Weekend telah tiba, saat dimana biasanya Rangga bermalas-malasan di dalam kamar tapi kini ia malah disuruh menemani Aurora ke Gramedia. Menyebalkan sekali.
"Lo gak bisa apa pergi sendiri? Gue masih ngantuk," ucap Rangga saat akan masuk ke dalam mobil.
Aurora yang merasa bersalah, menunduk dan bergumam, "Kamu kalo ngantuk tidur aja lagi, aku bisa kok pergi sendiri. Lagian tante kan gak tau."
Memang sebenarnya Aurora tadi ingin pergi sendiri, namun Tara menahannya dan menyuruh Rangga untuk menemani anak dari temannya. Tidak ada bantahan, kata Tara.
Rangga sangat ingin kembali ke kasurnya, entah mengapa malah masuk ke dalam mobil. "Cepet masuk! Gue tinggal nanti lo."
Ujung bibir Rangga berkedut, kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.
Kini Rangga hanya bisa mengekori Aurora yang mengitari setiap rak buku dan memilih novel yang akan ia beli.
Tiba-tiba saja muncul dibenak Rangga untuk bertanya.
"Lo suka novel genre apa?"
Aurora bergeming, tidak biasanya Rangga membuka mulutnya untuk hal yang tidak penting seperti ini, terlebih dia tau jika Rangga hanya menganggapnya seorang gadis asing yang numpang sementara di rumahnya.
"Fiksi Remaja," jawabnya lirih.
Rangga lantas langsung menggenggam tangan mungil Aurora dan membawanya ke rak novel yang berisikan Genre Fiksi Remaja, pria itu membaca blur b di bagian belakang novel satu persatu. Dan saat ia mendapatkan novel yang menarik baginya ia langsung memberikan itu untuk Aurora.
"Nih, lo pilih aja lagi. Nanti biar gue yang bayarin."
"Eh, gak usah. Aku sendiri aja yang bayar, kamu kan udah nganterin aku."
Rangga berdecak, "Ya udah, tapi khusus novel yang gue pilih ini biar gue yang bayar." Aurora mengangguk, tak ingin lebih lama berdebat dengan Rangga hanya masalah siapa yang membayar novelnya.
"Udah selesai? Mau kemana lagi?" tanya Rangga saat Aurora sudah selesai membayar.
"Langsung pulang aja, kamu masih ngantuk 'kan?"
Rangga menggeleng, "Ayok nonton!"
Tidak menunggu jawaban Aurora, Rangga langsung menyeretnya ke bioskop. tiba-tiba saja Rangga seperti melihat mantannya, masih ingat Alvira?
Rangga lagi-lagi memperhatikan gadis yang sedang asik berbicara bersama kedua temannya. Benar saja, gadis itu adalah Alvira.
Pria itu melepaskan genggaman tangannya dari Aurora, dia menyuruh Aurora untuk tetap di tempatnya. Rangga melangkahkan kakinya menuju Alvira, dia mendengar jelas pembicaraan Alvira dan kawan-kawan.
Tentang taruhan, dan ternyata Alvira bersama Elang sudah merencanakan hal itu sebelumnya. Ck, mereka berdua bermain di belakang Rangga.
"Oh, gila ya! Terharu gue sama rencana kalian berdua."
Alvira terperanjat, ia tidak menyadati kehadiran Rangga. Bungkam, itu yang dilakukan Alvira saat ini dan Rangga hanya mengucapkan kata 'Terima Kasih' sebelum meninggalkan mantan kekasihnya.
Aurora terkejut melihat Rangga yang kembali dengan rahang yang mengeras, tentu saja ia tahu jika Rangga tengah menahan emosi.
"Kita pulang!" Aurora mengangguk, mengekori Rangga dari belakang dengan segala pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikirannya. Ia ingin sekali bertanya tapi semua tertahan ditenggorokan dan berhasil membuat dia diam di sepanjang perjalanan.
Kamu aneh, Ga. Aku gak tahu kenapa kamu bersikap sehangat itu ke aku tadi, meski muka datar itu nunjukin kalo aku masih asing di kehidupan kamu, tapi sikap kamu ngebuat hati aku menghangat. Dan sekarang? Kamu kembali dingin seperti biasa. Aku gak ngerti, kamu susah banget untuk ditebak. Batin Aurora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga [Aurora&Rangga]
Fiksi Remaja[WARNING! INI SEKUEL DARI CERITA GIOVAN. DISARANKAN UNTUK MEMBACA GIOVAN TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] Dia Rangga-memiliki kemampuan khusus yang terlihat sejak kecil. Bisa merasakan kehadiran sesosok mahluk tapi tidak bisa melihat wuj...