Jisoo membawa Taeyong ke ruang kesehatan, ia mengambil beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk mengobati luka diwajah Taeyong. Tangannya dengan telaten mengobati luka – luka itu, namun bibirnya tetap bungkam dan tatapan mata nya tajam seakan ia ingin Taeyong tahu bahwa ia marah pada lelaki itu.
Taeyong tahu Jisoo marah padanya, “Ji, kau marah padaku?” tanyanya memastikan, namun Jisoo tetap tidak menjawab pertanyaannya dan dengan sengaja menekan luka Taeyong dengan kapas. “Ah! Sakit!” teriaknya.
“Saat berkelahi tadi kau tidak terlihat sakit, namun mengapa saat aku mengobatimu kau manja seperti ini.” Ujar Jisoo ketus, Taeyong dibuat terdiam olehnya. Jisoo menghela napasnya “Sebenarnya apa yang kau lakukan pada Jinyoung?” tanya Jisoo.
“Aku? Tidak. Dia duluan yang mulai. Mungkin dia merasa tidak terima karena tadi aku mengganggu acaranya dengan mantan kekasihnya.” Sindir Taeyong acuh.Jisoo yang merasa tersindir pun semakin menekan luka Taeyong “Kau obati saja sendiri, dasar tidak tahu terimakasih.” Omel Jisoo.
Taeyong tertawa karena ucapan Jisoo yang menurutnya lucu itu, ia kemudian menggenggam tangan Jisoo dan menatap Jisoo dalam “Aku hanya bercanda Jisoo-ya.” jelas Taeyong yang dibalas oleh Jisoo dengan gerutuannya “Tidak lucu.” Ujarnya dan Jisoo mengalihkan pandangannya terhadap apapun asal tidak pada kedua bola mata hitam milik Taeyong, entah mengapa ia merasa gugup dibuatnya.
Selesai mengobati luka Taeyong, Jisoo segera membereskan peralatan tadi dan menaruhnya di tempat semula. Lalu ia berkata pada Taeyong “Aku ingin pulang, kau masih tetap ingin disini?” yang dibalas dengan Taeyong dengan gelengan “Tidak, biar kuantar kau pulang, Ji.” Ujarnya.
•••
Setelah sampai di depan rumah Jisoo, Taeyong sudah mematikan mesin mobilnya namun Jisoo tak segera turun dan pandangan nya menatap lurus kedepan dimana terdapat sebuah mobil yang sangat familiar bagi Jisoo. Taeyong pun mengikuti arah pandangan Jisoo dan mengepalkan tangannya kesal, “anak itu” gumamnya. Jisoo yang mendengar gumaman Taeyong pun segera sadar dan menoleh ke arah Taeyong, “Kau tidak usah turun, langsung pulang saja. Kalau kau berani turun aku akan marah padamu.” Ancam Jisoo, dan setelahnya ia langsung turun dari mobil Taeyong. Taeyong pun menurut dan segera melajukan mobilnya setelah mendengar ancaman Jisoo.Jisoo berjalan santai ke arah pintu rumahnya, ia pura – pura tidak melihat keberadaan mobil tersebut. Sang pemilik mobil pun tidak berniat untuk turun dan hanya memperhatikan sang gadis sampai masuk kedalam rumah. Setelah memastikan perempuan yang ia sayangi tersebut masuk kedalam rumah, ia pun melajukan mobilnya menjauhi rumah itu.
•••
Malamnya, Jisoo mendekati sudut kamarnya untuk mengambil sebuah kotak dan mengusapnya dengan perasaan. Kotak tersebut isinya merupakan barang – barang pemberian dari Jinyoung yang selalu Jisoo simpan, Jisoo bahkan tidak berniat untuk membuang kotak tersebut “Biarlah ia merindukan Jinyoung dengan cara seperti ini agar dapat merasakan kehadirannya” pikirnya. Namun seakan sadar apa yang baru saja ia pikirkan, ia menaruh kotak tersebut di tempatnya semula.Suara pintu kamar yang tiba – tiba dibuka membuat ia menengok ke arah pintu dan disana berdiri adik semata wayangnya sedang nyengir mungkin merasa bersalah karena masuk begitu saja. “Mbak dipanggilin dari tadi tapi tidak menjawab, akhirnya aku langsung masuk saja.” Ucap Yugyeom seraya mendekati kakak perempuannya itu. “Ada apa?” tanya Jisoo pada adiknya.
“Tidak, aku hanya merindukan kakak ku. Habisnya mbak Jisoo akhir – akhir ini tidak pernah keluar kamar dan tidak membantuku mengerjakan PR lagi.” Ujarnya terlihat sedih, ‘ah apakah adiknya itu tahu bahwa selama ini ia mengurung dirinya di kamar karena tidak ingin keluarga nya melihat ia yang berantakan karena selalu menangis.’ Jisoo bergumam dalam hati.
“Maaf ya, mbak akhir – akhir ini banyak tugas juga.” Balas Jisoo seraya mengusap rambut adiknya. Yugyeom pun hanya mengangguk sebagai balasannya, ia kemudian memperhatikan wajah kakak perempuannya itu “Mbak terlihat kurusan dan pucat. Apa mbak Jisoo sakit?” tanya Yugyeom perhatian. “Tidak, hanya lelah dan kurang tidur saja.” Jawab Jisoo. Yugyeom yang mengerti pun memilih mengubah topic pembicaraannya.
“Ko mas Jinyoung udah jarang main kesini lagi ya mbak? Tapi aku selalu melihat mobil mas Jinyoung mengikuti mbak Jisoo saat mbak berangkat ataupun pulang kuliah.”
Pengakuan dari adiknya membuat Jisoo terdiam, benarkah itu, apakah Jinyoung benar mengikutinya selama ini. Yugyeom merasa tidak ada jawaban dari kakaknya itu pun mencoba memanggilnya kembali “Mbak? Are you alright?” tanyanya. Jisoo pun mengerjapkan matanya dan melihat ke arah Yugyeom “Mbak ngantuk, mau tidur duluya.” Jisoo pura – pura menguap, dan bersiap untuk tidur. Yugyeom akhirnya mengerti dan memilih meninggalkan kamar kakaknya “Iya mbak, kalau gitu aku keluar ya.” ucapnya seraya menutup pintu kamar.
Selepas kepergian Yugyeom dari kamarnya, diam – diam Jisoo memikirkan kalimat adiknya tadi. ‘Untuk apa Jinyoung mengikutinya selama ini, bukankah mereka telah selesai.’ Pikirnya.
Drrrrt
Tiba – tiba saja handphone nya bergetar menandakan pesan masuk, dan Jisoo langsung terpaku melihatnya.
You have received 2 messages from Jinyoung
Jinyoung sent you a photo
Jinyoung: “Remember this pict? Well— I miss those moments, Ji. Maaf aku udah nyakitin kamu.”
Jisoo memilih untuk mengabaikan pesan Jinyoung dan mencoba memejamkan matanya untuk tidur walaupun ia tahu itu sulit karena ia akan kepikiran dengan pesan Jinyoung tersebut.
TBC
A/N kalian pasti bosen sama cerita ini ya hehe maaf ya tapi gapapa aku nulis buat kesenangan sendiri ko, vote dan komen itu bonus nya😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Away [ JINJI ]
FanfictionSekeras apapun mencoba untuk melupakan, kamu akan semakin mengingatnya. Sepintar apapun kamu membohongi orang - orang disekitarmu dengan tawa palsu itu, kamu tidak akan bisa berbohong pada dirimu sendiri. ⚠Random private⚠