah tiada. Menjadi, salah satu korban pesawat yang Ia tumpangi. Saat akan mengunjungi orangtuanya di Inggris, meminta izin untuk mengadakan acara pertunangan dirinya dan Alea.

"Alea benci Papah! Alea benci Om William! Alea benci kalian semua!"

Willos melangkahkan kaki, memeluk erat anaknya yang memberontak. Mencoba menenangkan Putrinya semata wayangnya. Walau, akan sangat sulit. Karena, Alea dan Xavier sudah bersama bertahun-tahun lalu. Sejak Alea berusia delapan tahun.

"Kak Xavierr Kita bakalan nikah kan? Kak Xavier hikss.. Alea benci.."

Tangis Alea semakin pecah. Tak mampu merelakan kepergian kekasihnya.

Leo membalikkan tubuh Adinda. Tak membiarkan Dinda melihat adegan yang mengiris hati tersebut. Namun, teriakan putus asa Alea tak bisa menutupi semuanya.
Tak perlu mengenal bagaimana kehidupan Xavier. Mereka hanya tahu satu hal, bagaimana Xavier memperlakukan Alea. Hingga, gadis manis itu tak pernah tersenyum sedikitpun. Matanya menyiratkan kesedihan mendalam.

"Aleaa ingin ikut Kak Xavierr.  Ijinin Alea.. Papah Alea ingin pergi"

Adinda memejamkan matanya erat. Ia meremas kemeja hitam yang Leo gunakan. Ingatannya tentang beberapa tahun lalu, terputar di otaknya. Mendadak indra pendengarannya berdengung keras. Kepala Adinda terasa berputar. Ia memijit pelipisnya.

"Alea ingin pergi.. Please ijinin Aleaaa."

"Dinda? Sayang?"

Tubuh Adinda merosot jatuh ke pelukan suaminya. Ferran ikut terkejut. Mengapa Adinda seperti ini?

Leo tak perduli apapun lagi, Ia segera menggendong tubuh Istrinya. Dimas dan Damis yang tengah menunggu di parkiran segera membuka pintu mobil melihat Adinda yang lemas di pelukan Leo.

"Rumah sakit" Perintah Leo.

"Dinda. Aku disini, sayang"

Leo takut, Leo sangat takut kehilangan Adinda. Ia sudah pernah merasakannya. Dan tak ingin merasakan hal yang sama. Ia mengecup jari-jari Adinda. Sepanjang perjalanan, mengusap helaian rambut Adinda.

- oOo -

"Nona Adinda tidak apa-apa" Ucap Dokter wanita yang baru saja memeriksa keadaan Adinda.

"Kalau nggak apa-apa, kenapa Istri Gue sampai pingsan?!" Desis Leo tak terima.

"Dia mengalami sedikit guncangan. Saya akan memberi resep untuk menenangkan dirinya. Tapi, Saya rasa Adinda sebaiknya menghentikan program hamil yang Ia jalankan. Akan berbahaya jika Ia mengandung dalam kondisi sekarang."

Leo mengeryit tak mengerti, Adinda diam-diam mendaftarkan diri untuk memprogram kehamilan? Kenapa tak membicarakan hal itu terlebih dahulu dengannya? Sebegitu besarkah keinginan Adinda untuk memiliki Anak?

Leo hanya menggangguk tanpa membalas ucapan sang Dokter wanita tersebut. Ia mendorong tirai, menatap Adinda yang tertidur di tempat tidur Rumah Sakit.

"Kita nggak perlu punya anak, Aku cuma butuhin Kamu, Dinda" Ujar Leo. Merasa frustasi. Mengapa harus ada anak jika Adinda harus membahayakan dirinya sendiri? Persetan, anak hanya pelengkap. Tapi, hidupnya sudah sangat lengkap hanya dengan Adinda.

- oOo -

Dinda menguap lalu merenggangkan tubuhnya. Ah, Ia tertidur lagi. Kenapa akhir-akhir ini Dia sering tertidur? Anggap saja manusiawi. Tapi, perasaan dirinya masih menghadiri pemakaman. Ia melirik jam di meja nakas pukul tujuh malam. Tenggorokannya terasa kering.

"Kamu udah bangun?" Tanya Leo. Suaminya tersenyum membawa nampan berisi mangkok dan susu. Dinda tak bisa menebak apa isi mangkok tersebut.

"Iya, Aku kok disini?"

"Kamu kan tidur pas di mobil, nggak inget?"

"Masa sih?"

"Udah lupain aja, ini makan terus minum obat"

"Obat apa? Kenapa Aku makan bubur?"

"Nggak apa-apa. Kan kata Dokter maagh Kamu sering kambuh. Makanya bubur bagus buat pencernaan, Kamu. Ini obat pereda nyeri lambung"

Dinda mengangguk, lalu meletakkan nampan tersebut di pangkuannya.

"Kamu program hamil?" Tanya Leo. Ia menempatkan diri di sebelah Adinda.

"Kamu tahu? Sebenernya, Aku mau rahasiain dari Kamu. Biar nanti pas hamil jadi surprise"

Senyum cerah terukir di bibir tipis Adinda.

"Aku belum pengen punya anak" Ujar Leo.

Wajah bahagia Adinda menghilang. Ia menegang, lalu menoleh menatap tak percaya pada Leo. Tak tahukah Leo ucapannya mematikan seluruh syaraf-syaraf Adinda?

"Kenapa?" Tanya Adinda, mengontrol diri.

"Nggak pengen aja"

Dinda bangkit dan melempar nampan di genggamannya.

"KENAPA NGGAK MAU? BIAR KAMU BISA DENGAN BEBAS CERAIAIN AKU? BIAR BISA HURA-HURA SANA-SINI?"

Leo menautkan alis mendengar kemurkaan Adinda.

"Cerai? Atas dasar apa Kamu bahas kata sialan itu?"

"Aku tahu, Kamu takut punya anak. Kamu nggak mau pas cerai nanti. Anak Kita jadi beban"

Hanya satu kata cerai dan itu memicu emosi Leonard. Ia menatap nyalang pada Adinda. Semudah itukah bagi Adinda mengucapkan kata cerai yang bahkan tak pernah terbersit dalam pikirannya?

Lalu, apa arti dirinya dimata Adinda selama ini? Suami diatas kertas? Sudah cukup, menurutnya Adinda keterlaluan.


T.B.C

Ayo kalian Gelud aja😂

Hope u enjoy this story.

Menyukai cerita ini

Maaf telat saya baru bangun😆😆😆

600 komen for next upppp🙏🙏

OBSESSION OF POSSESSIVE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang