p r o s e s

38 11 6
                                    

Semuanya butuh proses baik itu tentang mendekati seseorang, menjalin hubungan, sampai mengikhlaskan seseorang yang telah pergi, karna di dunia ini tidak ada yang instan.
(mie instan sekalipun harus di seduh dulu pake air panas)

Dua minggu berlalu kehidupan akan terus berjalan, baik ada laki-laki itu atau pun tidak sama sekali. Bagaimana pun kehidupan gadis ini akan terus berjalan yang sekarang ia lakukan hanya lah belajar dari setiap proses yang di jalani, walau sesekali dalam proses ini ia merasa tak sanggup nya menahan rindu kepada laki-laki itu.

"Hufttt." Elisha menghela nafas ketika ia memandang layar handphone nya.

"Sha." Mama yang memanggil Elisha sembari mengetuk pintu kamar nya

"Iya ma." Elisha menyaut panggilan mama, sembari berjalan membuka-kan pintu.

"Nih si Davira Dateng." Kata mama kepada Elisha ketika baru membuka pintu.

"Hey." Kata Elisha, seperti menyapa Davira.

"Tayo makan sayur kooowwwlll." Davira menjawab sembari tertawa

"Ya udah ya mama tinggal dulu, lagi masak soalnya." Kata mama berbicara kepada kedua gadis itu.

"Ok mah." Kata Elisha.

"Ok Tante, makasih."

"Iya sama-sama, lanjutin sana yah ngobrol nya." Mama yang berbicara sembari berjalan kembali menuju dapur, dan meninggalkan mereka berdua.

"Yuk masuk pir." Kata Elisha yang menyuruh Davira masuk ke kamar-nya.

Di kamar pun mereka melanjutkan berbincang-bincang. Elisha yang begitu senang ketika Davira datang, dia memang butuh teman sekarang untuk melupakan sedikit galau nya mungkin.

"Pir." Tiba-tiba Elisha memanggil Davira, seperti ingin bertanya sesuatu.

"Hmm?" Saut Davira, sambil menengok ke arah Elisha.

"Gimana ya cara nya biar gue gak kepikiran si Langit terus? Kayak pengen sebodo amat juga gitu.

"Gampang sha, Lu tau sayur kooowwwlll kan? Sumpah itu candu banget sha, kalau lu lagi kepikiran dia, lu tinggal nyanyi lagu itu sha. Sumpah itu berkerja banget. Kata Davira yang menjawab pertanyaan Elisha dengan begitu semangat."

"Tau gue,yang gini kan. Makan daging ANYING dengan sayur kowl." Elisha menjawab perkataan Davira sambil tertawa.

" Nah iya gitu sha, sumpah itu mah berkerja parah."

"Gimana pir? Bikin tutorial nya pir. Hahaha." Elisha berbicara sambil tertawa begitu riang.

"Pertama tama, kalau lu stress, kepikiran sesuatu, lalu tarik napas dalam-dalam. Kedua, mulai lah bernyanyi."


"Coming soon video ny ya. Hahaha" Ucap Elisha setelah mendengar kata-kata Davira yang mengocok perut.

"Ohhh tentu. Eh lanjut ke masalah move on ku gimana?" Tanya Davira

"Gw ngerasa kayak gak ada perubahan gitu, kadang juga gue suka nyiksa diri sha. Gue suka bacain history chat gue sama dia, terus entar gue langsung sedih gitu sha nginget semuanya. Gue tau itu salah satu kebegoan yang hqq, tapi gue juga bingung apa yang harus gue lakuin kalau lagi kangen sama dia."
Elisha berbicara sembari dadanya yang sesak.

"Jangan buru-buru sha, i know what you feel. Ini terlalu cepat buat lu, biarin semuanya ngalir bersama waktu. Gw yakin kok lama-kelamaan juga pasti lu bakalan bisa ikhlas sama semuanya, gak tau kapan tapi hari itu pasti tiba. Sekarang lu cuman butuh waktu lebih lama lagi buat pulihin diri lu. Percaya sama diri lu sendiri aja, kalau lu harus bisa hidup tanpa dia. Dan gw rasa lu udah jauh lebih baik dari kemarin-kemarin sha, wajar aja sha kalau lu masih nginget dia, karena kan waktu lu sama dia udahan keadaan nya masih ngegantung, dimana dia ninggalin lu dengan perasaan sayang lu yang besar." Ucap Davira panjang lebar seperti memberi keyakinan kepada sahabat ny itu.

"Gimana kalau gue gagal?" Ucap Elisha spontan dengan nada putus asa.

"Nggak! Lu udah ada niatan buat nyoba, ya jangan sampe gagal lah!" Tegas Davira.

"Ya gue takut pir, gimana kalau gue gak bakalan pernah bisa ngelupain dia? Gimana juga entar pas gue udah lebih ikhlas dari ini, dia balik pir. Gimana? Pas dia mau balik keadaannya gue masih sayang sama dia, ayok pir gimana?" Ucap Elisha, berbicara sembari dada nya sesak, emosinya seperti ingin memuncak, ia seperti hampir ingin menangis.

Davira spontan langsung merangkul bahu sahabat nya itu dan berbicara. "Jangan putus asa gini sha, tenang sha. Jalanin semuanya tanpa lu harus mikirin resiko nya di depan, coba buat positif thinking sama semua yang bakalan lu jalanin kedepannya. Udah sha, cukup! Lu jangan terus-terusan mikirin dia bakalan balik lagi ke lu atau nggak. Mau gimana pun kedepannya, kehidupan lu bakalan terus maju, jangan terus-terusan berharap sama masa lalu lu, kalau emang kalian di takdirin sama tuhan buat bersatu gimana pun jalannya juga kalian pasti balik tanpa lu harus ngarepin dia kayak gini. Gue gak mau liat lu terus-terusan sedih kayak gini, gue juga jadi ikut sedih ngeliat lu kayak gini sha." Davira berbicara sembari menenangkan perasaan sahabatnya yang sudah menangis.

Elisha bangkit dari rangkulan sahabat nya dan kemudian ponsel Davira berbunyi.
"Eh sha gue di suruh balik dulu nih, kasian nenek gue sendiri di rumah. Maaf ya gak bisa lama." Ucap Davira sembari berdiri.

Elisha pun bangkit sembari mengusap air matanya. "Oh ya udah, makasih ya pir. Btw lu kedepannya sendiri aja ya soalnya mata gue keliatan merah, entar emak gue nanya-nanya repot lagi. Hehehe."

"Okok, sip entar gue ngeles aja lah kalau di tanya-tanya sama emak lu. Ya udah gue balik dulu ya, mangats mupon nya. Hehe."
Ucap Davira sembari mengepalkan tangannya untuk memberi semangat kepada sahabatnya itu.

"Ok makasih pir bye." Sembari melambaikan tangannya kepada Davira

"Bye muach, sayur kowl."

🌇

"There goes my heart beating

Cause you are the reason

I'm losing my sleep

Please come back now

There goes my mind racing

And you are the reason

That I'm still breathing

I'm hopeless now..."

-You are the reason-calum shoot

Dusk Till DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang