Dua Dewa saudara itu membuatnya kesal.Setelah mengalahkan sang monster empousa bersayap,Percy dijaga sisi kanan kirinya oleh Soter dan Soteria.Mereka tidak bisa diam.Sepanjang lorong yang gelap dua dewa itu mengoceh seperti burung beo.Dua kuping Percy menangkap jelas setiap perdebatan mereka,mulai dari rambut,saudara,sikap,kasih sayang,dan yang paling aneh,batu.Percy membiasakan diri untuk tidak menghiraukan mereka.Secara bersamaan suara dua dewa itu menghilang,seperti terbungkam.Didepannya terdapat dua jalur,persimpangan.Ia berbalik,tidak menemukan kedua dewa itu.Mana mungkin mereka kabur,atau memang benar mereka kabur.Tapi kenapa?Tawa yang menggema membuat siapapun yang mendengarnya merinding.Apalagi jika ada dua.Dua suara yang berbeda namun keluar secara bersamaan.Percy menutup telinganya.Bulu kuduknya meremang,dan dia gemetar.Tawa tersebut semakin keras,seperti sebuah pagelaran orkestra.Tapi ini lebih parah.Perlahan tawa itu menghilang.Sekarang Percy tahu,persimpangan dan dua suara.Siapa lagi kalau bukan,Janus.
Terakhir kali ia bertemu dengan Dewa tersebut ketika berada di labirin,dan itu membuatnya tidak suka.Setiap demigod pasti memiliki dendam kesumat pada dewa dewi.Dan dewa Janus merupakan satu dari puluhan dewa yang tidak disukai Percy.Dewa minor yang satu ini membuatnya selalu sulit menentukan pilihan.Apalagi Soter dan Soteria tidak ada di sisi kiri kanannya.Percy sudah men judge dewa dewi itu tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya.Setidaknya mereka tidak diberi gaji,itu akan membuat Percy gembira.
"Ohh bocah manis,terakhir kali aku melihatmu bersama dengan kawan kawanmu.Sekarang kau sendiri,sedih sekali.." ratapan yang dramatis,hampir sukses membuat Percy menangis berguling guling.
"Jangan panggil aku bocah manis,paman!!" aihh..kenapa Percy jadi seperti itu?Janus bukan pamannya,dan Percy masih bisa disebut bocah manis bagi seseorang yang sudah hidup ribuan tahun.
"Lalu..aku harus memanggilmu apa?ahh bodohnya aku!kenapa aku jadi memperpanjang masalah itu.." dua kepala itu saling mengoceh.Percy teringat Soter dan Soteria yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu.Ia juga jadi ingat Connor dan Travis Stoll,ohh Percy rindu perkemahan.
"Maaf tuan,tapi aku sedang menjalankan misiku." ucap Percy dengan nada formal.Janus terkekeh,"Aku rasa kau tidak perlu repot repot menyelesaikan misi ini.Seharusnya kau duduk bersantai di salah satu pulau Tartarus,jangan salah paham.Tidak semua yang berada di Tartarus itu panas dan membunuh.Tartarus mau menerimamu di salah satu pulaunya yang tidak membunuh,asal kau mau."
Apa??mustahil itu ada.Percy pernah menjelajahi Tartarus,walau tidak semua.Tapi itu cukup membuatnya trauma dan tidak ingin kembali ke tempat jahanam itu.Percy menggeleng.
"Aku punya rumah,tuan Janus.Perkemahan adalah rumahku yang paling nyaman." suaranya begitu meyakinkan.Janus mendelik,"Beberapa waktu yang lalu perkemahanmu hampir binasa karena perang saudara,dan kau percaya itu adalah rumahmu?omong kosong!".Dia itu dewa persimpangan atau dewa promosi sih?
"Walaupun perkemahanku porak poranda,aku akan tetap memanggilnya rumahku." puitis sekali,tapi memang benar.Janus terlihat cuek.Dewa setinggi tiga meter itu duduk di tengah persimpangan.Ditangan kanannya terdapat kunci berwarna emas,sementara di kanan kirinya memegang sebuah tongkat.
"Pilihlah salah satu dari benda yang kupegang!" titah sang dewa.Percy mengernyit,ia jadi bingung.Terlihat kunci yang bersepuh emas itu berkilau kilau meski minim pencahayaan,sedangkan tongkat yang ditangan kirinya begitu gagah dan kuat.Percy harus mengambil keputusan.
"Aku.." bulir bulir keringat sebesar bulir jagung menetes dari dahi.Percy amat bingung.Ia menghela nafas,"Aku pilih kunci".Janus nampak amat gembira.Kunci emas itu melayang lalu mendarat di tangan Percy.Ukiran yang meliuk liuk indah dipandang terpahat rapi pada kunci tersebut.Percy melihat dengan mata berbinar,lalu ia teringat perkataan Annabeth.
"Jangan pilih sesuatu dari yang kelihatannya,bisa jadi itu membunuhmu." ucapan Annabeth terus terngiang ngiang.Alhasil,Percy langsung melempar benda tersebut.
"Hahaha...kau telah memilihnya,jadi percuma saja kau membuangnya.Benda itu akan kembali lagi padamu."Percy memasukan tangannya ke dalam saku.Ia meraba sebuah benda selain Anaklumos nya.
"Apa yang harus aku lakukan dengan benda ini?"
"Kau akan tahu sendiri,sekarang pilihlah salah satu dari dua jalur ini!satunya mengarah langsung ke Tartarus dan satunya lagi ke tempat tujuan dimana benda itu akan berfungsi." Janus menunjuk kunci yang dipegang Percy dengan dagunya.
"Aku mohon ayah,tunjukkan aku jalan yang benar"batin Percy.
Dua jalur itu sama.Sama sama gelap,hampa,sunyi dan mencekam.Janus tersenyum,senyum yang sulit diartikan.Sedangkan Percy masih terjebak dalam kubangannya.
Tanpa disangka,kaki Percy melangkah ke arah jalur yang berada di sisi kiri Janus.Dewa dua kepala itu itu tertawa."Hahaha...pilihan yang bagus,bocah!kau akan mendapatkan kedamaian!" sementara itu Percy terus menjauh ke dalam lorong yang makin sempit,melangkah dengan bimbang apakah keputusannya itu benar.
"Selamat jalan,Percy Jackson!kau akan mendapatkan kedamaian!" semoga saja apa yang dikatakan dewa itu benar.Percy terus melangkah.
Udara yang lembap,sunyi,gelap,mencekam menemaninya dalam keheningan.Sudah berapa lama ia berjalan hingga kakinya lecet.Ia tak sanggup lagi berjalan.Sedangkan kaki lecet dan peluh membasahi tubuh,pendar kunci yang diberikan Janus semakin terang.Mengalahkan titik cahaya yang setia menempel di atas kepalanya.Percy mengangkat kunci itu.Kunci yang mewah,penasaran bagaimana rupa pintu dari kunci ini.Mungkin pintunya juga berpahatkan pahatan arsitektural jaman Romawi kuno yang terkenal mewah.
Percy semakin dekat ke bibir lorong,untuk yang keduakalinya dia tidak ingin menoleh kebelakang.
Sinar matahari langsung menerpa wajah.Angin bertiup lembut,menerbangkan sebagian anak rambut.Awan berarak arak putih seperti permen kapas.Ini menakjubkan.Bagaimana bisa dia berada di tempat yang elok ini?Setelah lama berada di tempat yang gelap dan lembap,akhirnya ia menemukan kedamaian.Benarkah ucapan Janus tadi?kalau seperti itu,cepat sekali terkabulnya.
Percy berjalan menuju sebuah mansion.Sejauh yang dilihatnya tadi,tempat inilah yang paling mewah.Besar mansion tersebut dua kali lipat dari kebun perkemahan,itu hanya menurutnya.Percy menggerakkan tangannya ke pintu gerbang mansion lalu mengetuk beberapa kali.Sungguh,apakah keputusannya benar?Ia takut jika harus bertemu dengan monster lagi di tempat yang indah ini.
Perlahan gerbang itu terbuka,Percy langsung menyembur."Halo?ada orang?!"sepertinya dia terburu buru."Bisakah anda tidak berteriak,tuan?Raja sedang istirahat."ucap seorang prajurit berpakaian perang di balik gerbang.Percy berbalik,prajurit itu memandangnya dari kaki hingga kepala."Anda siapa?"tanya si prajurit.Oke,ini akan menjadikan dirinya penipu ulung setelah Apate.
"A-aku,err..aku adalah pembuat kunci.Minggu yang lalu,raja memerintahkanku untuk membuat kunci kamar mandinya yang bersepuh emas.Sekarang aku hendak mengantarkannya." ia mengangkat kunci emas ke depan wajah prajurit.Tipuannya belum berhasil,terbukti prajurit itu masih memandangnya curiga."Siapa namamu?".Alis Percy mengerut,mencari nama yang pas untuk seorang pemuda pembuat kunci.
"Namaku Luke...Luke Castellan.Izinkan aku untuk menemui raja."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Life Without You (A Percabeth Story)|HIATUS|
FanficPercy Jackson and Annabeth Chase story. All character by ©Rick Riordan