IX.Percy

218 27 0
                                    

 

  Gelap..
Itulah situasi pertama yang ditangkap indra penglihatan Percy.Ruang hampa tak berwaktu.Paradoks..namun ia masih diberkati,ia masih bisa bergerak bebas mengarungi.
Terpengaruh rasa penasaran,Percy memberanikan jiwanya untuk bergerak.Ia yakin jasadnya masih utuh,hanya ruh nya saja yang menjelajah.
Tapi tetap saja,semuanya tak berubah,gelap dan hampa.Yang paling ia benci ialah kehampaan.Apakah Chaos tengah menguji kekuatan ruhnya?ataukah sihir Circe sedang mengelabui penglihatannya?.Ia hanya bisa pasrah.
Menunggu beberapa detik serasa 100 tahun.Tak ubahnya ruang hampa tak berwaktu.Percy pun memainkan kembali pikirannya untuk mengingat kenangan.Dewa dewi menguji dirinya saat berusia 11 tahun,dimana usia itu seharusnya menjadi masa bermain yang paling indah.Ia berjuang untuk menemukan kembali ibunya yang hilang.Selang setahun ia diberi misi.Dalam perjalanannya menemukan pulau monster ia terdampar di pulau Circe.Percy pernah merasakan hidup menjadi binatang pengerat seperti tikus,dan untuk pertama kalinya ia merasa lemah di hadapan Annabeth.Ya,Annabeth..
Percy mengingat Annabeth.Dalam setiap detiknya yang tak terhitung selalu Annabeth.Bagaimana Annabeth sekarang?Apakah Annabeth selamat?Dimana Annabeth?Mungkinkah Annabeth telah melupakannya?Ataukah Annabeth telah meninggal dan sebentar lagi bergabung dengannya?Yang jelas,semua pikiran Percy tentang Annabeth tak bisa dihentikan.
Percy ingin menangis.Ia ingin membujuk Dewa Dewi untuk membebaskannya dari semua ini.Biarlah ia disebut lemah,karena pada dasarnya Percy memang seperti itu.Beban di pundaknya tak seberat ia memanggul langit pada saat usia 13 tahun.Pemuda seperti dirinya memang tidak pantas disebut sebagai pahlawan.
Mungkin sekarang pemimpin Olympus bukanlah Dewa Dewi.Mungkin sekarang penguasa alam raya adalah para Titan dan Dewa Dewi Elementer.Atau mungkin sekarang Titan dan para Dewa Dewi sedang berperang merebut kekuasaan.
Semua pemikiran itu membuatnya linglung,ia sendiri tak tahu bagaimana keadaan raganya.Percy terus bergerak.

Waktu yang ia habiskan tak bisa ditebak,namun Percy mendapatkan sebuah anugerah kembali.Di kejauhan,ia melihat setitik cahaya.

"Ohh..Dewi Hestia,apakah itu kau?" batin Percy dalam hati.

Ia pun bergerak dengan hasrat bahagia yang tak terbendung.Seolah olah cahaya itulah yang dengan sendiri mengahampirinya.Percy bahagia,dalam hati ia mengucap syukur kepada Dewa Dewi.Setelah jaraknya dekat dengan cahaya itu,bukannya menemukan jalan keluar,Percy terhisap dan tibalah ia di tempat yang sangat mengerikan.

Lorong Tartarus..

***

Rintihan.Hanya itu yang didengar Percy.Selama belasan tahun hidup dengan titah para penguasa Olympus,ia tak pernah mendengar rintihan seseorang yang begitu menyayat.Ditambah dengan tempat yang panas dan lembap.Seperti biasa,gelap mendominasi sesuatu yang dikatakan kelam.Jangan berharap,lorong Tartarus dipenuhi dengan gambar ataupun mozaik indah pada dindingnya.Percy melihat sekeliling,siluet hitam dan relief para budak Tartarus terpatri jelas di dinding lorong.Itu sudah cukup membuat bulu kuduk Percy meremang.

Setitik cahaya yang tadi dilihat Percy mengikuti di atas kepalanya.Sehingga ia leluasa bergerak dengan tidak takut tersandung.Raga dan ruhnya menyatu,kembali utuh.Puji syukur tiada henti ia panjatkan dalam hati kepada para Dewa Dewi.

Tugas selanjutnya ialah mencari asal muasal rintihan tersebut.

Percy sudah menganggap kejadian yang telah ia lalui ini sebagai misi.Yah sudah tak asing lagi baginya mendapatkan sesuatu yang aneh dalam hidupnya.Bahkan takkan ada yang menyangkal pula dirinya juga aneh.Pemuda aneh yang telah mengalami beberapa kejadian aneh tersebut terus melangkah.

"Sebentar lagi kau akan menemui anak buahku.." suara itu muncul saja di kepala Percy.Spontan ia berteriak.

"Siapa kau??!!" nada Percy kebingungan.

Not Life Without You (A Percabeth Story)|HIATUS|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang