Aku Turut Berbahagia

25 2 0
                                    

Menghentikan debar saat kamu tiba-tiba datang lagi itu sulit.
Memulai membunuh tunas yang nyaris tumbuh lagi di sepanjang hati yang terpupuk rindu itu tidak mudah.

Sama sama memulai namun semenjak pergi mu, aku tidak mampu mengakhiri.
Bahkan waktu 9 bulan tidak mampu melahirkan aku yang baru, bahagia tanpamu.
Semua senyum prematur ada dan tersuguh.

Bahkan jarak Indonesia-India gagal paham mengapa kamu masih sedekat nadi.
Zona waktu yang berbeda pun gagal mengistirahatkan aku yang kekeh menunggu pulangmu.

Tidak, tidak sepertinya ini omong kosong yang ada di kepalaku.
Aku sudah ikhlas, sungguh.
Kamu tidak sedang aku tunggu, sungguh.
Kamu tidak sedang aku rindu, sungguh.

Percayalah aku selalu sungguh sungguh dalam meninggalkanmu.

Sedang apa?
Sedang tertawa bersama calon istri?
Atau...
Sedang tertawa kebingungan menentukan tanggal pernikahan?

Kalau aku sedang
Turut berbahagia dapat menemani mimpi bersamamu tertanggal.
Patah lalu kehilangan arah.
Mati lalu kehilangan atma..
Menyenangkan bukan jadi aku?

Tidak enyah dalam ngianganku tawamu yang renyah.
Senyummu yang membuat aku mengerti syukur, mengapa Tuhan seindah itu menciptakan kamu.

Aku tidak pernah kehilangan kamu.
Sebab kamu masih bisa menyimpul senyum
Sebab kamu sehat
Sebab kamu bahagia
Sebab kamu bisa dengan mudah tertawa
Bersama
Anak anak mu yang sholeh Shalihah
Istrimu, wanita yang kau pikir dulu aku..
Ternyata bukan ya, hehe

Aku bahagia menyaksikan kamu bahagia...
Percayalah..

Surakarta, 11 Desember 2018

Semoga Aku Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang