JENO memandang Taeyong dan Mark dengan tatapan penasaran. Pasalnya Ibu serta Kakaknya itu kembali kerumah dengan wajah yang terlihat cukup berantakan; apalagi terlihat jelas jejak air mata di pipi Taeyong.
"Mom, what's wrong?" gumamnya seraya menghampiri Taeyong dan memeluk pinggul sang Ibu; Jeno menenggelamkan wajah di perut datar Taeyong.
Sementara Mark lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar, ia tidak ingin menjawab pertanyaan Jeno. Kepalanya sudah terasa pening karena membiarkan Taeyong dan lelaki itu bertemu. Seharusnya Mark bekerja lebih keras, namun nyatanya ia gagal.
"Tidak apa sayang," Taeyong tersenyum kecil, ia berlutut untuk menyamakan tinggi dengan si kecil. Jemarinya membelai lembut rambut serta dahi Jeno. "Jagoan Mommy sudah makan siang?"
"Sudah, tadi bersama Aunty Ten dan Jaemin. Tapi sekarang mereka berdua sedang tidur, tadinya Aunty Ten juga menyuruh Jeno untuk tidur, tapi Jeno tidak mau."
"Kenapa tidak mau?" Taeyong cukup penasaran, padahal Jeno tidak pernah melewatkan jadwal tidur siang nya.
Jeno menggelengkan kepala, kemudian ia memeluk leher Taeyong dan memejamkan mata. Sejak kemarin pikirannya sedikit terganggu; lebih tepatnya saat Jeno bertemu dengan lelaki tinggi yang menyapa nya di depan pintu. Ia seperti pernah melihat lelaki itu; tapi Jeno lupa dimana.
"Mom, kemarin Jeno bertemu dengan seseorang, dia mengunjungi rumah kita." celotehnya sembari memainkan ujung rambut Taeyong, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bercerita. Karena Taeyong adalah tempat keluh kesahnya selama ini.
"Siapa?"
"Seorang laki-laki, terlihat sangat tampan. Aneh Mom, ia langsung memanggil namakuㅡnamun aku sama sekali tidak mengenalnya."
Jantung Taeyong berhenti berdetak selama beberapa saat. Bahkan tubuhnya mematung; sama sekali tidak bisa bergerak. Ia tentu tahu dengan jelas siapa lelaki yang di maskud oleh Jeno, namun sungguh, ia sangat terkejut.
Setelah semua ini, Mark membenci Jaehyun dan Jeno yang melupakan sosok lelaki tampan itu? Bagaimana bisa? Memang, ia membawa Jeno saat umur bocah itu empat tahunㅡtapi mereka hanya tidak bertemu selama dua tahun! Tidak mungkin Jeno melupakan Ayahnya secepat ini.
"Lalu, apa yang Jeno katakan pada lelaki itu?" suara Taeyong terdengar bergetar, untungnya ia sedang berlutut. Jika tidak, mungkin kini ia sudah jatuh terduduk diatas lantai. Semua kenyataan ini terasa menyakitkan, bukan hanya untuk Jaehyunㅡnamun juga untuknya.
"Jeno tidak mengatakan apapun. Mark hyung datang terlebih dahulu, lalu, lelaki itu juga menghampiri kami di sekolah. Tapi Mark hyung bilang jika lelaki itu adalah seorang penjahat, Jeno merasa takut."
Taeyong mengulum bibir bawahnya. Ia melepaskan pelukan mereka dan mengecup dahi Jeno dengan penuh kasih sayang, anak bungsungnya memang tidak mengetahui apapun. Ia tidak bisa menyalahkan Jeno di situasi seperti ini, tapiㅡMark? Kenapa anak sulung nya bersikap seperti itu? Membicarakan omong kosong kepada adiknya?
"Tidak apa, sekarang Jeno pergi ke ruang tengah ya? Mommy harus membicarakan sesuatu kepada kakakmu."
Mengangkat sebelah alis, Jeno akhirnya mengangguk dan mengecup pipi Taeyong. Setelahnya bocah itu segera berlari menuju ruang tengah untuk menonton televisi. Mungkin nanti ia akan tertidur disana.
Menghela nafas panjang, Taeyong akhirnya berdiri dan berjalan menuju kamar Mark. Bukannya apa-apa, anak sulungnya itu berhak membenci Jaehyun, tapi jangan sampai membawa Jeno ke dalam hal seperti itu.
"Mark?" ia membuka pintu kamar dan menemukan sang anak yang sedang berbaring diatas kasur sembari menatap langit-langit kamar.
Merasa di panggil, otomatis Mark menoleh. "Ya Mom?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Beds And A Coffee Machines《Jaeyong》✔
Fanfiction[Angst/Hurt] Tidak ada yang berjalan lancar di dunia iniㅡseperti hubungan, atau bahkan seseorang yang sudah menjalin pernikahan dan memiliki rumah tangga. •BXB || GAY || YAOI •Jaehyun x Taeyong •Don't read if u don't like bitches •Cerita Asli Mili...