1

3.5K 256 43
                                    

Lima sampai sepuluh tahun yang lalu dua laki-laki merebutkan satu wanita yang sama. Wanita ibarat madu yang mengundang rindu para lebah. Beberapa tahun terakhir, dunia mulai berubah. Bukan hanya Presiden yang mengalami naik-turun penggemar, kisah percintaan seseorang pun ternyata juga sama. Menurutku, laki-laki atau perempuan sama-sama “madu” dengan varian rasa yang berbeda. Laki-laki boleh cemburu pada teman wanita yang terlalu dekat dengan pacarnya, atau sebaliknya. Wanita boleh cemburu pada laki-laki yang terlalu dekat dengan kekasihnya. Semua hanya masalah tren dan popularitas.

“Kamu melamun apa?” tepukan singkat di paha kananku menyadarkan pikiranku yang mengembara kemana-mana.

Aku menoleh. Ah, kenapa dia masih tetap manis? Bahkan saat dia tidak bermaksud seperti itu. “Utang di warung sebelah,” gurauku. Tidak mungkin kan aku jujur pada Vivin kalau beberapa menit yang lalu aku sedang memikirkan imaginasi liar yang sepertinya sudah terjadi.

“Kamu masih ingat temanku?” Pertanyaan itu membawa pikiranku kembali ke seseorang yang akhir-akhir ini menjadi aktor mimpi basahku. Aduh, betapa susahnya memikirkan dia tanpa menjurus ke hal-hal kotor.

“Teman yang mana?” Berlagak goblok adalah senjata para tersangka saat genting. Tentu saja aku ingat, Vivin. Aku baru bertemu dengannya dua hari yang lalu, tiga kali dalam seminggu. Lebih sering daripada pertemuan kita. Tapi sekali lagi, berkata ‘oh jelas ingat, dia lagi pdkt lho sama aku’ adalah cara terburuk untuk bunuh diri.

“Pavlov. Dia mau pindah ke kampus kita!” Serunya, ceria seperti biasa. Astaga, seandainya dia tahu yang sedang terjadi antara aku dan Pavlov, mungkin dia akan melemparkan kami berdua ke kawah Bromo. Pasti itu. Mengingat kemurkahan wanita ibarat bom atom yang mampu meledakkan bumi beserta isinya.

“Ha-ha.” Aku tertawa kaku di tempat. Kalau saja dia memandangku saat ini, mungkin seluruh kebohonganku akan terekspos tanpa sisa.

“Rencananya dia mau join di kosmu. Kamu keberatan?” Mampus, Pak Eko. Pavlov belum bilang apa-apa padaku! Haduh, aku harus menjawab apa? Serius, aku butuh Mbah Dukun kalau situasinya berubah tidak terkendali begini.

“Biar kupikirkan dulu, Beib.” Kubelai lembut punggungnya, sembari berharap tanganku mengandung mantra yang bisa membuat Vivin hilang ingatan seketika.

Kupikir dua hubungan di waktu yang sama tidak akan memberikan pengaruh apapun padaku. Eh ternyata, susah juga selingkuh.

###

#30DWC #30DWCJilid16 #Day1

Terima kasih sudah membaca :v

Pavlov & KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang