Siapa sih yang tidak mengenal Rivan Rangga Adelard? Garis hidupnya yang nyaris sempurna, memiliki keluarga bahagia, dan sepertinya Giovan mewarisi banyak hormonnya kepada Rangga.
Rangga terlihat kalem, tapi tak acuh, muka datar dengan wajah tampan, penyayang, pengertian, kapasitas otak tidak diragukan, tidak suka bertele-tele, bukan tipe orang yang suka mengulang, dan yang terakhir calon imam idaman.
Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan di sepanjang perjalanan. Aurora bungkam sedari tadi, sedangkan Rangga? Ia memfokuskan pandangannya ke arah jalanan menuju sekolah.
Sepertinya Rangga muak berada di samping Aurora, ia merasa ada yang tidak beres pada gadis asing di sampingnya, namun ia terlihat hanya mengedikkan bahunya dan membuang muka setelah meneliti wajah Aurora seperkian detik tadi.
Setelah sampai. Rangga langsung memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah yang masih sepi. Pria itu sengaja berangkat pagi karena ia tahu jika pacarnya selalu stay di sekolah pagi sekali, dengan alasan ingin berbicara lama juga pada Alvira.
"Lo ke kelas duluan, gue masih ada urusan," ucap Rangga kemudian melenggang pergi.
Aurora mendesah ketika punggung pria yang selalu memenuhi pikirannya telah hilang dari pandangan gadis itu.
Pria bermarga Adelard itu melayangkan pandangannya ke dalam kelas kekasihnya. Dan benar, ada Alvira di dalam bersama dengan dua gadis yang ia kenal adalah sahabat dari pacarnya.
"Lo pada, keluar! gue mau ngomong berdua sama Alvira."
Alvira menatap tajam Rangga, ia tidak suka sikap Rangga yang seenaknya. Tapi yang disuruh pun tetap keluar meski Alvira sudah menahan.
"Ngapain lo?" ujar Alvira membuang muka, tidak ingin menatap mata indah Rangga yang sialnya akan sangat mubazir jika dicampakkan.
"Nemuin Alvira," sahut Rangga santai.
"Di sini gak ada Alvira."
"Hm," Rangga menatap lekat mata gadis di depan-nya, kemudian kembali melanjutkan ucapannya. "Lo Alvira, gue gak mungkin salah orang. And you need to remember, you are my girlfriend."
Cowo itu kembali menghembuskan napasnya berat. Ia tahu jika Alvira sudah seperti ini artinya kekasihnya sedang marah dengannya. "Kenapa lagi? masih marah? Gue kan udah jelasin semuanya."
"Gue gak marah, gue cuma kesel aja ngeliat lo berangkat bareng sama itu cewe."
Rangga tergelak, sangat lucu melihat Alvira yang mengerucutkan bibirnya. Manis, sih, tapi ... bayangkan saja bagaimana lucunya pipi bakpao jika mengerucutkan bibirnya.
"Dia orang asing. Yaudah gue balik ke kelas ya? Thanks udah ngasih pemandangan indah di pagi hari."
Alvira mengernyit, "Pemandangan indah?"
"Itu pipi lo," kekeh Rangga sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu.
Terdengar suara keributan di koridor Azurea high school, Rangga mendecak kesal lalu berjalan ke arah gerombolan yang riuh akan perkelahian.
Santai, tapi tatapannya tidak suka. Murid Azurea yang melihat kehadiran Rangga memberi akses untuk pria itu berjalan ke tengah perkelahian dua Siswa bengal tersebut.
"Lo berdua ngehalangin jalan gue, tau, gak!" ucapnya datar, kemudian berlalu pergi tak lagi perduli.
Bahkan saat Rangga sudah pergi pun, auranya masih tinggal membuat semua murid satu persatu meninggalkan kerumunan, begitupun dengan dua Siswa bengal yang sudah babak belur dan terkapar.
Saat sampai di kelas, sudah ada Iky dan Desta yang entah kemasukan jin darimana karena tersenyum sendiri di pojok kelas. "Kenapa lo berdua?"
Keduanya menggeleng serentak, dan Rangga baru sadar ketika melihat papan tulis di depan kelas sudah terukir tulisan sempurna, yaitu ULANGAN DADAKAN FISIKA.
"Ulangan kok dadakan, dikira tahu bulat apa?" cebik Iky.
"Seperti biasa, lo berdua harus mandiri."
Bukannya Rangga pelit, pria itu tidak ingin jika sahabatnya selalu mengandalkan dirinya dan semakin malas untuk belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga [Aurora&Rangga]
Genç Kurgu[WARNING! INI SEKUEL DARI CERITA GIOVAN. DISARANKAN UNTUK MEMBACA GIOVAN TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] Dia Rangga-memiliki kemampuan khusus yang terlihat sejak kecil. Bisa merasakan kehadiran sesosok mahluk tapi tidak bisa melihat wuj...