Arga 03

1.9K 177 2
                                    

Tadi pagi saat Rangga berangkat sekolah, ia melewati kelas Alvira, mantan pacarnya. Dan sepertinya tuhan tidak mengijinkan pria itu untuk move on, terlihat ketika tadi keduanya tak sengaja bertemu. Tatapan mata Rangga sarat akan kerinduan.

Keduanya bertemu, namun tak lagi bercengkerama apalagi bertegur sapa, mereka dua orang yang pernah menjadi saling dan kini terpaksa menjadi asing ....

Rangga mengacak-acak rambutnya, ia terus merutuki kebodohannya sendiri.

Di dalam kelas saat ini Rangga berada. Konco-konconya datang dengan wajah yang berseri-seri seperti biasa, sedangkan dia? Ah, lupakan saja.

"Perasaan nih, ya. Setiap ketemu bebeb Rangga, pasti mukanya selalu ditekuk, kalo gak muka datarnya yang nyeremin itu selalu jadi pajangan. Lo gak dapet jatah pas malem jum'at?" kata Iky yang langsung mendapat pelototan tajam dari Rangga.

Desta terkekeh, mendaratkan bokongnya di samping kursi Rangga. Dia melayangkan pandangannya ke semua mahluk hidup di dalam kelas itu. Saat pandangannya bertemu pada orang yang pas, ia menyenggol lengan Rangga. "Noh, cewe. Gebet gih!"

Terkejut, itu dapat mendeskripsikan raut wajah Rangga yang berubah seketika.

"Dia sekelas sama kita?"

Desta mengangguk, sedangkan Iky dengan wajah cengonya tidak paham dengan apa yang dikatakan kedua sahabatnya. Kenapa juga Rangga harus terkejut dan ah, iya, kenapa juga ia harus mengambil pusing hal itu?

"Shit," umpat Rangga.

Rangga memilih diam dan tak lagi memikirkan sejak kapan dirinya satu kelas dengan Aurora. Memang dari dulu ia tidak pernah memperhatikan sekitarnya, ia tampak tak peduli dan memang itu adalah tipikal dari seorang Rangga.

🌠🌠🌠

Seorang gadis tampak menyusuri jalan setapak di siang hari, dengan terik matahari yang sangat menyengat tapi gadis itu terlihat sudah terbiasa dengan cuaca seperti itu.

Tadi gadis tersebut menghampiri Rangga, dia menyuruh pria datar itu untuk pulang terlebih dahulu karena dia masih ada keperluan. Rangga mengiyakan, toh dia juga tidak akan mau mengantar Aurora. Baginya Aurora terlalu asing meski kini mereka tinggal di bawah atap yang sama.

Senyum Aurora mengembang begitu sampai di tempat tujuan. Gadis itu melihat anak kecil yang terus berceloteh dengan suara yang terdengar menggemaskan.

"Kamu ke sini sama siapa, nak?" tanya seorang wanita paruh baya yang menyadari kehadiran Aurora.

"Sendiri, Bun."

Aurora menghampiri wanita paruh baya itu, dia duduk mengambil alih anak yang tadi berceloteh di pangkuan wanita yang dipanggil Bunda olehnya.

"Kamu masih inget aja sama bunda," canda Ambar.

Tiba-tiba saja raut wajah Aurora menjadi murung, ia tidak suka mendengar Bundanya berbicara seperti itu.

"Bunda hanya becanda, sayang." Ambar mengelus puncak kepala Aurora lembut, disambut dengan senyum lembut pula oleh Aurora.

"Aurora gak mungkin lupa sama Bunda. Asal Ara kan di sini, Bun. Ara sayang sama panti ini, kalian yang memberi kehidupan untuk Ara sampai ada orang yang tulus mengangkat Aurora menjadi anaknya." Aurora mengusap air yang mengalir di pipinya.

"Bunda juga sayang sama kamu. Sehat terus, ya? Bunda gak mau ngeliat anak kebanggaan Bunda sakit." Aurora mengangguk.

"Kamu udah makan? Ayo makan dulu, Bunda udah masakin makanan kesukaan kamu. Tadinya Bunda kangen sama kamu, eh kamu dateng, kebetulan baget 'kan?" kekeh Ambar, dia ke dapur terlebih dahulu untuk menyiapkan hidangan.

Aurora masih setia duduk memangku anak kecil yang tak hentinya berceloteh. "Kamu gak kangen sama Kak Ara?"

"Gak, Kak Ara jahat!"

Ara mengernyit, "Kak Ara udah lama gak nemuin Kayla. Kayla kesepian."

Aurora mengecup lembut puncak kepala Kayla. "Kak Ara gak jahat, Kak Ara lagi sibuk sama tugas sekolah, sayang."

"Kak Ara ngelupain Kayla," nada bicara Kayla terdengar bergetar, anak itu kini sudah terisak di pelukan Aurora.

"Kok nangis, hm? Kak Ara janji gak akan ngelupain Kayla, Kak Ara juga bakal sering-sering nemuin Kayla. Jadi, Kayla jangan nangis lagi, nanti hidungnya tambah pesek, loh."

Kayla memberenggut, dia mengangkat jari kelingkingnya. "Janji, ya?"

Senyum merekah nampak diwajah Aurora, ia menautkan jari kelingkingnya dengan jari Kayla. "Janji."

Arga [Aurora&Rangga]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang