Chapter:2

295 50 5
                                        


   Setelah 2 jam lebih dan transit sekali, akhirnya Cecil telah sampai. Setelah menyelesaikan semua urusan di bandara Cecil keluar dan langsung mencari taksi untuk pergi ke apartemen milik Papanya, yang alamat nya sudah diberi oleh Papa sebelum berangkat kesini, Cecil memang sendiri disini, walaupun sebenarnya disini Cecil mempunyai Paman dari sebelah Papa. Papanya juga ingin aku dijemput oleh Paman dan diantar olehnya ke apartemen, tapi Cecil menolaknya karena ia ingin berusaha sendiri. Berhasil. Cecil telah sampai di titik ini.

   Cecil sudah berada di depan bandara mencari taksi untuk ke apartemen , setelah beberapa menit kemudian Cecil akhirnya melihat ada taksi kosong yang menuju kearahnya, Cecil melambaikan tangan kearah taksi itu, saat taksi itu sudah ada tepat didepannya, Cecil mencoba memegang ganggang pintu taksi tersebut, tapi ada orang yang lebih cepat beberapa detik darinya memegang ganggang pintu taksi, dan aku cukup terdorong saat kami merebut taksi itu. Aku kalah cepat.

  "Hei!" Ada seorang laki-laki dengan perawakan tinggi kurang lebih 180 cm, dan memiliki wajah datar namun penuh pesona. Tapi tunggu dulu, saat ini bukan waktunya untuk memuji laki-laki ini.

   "Maaf, tapi aku duluan yang sudah ada disini dari tadi," Cecil mencoba menjelaskan kepada laki-laki itu bahwa dia telah mengambil taksi yang sejak tadi ditunggunya.

  "Gue duluan." Jawab laki-laki itu dengan wajah tanpa ekspresi.

   "Tapi," belum selesai Cecil melengkapi kalimat yang ingin dia ucapkan, laki-laki tersebut sudah beranjak masuk kedalam taksi tanpa sedikitpun memperdulikan Cecil.

   "Heii!" pekik Cecil pada laki-laki yang sudah pergi bersama taksi,

   "Menyebalkan, kenapa hari pertama aku disini sudah harus bertemu dengan orang menyebalkan seperti dia sih. Pokoknya aku gak mau ketemu dia lagi," jerit Cecil dalam hati.

  Setelah beberapa menit berlalu, Cecil akhirnya mendapatkan taksi kembali yang bisa ia naiki. Membuatnya sedikit lebih lega. Kata papa butuh waktu 15 menitan untuk sampai ke apartemen jika dari bandara ini. Setelah menunjukkan alamat apartemen kepada supir, taksi pun mulai melaju meninggalkan bandara. Untuk mengisi kekosongan dan sekaligus meredakan amarahnya pada laki-laki menyebalkan tadi, Cecil memutuskan untuk mendengarkan lagu dan memejamkan matanya mencoba beristirahat sebentar. Akhirnya. Cecil sampai di depan Apartemen Selaras, ya itu nama apartemen yang akan Cecil tinggalli untuk beberapa tahun kedepan.

  "Terimakasih kasih pak," beranjak keluar dari dalam taksi setelah membayar taksi tersebut. Dan taksi itu akhirnya pergi.

   Cecil masuk ke apartemennya, kunci kamarnya sudah diberikan oleh Papanya malam sebelum ia berangkat. Kamar Cecil ada dilantai 3 dengan nomor kamar 35B. Papanya juga telah menjelaskan kepada Cecil bahwa kamarnya berada paling ujung lorong lantai 3. Ya paling ujung. Tidak ada kegiatan yang ingin Cecil lakukan hari ini, ia hanya akan beristirahat hari ini.

   Ia meletakkan tas bawakannya didekat kasur, langsung menidurkan badannya yang telah lelah ke atas kasurnya, ia cukup lelah hari ini. Setelah istirahat selama beberapa menit, Cecil kembali bangun. Melamun. Lalu membongkar kopernya mencari handuk dan peralatan mandi, ia ingin mandi air hangat saat ini.

   Setelah menghabiskan hampir empat puluh lima menit di dalam sana, akhirnya Cecil selesai mandi. Ia kembali ke arah ruang tengah, kali ini ia membuka tas punggung yang ia bawa tadi, mengambil handphonenya.

  Saat hendak membuka resleting tasnya ia menemukan kalung berwarna putih cantik dengan inisial A. Ia menyadari bahwa kalung itu bukanlah miliknya. Setelah ia mengingat-ingat kembali, ia baru menyadari kemungkinan kalung tersebut milik laki-laki yang bertabrakkan dengannya tadi. Ia menyimpan kalung tersebut ke dalam laci mejanya. Menyimpannya.

CeciliArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang