OBSESSION OF POSSESSIVE HUSBAND [END]

[ OOPH - 11 ]

Jangan lupa vote sebelum baca ya!

Komen sebanyak-banyaknya❤❤❤

- OBSESSION OF POSSESSIVE HUSBAND -

[ Ajakan Pemanas Hati - 11 ]

NORMAL POV

"Dinda" Panggil Leo. Dinda yang tengah menegak gelas berisi air mineral menghentikan gerakannya. Meletakkan gelas tersebut ke westafel cuci piring.

Ia menatap suaminya dari bawah hingga ke atas. Leo terlihat lucu dengan piyama tidur yang Ia kenakan. Piyama pasangan sesuai permintaan Adinda. Adinda duduk di hadapan suaminya. Lalu, tersenyum tipis. Raut wajah Leo yang serius. Membuatnya bertanya-tanya apa yang akan Leo utarakan kali ini.

"Kamu keluar aja dari perusahaan" Ucap Leo. Dinda menghela nafas berat.

"Kamu kemarin udah setuju, Leo. Aku harap Kamu nggak lupa"

"Situasinya berubah. Aku nggak bisa ngebiarin Kamu kerja dikantor Aku lagi"

"Kenapa? Kasih Aku alasan yang jelas. Karna Kamu nggak suka Pak Sadewa atau karna Kamu takut Aku gangguin hubungan Kamu sama sekertaris Kamu itu?"

"Aku nggak punya hubungan apa-apa sama sekertaris Aku, Adinda" Desis Leo.

"Aku cuma ingin kerja Leo"

"Kamu nggak perlu kerja, Apa sih yang Kamu butuhin? Uang? Yang Aku kasih belum cukup?"

"Aku bukan barang. Kamu perlakuin Aku seolah Aku barang. Yang bisa Kamu simpen ketika Kamu nggak pengen gunain"

"Kamu mau punya anak kan? Aku setuju. Dengan satu syarat Kamu harus berhenti kerja"

"KAMU MAU NUKAR ANAK DENGAN ITU? OTAK SAMA HATI KAMU MASIH BERFUNGSI NGGAK SIH?!"

"Apapun tanggapan Kamu, Aku tetep nggak setuju Kamu kerja"

"Aku mau pulang kerumah!"

"Dinda, Kamu bukan anak kecil lagi. Kamu Istri Aku. Aku berhak atas Kamu. Jangan kekanakan. Kamu bisa nambah masalah dengan pulang kerumah, Kamu."

Dinda mengepalkan tangannya kuat. Kelopak matanya berkaca-kaca. Menggigit bibir dalam, untuk menahan air matanya yang hampir keluar.

- oOo -

"Am."

Amar menoleh mendengar suara lembut yang Ia kenali. Tersenyum melihat raut wajah Shani. Ada guratan kesal yang tercetak di wajahnya. Am menerka-nerka, apa lagi yang membuat kekasihnya itu marah?

Apapun itu, Am selalu siap. Menjadi tempat keluh-kesah Shani. Bahkan sering kali menjadi samsak pribadi Shani.
Shani duduk di kursi, menghadap Am. Ia mendengus.

"Aku udah nggak kuat sama Leo!"

"Loh, sejak kapan Kamu berhubungan sama Leo?"

"Hubungan apanya, bukan hubungan yang baik. Dia itu keras kepala banget ya? Kok, Dinda bisa tahan. Aku aja ngadepin Dia udah sekarat gini"

"Bentar-bentar, Saya nggak ngerti. Bisa Kamu jelasin pelan-pelan?"

"Leo salah satu pasien Aku, Aku rekomendasiin Kamu aja. Tapi,  Dia bilang males kalau sama Kamu"

"Saya juga bakal nolak pasien kayak Dia. Takutnya, Saya yang jadi pasien."

"Dia sering ngalamin mimpi buruk, kesulitan tidur"