chapter:4

193 42 5
                                        


"Semua akan berjalan baik kalo lo gak terlalu kepo."

"Hello wahtsap gengs, kembali lagi bersama gue cewek paling cantik disekolah ini, ya! Siapa lagi kalau bukan Catrien Indriana" teriak Catrien sambil menepukan tangan nya pada meja Cecil.

"Lo ngapain sih, pasti tadi lo main hp lagi pas belajar, terus lo nontonin pacar hayalan lo yang baru buat cover lagu baru lagi?" kataku beranjak berdiri dari bangku.

"Yes baby, oh yeeee" katanya teriak-teriak.

"Kali ini lagu dia keren banget Cil! Eh lagu yang dia coverin, mangsud gue."

"Please tenang ya Cat. Untung ni kelas udah kosong karena anak-anak udah caw ke kantin semua, kalo gak lo bakalan malu dilihatin teman satu kelas aku. Lo udah gak sehat kayak nya!" menaruh tangan ke dahi Catrien. 

"Udah yuk kita ke kantin, terus temenin gue nemuin cowok resek kemaren."

"Apa?! Mau nemuin pangeran, ok let's go baby," berlari keluar kelas.

"Hei Cat! ke kantin dulu!"

"Okok," dengan mengacungkan jempol.

Setelah selesai dari kantin, Cecil dan Catrien langsung menuju ke kelas cowok yang kemaren, Cecil telah membawa surat perjanjian seperti yang telah dijanjikan olehnya kemarin, lengkap dengan materainya. Cecil menulisnya tadi malam, entah kenapa dia begitu semangat untuk menulis surat tersebut dengan tulisan tangannya sendiri tepat langsung setelah pulang sekolah.

"Permisi," kataku dengan mengetuk pintu kelas X Ipa 1.

"Ada apa? Jawab seorang cewek modis yang baru saja keluar dari dalam kelas tersebut.

"Gue mau cari orang, dia kelas ini," jawabku mencoba terlihat ramah.

"Namanya?" tanya nya padaku, dengan wajah yang sedikit menyebalkan bagiku.

"Namanya sih gue gak tau, hmm... Iya gue inget, tu cowok pakai bag item besar," kataku yakin.

"Bisa kamu lihat sendiri kan, semua orang di kelas ini hampir semua tasnya hitam semua," katanya dengan nada suara yang mulai cukup menyebalkan.

Ini kelas apa rumah hantu, gelap banget." Gumam Cecil dengan suara sekecil mungkin, namun ternyata suaranya masih bisa didengar.

"Perlu aku kasih tahu ya, ini salah satu kelas yang paling Elit dan Paling Susah dimasukin di sekolah ini!" katanya dengan penekanan di kata elit dan paling susah

"Ya gue juga tau kali. Terus ya mbak, kalo ngoming bisa jangan  terlalu formal banget gak si?" jawab ku yang mulai kesal, Catrien mulai menahan tanganku dari samping, karena situasi disana sudah mulai sedikit memanas, padahal mereka baru saja bertemu. 

"Oh iya, tuh cowok ganteng. Mungkin paling ganteng di kelas elit lo ini," kataku tanpa berfikir.

"Gak ada!"

"Oh iya Satu hal lagi, kamu belajar bahasa Indonesia gih, Gak sopan banget, baru ketemu udah pakai gue, lo!" Jawab nya dengan nada merendahkan, dan langsung masuk meninggalkan Cecil, dan Catrien yang masih berada diluar.

"Hah, Maksud lo apaan! songong banget sih lo katro!" 

"Cil udah cil, banyak banget yang liatin kita. Cabut yukk." Kata Catrien dengan tangannya melingkar di pinggang ku, dan menarikku menjauh dari kelas itu.

"Tapi tu cewek ngajak ribut duluan Cat, lo lihat juga kan tadi, dari awal ketemu aja udah songong banget ke kita!" Jelasku pada Catrien.

"Iya gue juga lihat tadi, tapi inget kata orang Cil, jangan mulai ngelayangin tinju di kandang lawan. Entar kita yang kalah." Ucap Catrien yang bercanda, membuat Cecil tertawa. 

*****

"Baik anak-anak pelajaran kita hari ini sampai disini saja dulu, pr nya jangan lupa dikumpulkan besok di meja ibu. Selamat siang," kata ibu Tuti selagi merapikan bukunya dan pergi.

"Iya bu, selamat siang" jawab kami kompak. Setelah bel pulang berbunyi seluruh siswa mulai berhamburan menuju gerbang sekolah, tapi Cecil memutuskan untuk menunggu cowok resek kemaren.

"Cil beneran lo bakalan nungguin tu cowok, gue gak bisa nungguin lo ni, soalnya gue diajak Fajar jalan." Kata Catrien memastikan.

Kak Fajar itu pacar nya Catrien. Kakak tingkat jurusan Catrien. Mereka tadi baru jadian, dan ceritanya pulang ini mereka mau first date gitu.

"Yaudah, gak apa-apa kali Cat, tapi lo beneran gak mau ketemu sama pangeran yang lo omongin dari kemaren dan tadi?" menggoda catrien. 

"Lo sinting kali ya, mana mungkin gue kayak gitu, lagian kan gue udah punya Fajar hehe. Gua duluan ya Cil, kalo gak ketemu langsung pulang aja ok, bye," sambil berlari tergesa-gesa dengan melambaikan tangannya pada Cecil.

"Ok hati-hati." Jawab Cecil membalas lambaian tangan Catrien.

Ternyata benar, Cecil sudah menunggu di depan gerbang  selama  setengah jam lebih. "Udah kayak satpam penjaga sekolah ni gue, mana tu cowok resek belum muncul juga," gumam cecil. Baru saja saat Cecil mau membalikkan badan untuk pulang karena sudah terlalu lama menunggu, terlihat seorang cowok yang sedari tadi ditunggu oleh Cecil akhirnya muncul.

"Hei cowok resek," kata Cecil saat si cowok mulai dekat dengan Cecil.

"Siapa?" Katanya dengan datar, sembari membalikkan badannya mencari orang yang Cecil panggil tadi.

"Sama lo lah, masa iya gue ngomong sendiri. Ya kali gue stress," ujar Cecil yang mulai kesal.

"Bukannya emang?," belum selesai cowok itu ngomong langsung di sambet dengan Cecil.

"Emang apanya? lo udah resek, terus kata-kata lo tajam banget lagi," jawab Cecil menahan kesabarannya.

"Lo ngapain nungguin gue."

"Mau ngasih surat perjanjian yang kemaren," mulai bersahaja lagi.

Cecil memang tipe orang yang cepat memaafkan, tidak mengambil pusing dan langsung melupakannya.

"Mana?" Lagi-lagi hanya satu kata yang terlontar dari mulut laki-laki ini.

"Lo gak mau nanya dulu gitu sama gue, udah berapa lama gue disini, apa gue gak pegel nungguin loh disini, terus gak haus, laper, capek gitu?. Lo gak pedulian amat sih sama gue," ujar Cecil dengan panjang lebar.

Apa yang diaharapkan Cecil dari laki-laki ini, kata-kata manis. Ah, sudahlah.

"Gak, lagian yang nyuruh lo nungguin gue siapa?"

"Ya emang gak ada si, cuman kan-"

"Gue mau pulang, sini suratnya," jawab nya dengan sangat ketus, memotong pembicaraan Cecil.

"Dasar lo cowok resek, ni suratnya," jawab Cecil yang sangat kecewa dengan laki-laki tersebut.

"Udah. " Ucap laki-laki itu melipat dan menyimpan surat tersebut pada saku bajunya,

"Nama gue gue Cecilia Putri Amanda, panggil aja Cecil." Jelas Cecil namun tak ditanggapi, laki-laki itu hanya melihat sekilas ke arahnya.

"Ngomong-ngomong nama lo siapa, buat kepentingan kedepannya juga."Akhirnya Cecil bertanya siapa nama laki-laki itu.

 "Arka,"jawabnya singkat.

"Satu kata doang?" balasku yang cukup terkejut.

"Arkana Radendra Pratama, tapi panggil aja Arka" Ia menjawab dengan tetap melihat kedepan sembari berjalan.

"Oke," kataku yang tiba-tiba kaku, tak tau mengapa Cecil merasa seperti mendengar suara petir di cuaca yang cerah. Begitulah perasaan Cecil saat laki-laki tersebut menyebutkan namanya tadi.

Bersambung.

Terimakasih yang udah baca, coment dan vote nya jangan lupa ya.

BYE!


CeciliArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang