KEGADUHAN terjadi di rumah sederhana itu setiap pagi, kedua anak lelaki yang mau berangkat ke sekolah memang berhasil membuat kepala pusing. Pasalnya, kedua anak tampan itu terkadang lupa menyimpan sepatu, tas, atau bahkan buku! Sungguh, Taeyong sampai pening di buatnyaㅡnamun meski begitu, Taeyong selalu memperingatkan kedua anaknya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
"Mom! Buku menggambar Jeno hilang!" seru si anak bungsu sembari menghampiri Taeyong yang kini sibuk mencari sepatu Mark. Entah bagaimana sepatu itu hilang sebelah, Taeyong juga tidak tahuㅡyang jelas kedua anaknya ini begitu teledor.
Mendengar pernyataan Jeno, otomatis Taeyong tertawa geli. Ia segera menghampiri si bungsu dan mengecup kepala sang anak penuh kasih sayang. "Bukannya kemarin Jeno menggambar di belakang rumah bersama Jaemin?"
Mulut Jeno seketika terbuka dan anak kecil itu langsung memasang cengiran lebar. "Benar! Jeno lupa, terimakasih Mommy!" ia memeluk Taeyong sebelum berlari ke halaman belakang untuk mengambil buku gambar yang tertinggal disana.
Tak lama Mark turun dengan baju panjang berwarna putih dan celana denim hitam, rambut legam nya disisir ke belakang hingga tidak menyisakan apapun di dahi. Melihat itu Taeyong sontak mematung; matanya berkaca-kaca.
Mark benar-benar mengingatkan Taeyong pada sosoknyaㅡsosok yang sudah dua tahun ini ia tinggalkan di korea. Entah bagaimana kabar dan keadaan orang itu, Taeyong mencoba untuk tidak peduliㅡtoh orang itu juga tidak berniat mencarinya setelah dua tahun yang lalu Taeyong memilih pergi dari rumah.
Mark tersenyum pada Taeyong, di usianya yang ke delapan tahunㅡMark tumbuh semakin tinggi, bahkan kini tinggi nya sudah sebatas dada Taeyong.
"Mom, sepatuku sudah ketemu?"
Beberapa kali Taeyong mengerjapkan mata untuk menghilangkan jejak air mata, ia tersenyum lembut pada Mark lalu menggeleng.
"Belum, sebenarnya kau taruh dimana saat kemarin?"
Mark menyipitkan mata, ia lupa sungguh. Setahunya, saat pulang sekolah ia langsung pergi keㅡ "Ah! Ada di dalam toko Mom!"
Taeyong menggembungkan pipi dan menepuk dahinya, bagaimana akan ketemu jika ternyata sepatu Mark berada di toko ice cream milik mereka?
"Cepat ambil, setelah itu berangkat dengan adikmu." gumam Taeyong sembari memberi kecupan di pipi Mark. Setelah itu Mark segera bergegas pergi ke toko yang terletak tepat di samping rumah mereka.
Jeno kembali dengan tas ransel yang sudah berada di punggung dan sepatu hitam yang melekat di kaki. Melihat hal itu Taeyong tersenyum, ia berlutut untuk menyamakan tingginya dengan sang anak. "Rambutmu harus di rapihkan sayang," ia menyisir helaian hitam si bungsu dengan jemarinyaㅡmata Taeyong terasa panas. Seolah ada sesuatu yang ingin menyeruak keluar dari sana, setelah selesai ia mengecup dahi Jeno dengan lembut.
"Jeno tampan kan Mom?!" pekik sang anak sembari memberikan senyuman lebar.
Otomatis Taeyong mengangguk. "Ya, Jeno sangat tampan."
"Seperti Daddy?!"
Deg
"Seperti hyung," Mark kembali dan menggenggam sebelah tangan Jeno, tinggi tubuh mereka tidak terlalu jauh. Mark tersenyum lebar sebelum memberikan kecupan di pipi sang adik. "Jeno tampan seperti Mark Hyung." lanjutnya.
Mendengar hal itu Jeno mencebik lucu lalu mereka berdua akhirnya memeluk Taeyongㅡkegiatan rutin keduanya sebelum berangkat ke sekolah. "Belajar yang benar, jangan membuat ulah." gumam Taeyong; suaranya terdengar parau.
Jeno mengangguk antusias. "Jeno menyayangi Mom!"
Melihat kesedihan sang Ibu, Mark menggesekan pipi di dada Taeyongㅡmatanya sudah berkaca-kaca, namun dengan cepat semua itu di tepis oleh Mark. "Jangan terlalu kelelahan Mom, jangan sampai telat makan lagi. Mark menyayangi Mommy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Beds And A Coffee Machines《Jaeyong》✔
Fanfiction[Angst/Hurt] Tidak ada yang berjalan lancar di dunia iniㅡseperti hubungan, atau bahkan seseorang yang sudah menjalin pernikahan dan memiliki rumah tangga. •BXB || GAY || YAOI •Jaehyun x Taeyong •Don't read if u don't like bitches •Cerita Asli Mili...